Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2015

Kau... Mengapa berhenti menulis?

Heii... Kau masih senang menulis kan? Mengapa berhenti menulis? Sudah hampir dua bulan, berkali-kali mengunjungi blogmu, tetapi tetap saja seperti itu Tidak ada perubahan, tidak ada tulisan yang baru Heii... Kau masih senang menulis kan? Mengapa berhenti menulis? Kau tau, membahasakanmu bukanlah sesuatu yang mudah bagiku Teruslah menulis, agar aku lebih mudah memahamimu Heii... Kau masih senang menulis kan? Kenapa berhenti menulis? Aku suka dengan alur berfikirmu Dengan caramu memilih diksi Dengan caramu menentukan frasa Dengan caramu membahasakan kenangan Dan... apapun itu.... Heii... Kau masih senang menulis kan? Kenapa berhenti menulis? Kau tahu, tanpa kau tahu, ada yang selalu menantikan tulisan-tulisanmu Tanpa kau tahu, ada yang selalu terinspirasi dengan bahasamu Dan tanpa kau tahu, ada juga yang....... Hahaha... sudahlah... Yang pasti, teruslah menulis!!! Aku menunggu tulisan-tulisan itu.... Surakarta, 22 September 2015 ...

Membahasakanmu adalah....

Membahasakanmu adalah memutar kembali kisah roman anak adam. Mencoba mengingat, tentang bagaimana semesta telah mempertemukan kita. Tentang sebuah alasan mengapa peranmu yang dahulu entah sebagai apa kini telah menjadi pemeran utama dalam roman yang sedang kukisahkan. Membahasakanmu adalah mendaki puncak tertinggi nusantara. Menitinya adalah sebuah pendakian, menanjak dan melelahkan, namun itu semua untuk sebuah titik kemuliaan. Terjal, berbatu dan berliku, namun itulah yang mengokohkan. Membahasakanmu adalah mengaforismakan perasaan. Seremeh temeh apapun kisahnya, menjadikannya indah adalah sebuah keniscayaan. Merangkum dalam rentetan kata yang mengawal milyaran makna yang sering tak mampu tersampaikan lewat untaian verbal.  Namun, membahasakanmu adalah merangkai puzzle perjalanan. Menyelesaikannya adalah suatu jawaban atas misteri yang ditawan masa depan. Memutar kisah roman, mendaki puncak tertinggi, mengaforismakan perasaan adalah urutan yang harus diselesaikan...

Dan Akhirnya, Tumpah Sudah Semuanya

Tumpah sudah semua lelah, tumpah sudah semua kesah Bendungan yang selama ini dipertahankan pun akhirnya roboh juga Roboh, hancur, membuat alirannya semakin deras saja mengucur Semakin deras, hingga akhirnya pun tak tahu hendak kemana harus kusenmbunyikan Kecewa? Ingin marah? Yaaa.. memang seperti itu adanya Ahh, atau mungkin tidak... Mana mungkin aku bisa menyalahkan mereka yang telah lama memperjuangkan? Mungkin karena aku yang tak pandai menjaga, atau mungkin aku yang terlalu sering memanjakan? Entahlah… yang pasti aku hanya ingin menangis. Menangis karena kecewa? Entahlah, air mata ini untuk apa…. Baiklah…. Mungkin sudah bukan waktunya lagi menyalahkan. Bukankah tak seharusnya segala sesuatu hanya dilihat dari hasil? Mereka sudah baik dalam berproses bukan? Sudah!!! Terima saja… Jika memang belum menjadi seperti kau inginkah, bisa jadi itu karena engkau sendiri yang belum menjadi apa mereka butuhkan. Semoga esok lebih baik! Terimakasih keh...

Perjalanan, Persimpangan dan Pilihan

Tak salah memang, kita sebagai manusia memiliki berjuta keinginan untuk mendapatkan sebuah eksistensi. Karena pada setiap diri manusia, sekecil apapun, ia pasti mengharapkan sebuah pengakuan. Entah pengakuan dari sesama hamba, atau pengakuan termulia yang diberikan oleh Nya. Semua tergantung bagaimana kita meniatkan dan memainkan proses dalam pencapaian tersebut.  Manusia, adalah makhluk yang akan senantiasa berkelana dalam sebuah pencarian, pencarian apapun itu. Dan sejatinya, sebagai makhluk yang dibekali akal dan rasa oleh Rabnya, adalah sebuah keniscayaan jika kita selalu berada dalam pencarian pada sebuah ruang ketidakpastian.   Ketidakpastian??  Ya... Seperti yang sering aku katakan, hidup di dunia memang tak akan pernah lepas dari perkara pilihan dan konsekuensi. Setiap sudut kehidupan memiliki berbagai macam pilihan lengkap dengan konsekuensinya. Dan sejatinya, tak ada manusia yang mampu memberikan kepastian terhadap detail konsekuensi yang kita gam...