Jika terkadang tegasmu dalam menyampaikan makna mampu mengikat
puluhan pasang mata, namun belum tentu ia mampu memahamkan sebuah makna pada sebuah
hati.
Jika terkadang nada tinggimu mampu menyontak puluhan raga, namun belum tentu ia bisa menggetarkan
sebuah hati.
Jika terkadang suara lantangmu mampu memanggil ribuan jiwa, namun
belum tentu ia mampu merangkul sebuah hati.
Maka, getarkan hati dengan hati. Lirihkan suaramu, sampaikan
perlahan hingga ia terpaut tepat pada hati yang tengah mendengar.
Tak selamanya tegas itu menjadi kunci pada pintu hati yang tertutup rapat. Tak selamanya berdiri
dengan suara yang lantang itu mampu memahamkan. Bahkan tak
selamanya lantangnya suara dan tingginya frekuensi nada mampu mengajak pada
sebuah perenungan, mencari lorong untuk berjalan keluar.
Hati hanya ingin hal yang sederhana. Tak perlu berdiri, mungkin
duduk bersama akan lebih bermakna. Tak perlu nada yang tinggi, lirih justru
lebih mampu memberi arti. Sampaikan dengan hati, maka ia akan
sampai pula pada hati. Sederhana bukan?
Dan kau pun harus mengerti, hati adalah segumpal daging yang pandai
merasa. Jika kau salah berkata, siapa sangka ada hati akan terluka. Pahamilah
sebelum menyampaikan, hendak pada siapa engkau berkata. Dan yang paling
penting, jangan menjadi pisau yang menyayat hati yang luka. Jangan menjadi daun
yang kering pada sebuah bara, mengobarkan api yang seharusnya tak menyala. Jangan
menjadi tinta hitam pada kubangan yang keruh.
Jangan berbicara jika hanya ingin memadamkan lilin yang berpijar. Jangan
menjadi duri diantara luka. Intinya, jangan menebar provokasi!!! Kau tahu? Salah memilih “satu kata”
saja, bisa jadi hanya akan membawa kita pada ruang yang semakin redup. Hingga
akhirnya, kita kini berada dalam gelap yang sama. Bersama dalam gelap, bersama
dengan luka.
Namun duhai hati, bukankah engkau sejatinya adalah penerang?? Coba
nyalakan sinarmu kembali, siapa tahu kita mampu menyusuri gelap ruang ini? Siapa
tahu kita mampu “sama-sama” tiba di penghujung lorong ini? Saling mengobati
luka, dan memulai kembali langkah bersama, berjalan dan terus berjalan, hingga
kita temukan cahaya yang lebih benderang. Bersama-sama.. Aku, kau, dan kita.
Sebuah kelaurga yang terbingkai dalam ikatan cita dan cinta. Bersama-sama untuk
menuju titik yang sama. Menantikan hari dimana kita nantinya akan bermahkotakan
toga.
#GedungF #RenunganHariIni #MemahamiHati #MenantiPakAmir :D
Surakarta, 13 Mei 2015
15:05
Cos Ma’arif H. L
cosma... sepertinya I know the reason why you wrote this
ReplyDeletewkwkwk.. of course zaah, I'm sure you have to know what the reason is :D
ReplyDeletehanya dengan segumpal daging itulah, semuanya berawal. dia yang disebut dengan hati.
ReplyDeletenice write cosma! :)