Skip to main content

#SatukanLangkah.. Kau juga Peduli bukan?

Perkenalkan, namaku adalah Indonesia.
Dengan bangga, akan ku perkenalkan apa yang menjadi harta paling berharga dalam dirku.

Darinya, akan selalu ada harapan baru untuk ku menjadi jauh lebih baik dari hari ke hari.
Darinya, akan selalu ada masa depan yang yang tak akan pernah redup untuk diperjuangkan.
Kau tau apa itu???

Ya.. Kau boleh menyebutnya “Pemuda”. Dan jika kau suka, kau juga boleh memanggilnya “Mahasiswa”.
Namun sayang, orang bilang, kini semangat Pemuda ku semakin layu. Kiprahnya tak sehebat waktu itu.

Tak seperti Soekarno, sang singa podium. Dimana pada setiap orasinya, setiap untaian kata yang disuarakan, tak hanya membakar semangat, tapi juga bisa memberikan sugesti yang mampu tertanam dalam jiwa dan sanubari setiap jiwa yang mendengarnya.

Tak seperti Hatta, sang proklamator Indonesia. Jujur, lugu, dan bijaksana. Namun selalu ada bakti yang tak pernah habis diberikan untuk negerinya tercinta.

Tak seperti Habibie, sang cendikiawan muda. Dimana dalam diamnya ada jutaan karya dan inspirasi untuk menjadikan negeri ini wangi di penjuru dunia.

Tak seperti Bung Tomo, yang heroik dalam dalam pidatonya. Dimana dengan semangat nasionlismenya, ia sihir arek-arek Surabaya untuk menyatukan tekad dan tak gentar melawan ultimatum  Inngris.

Mereka bilang, pemuda-pemudaku kini pendiam. Diam, tak banyak pergerakan, tak banyak perubahan.   

Mereka bilang, pemudaku sekarang individualis. Asal diri senang, apapun dilakukan. Buta sosial, dan tak peduli masalah bangsanya.
Ahh.. apa iya seperti itu? Kata siapa???

Buktinya, hingga hari ini masih banyak ku jumpai generasiku yang peduli.
Lihat saja, saat beberapa waktu yang lalu permadaniku dilahap sang raja merah di tanah Sumatra dan Kalimantan sana, masih banyak pemuda ku yang peduli.
Diseluruh penjuru negeri, pemudaku tak pernah henti untuk terus peduli lagi dan lagi...
Coba lihat... ada berapa donasi yang mengalir untuk saudara-saudara mereka disana?
Hmm.. Tak terlalu banya k memang jika dilihat dari angka nominal, tapi rasa kepedulian mereka, apakah kau masih menyangsikan tulus kasihnya???

Orang bilang, pemudaku kini hanya akan dicetak menjadi pegawai, pejabat, birokrat dan teknokrat semata.
Bangku kuliah hanya dijadikan kursi untuk memperoleh IP yang tinggi. Agar esok, kursi kekuasaan tak luput dari incaran.
Ahh.. apa iya seperti itu? Kata siapa???

Pemudaku memang banyak yang mengejar IP tinggi. Namun baginya, itulah bekal yang akan ia bawa untuk mengabdi.
Baginya, menjadi cendikiawan adalah menjadi harapan.
Coba saja lihat di tapal batas diriku ini.
Ada berapa banyak pemuda yang tak pernah gentar menghidupkan asa yang hampir redup bagi saudar-saudaranya disana.
Mendidik generasi-generasi yang terpinggirkan, mencoba menyalakan harapan di seluruh penjuru tapal batas.
Mendidik generasi, membangun peradaban.
Sekali lagi, masih ada harapan bukan?

Orang bilang, pemudaku kini tak lagi peduli akan nasib negerinya. Tak lagi menjadi penyambung lidah rakyat, tak lagi
Tak seperti dahulu, seperti pergerakan pemuda yang heroik pada era reformasi 1998, dimana Pemerintahan Soeharto yang korup dan menindas berhasil digulingkan.
Ahh.. apa iya seperti itu? Kata siapa???

Coba ingat-ingat kembali. Hingga hari ini, nyatanya pemudaku masih peduli.
Jika kau tengok, pemudaku yang juga sering dikenal dengan sebutan mahasiswa, tak henti-hentinya mengawal kebijakan pemerintah.
Melakukan audiensi, bahkan turun ke jalan hanya demi menjadikan negeri ini mempunyai harapan yang lebih baik.

Sungguh... Pemuda-pemudaku bukannya membenci pemimpinnya. Justru karena mereka peduli, mereka memiliki cinta, dan mereka memiliki harapan, maka mereka ingin bersuara.
Tak ingin jika nasib negeri ini terus menerus diujung tanduk.
Tak ingin, jika pemimpin mereka lalai dalam mengemban amanah yang telah dititipkan rakyatnya pada pundak-pundak mereka.
Lantas, masihkah kau sebut pemuda-pemuda ku mati suri?
Masihkah kau sebut pemuda-pemuda ku ini anti dengan pergerakan?

Jika memang masih saja ada orang yang meragukan pemuda-pemudaku karena kondisi yang mereka lihat saat ini, lihat saja, akan ada masa dimana orang-orang akan bangkit memperjuangkan kembali negerinya yang hebat ini.

Aku yakin, kegelapan ini akan berakhir dengan cahaya kecil yang membesar.

Aku yakin bahwa di sudut-sudut negeri ini, masih banyak pemuda-pemuda yang memiliki tekad yang sama dengan pemuda-pemudaku.
Pemuda-pemuda yang menolak negerinya terus dicap sebagai negeri yang cengeng, tertinggal, pemalas ataupun negeri yang rapuh.

Yang mereka butuhkan hanyalah kepedulian dari kalian, sebab mereka tak bisa bergerak sendiri.
Dan aku yakin, kau adalah salah satu diantara bukan? 

Maka, #SatukanLangkah untuk Indonesia yang lebih baik. #SatukanLangkah untuk menjadi generasi yang peduli pada negeri ini

#SatukanLangkah untuk menjadikan nyata harapan-harapan besar ini.
#SatukanLangkah untuk memulalai hal yang besar itu dengan langkah kecil yang nyata di hari ini
#SatukanLangkah untuk FKIP lebih baik, #SatukanLangkah untuk Indonesia lebih baik

“Aku ada, aku berfikir, aku memiliki harapan, maka aku mantap untuk menyatakan aku ada, dan aku punya suara. Dengan menggunakan hak pilihku, setidaknya aku ikut memastikan bahwa estafet dalam rangka menunjang dan mewujudkan hak serta aspirasi kami sebagai mahasiswa akan sampai pada tangan yang tepat.”

Vote No. 1 untuk FKIP lebih baik
#SatukanLangkah
#FF1Melesat


Comments

Popular posts from this blog

Urgensi Lembaga Legislatif dalam Dinamika Politik Kampus

Seiring dengan makin dikenalnya istilah student governence di lingkungan kampus, tentunya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tentang apa sebenarnya student governance atau yang kita artikan sebagai pemerintahan mahasiswa. Disamping itu, pengkajian terhadap setiap tugas, peran dan fungsi dari tiap-tiap lembaga tersebut wajib kita ilhami dengan baik, sehingga sistem baku yang telah dibentuk dalam lingkungan kampus ini dapat berjalan secara dinamis dan sinergis dalam mewujudkan pemerintahan mahasiswa. Layaknya sebuah pemerintahan negara, “organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa”. Berangkat dari landasan tersebut, tentunya dapat kita simpulkan bahwa prinsip “dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa” merupakan prinsip dasar dalam kehidupan mahasiswa. Untuk itu diperlukan suatu tatanan sistem organisasi mahasiswa untuk menjalankan prinsip-prinsip tersebut. Sistem student governe...

Yaa Muqollibal Qulub, Tsabit Qolbii 'ala Diinik

Ya, Rabb.. Bersama senja, Kau ketuk lagi hati ini. Hati yang tengah mencari arti dalam jalan yang sunyi. Kau getarkan kembali hati ini, ketika ia tengah nyaris mati tak berdetak. Kau hadirkan lagi memori itu, saat kami berada pada satu garis perjuangan yang sama. Kau ingatkan kembali pada sebuah janji yang sempat teruntai bersama tangis air mata dan doa. Yaa, Rabb. Tanpa kusampaikan lewat barisan kata pun, aku yakin, Kau mengerti apa yang ditanyakan oleh segumpal daging yang ada didalam raga ini. Aku mencintai Mu, namun bagaimana dengan ridho orang tua ku? Hendak kemana aku mencari jawaban atas kegelisahn hati ini? Aku ingin berjalan dijalan Mu. Sungguh, benar-benar ingin… Namun sungguh, aku tak tahu, hendak ku langkahkan pada persimpangn jalan yang mana langkah kaki ini. Aku hanya takut, aku salah dalam mengambil keputusan. Ketika jalan ini kau buka dengan lapang untuk menjadi jalanku untuk lebih mudah menggapai cintaMu, justru aku sia-siakan dan tutup rapat karena ketidaktah...

PPG Jalur Instan Mencetak Guru Profesional (?)

Hmm, lagi-lagi pingin membahas masalah PPG. Walaupun masalah PPG ini sudah pernah saya bahas di tulisan terdahulu dalam blog ini, boleh deh kita bahas lagi. Mumpung lagi panas :) Berbicara mengenai pengahapusan akta 4 per Juni 2014 bagi mahasiswa FKIP UNS, pasti erat hubungannya dengan isu PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang menjadi momok dan pembicaran panas di kalangan mahasiswa FKIP. PPG merupakan pendidikan lanjutan bagi setiap mahasiswa lulusan Kependidikan maupun Non   Kependidikan yang ingin tersertifikasi menjadi guru profesional.  Menurut wacana, lulusan mahasiswa FKIP mulai Juni, 2014 tidak lagi mendapatkan akta 4 sebagai syarat mereka untuk mengajar. Lantas bagaimanakah nasib para lulusan FKIP di tahun 2015 dan setelahnya? Apakah cita-cita luhur mereka untuk dapat menjadi seorang pendidik dan mengabdi pada negeri harus pupus? Ternyata pemerintah menjawab tidak. Dengan dihapusnya akta 4, pemerinah telah menyiapkan gantinya dengan mengeluarkan kebijaan unt...