Skip to main content

(Bukan) Tentang Berjuang

Dahulu, ku kira, bahwa segala sesuatu akan selalu sampai pada rencana yang telah kita tetapkan; asalkan kita mau berjuang. Bahwa setiap jatuh bangun, pengorbanan, juga haru biru perasaan akan selalu berbalas pada kemenangan yang kita tetapkan sendiri definisinya. Sebab kata mereka, usaha tak kan pernah berkhianat pada hasil.

Namun sombongnya kita, yang senantiasa mendongak untuk setiap pencapaian yang kita raih. Merasa kesemuanya adalah hasil jerih payah dan perjuangan siang malam yang tiada henti. Merasa kesemuanya, tak ada campur tangan Tuhanmu untuk menjadikan apa yang Ia kehendaki menjadi nyata. Kun fayakun!

Dan hingga pada suatu ketika, kita mungkin akan bertemu pada sebuah takdir yang tak kita duga-duga.

Selepas usaha yang begitu payah, selepas banyaknya waktu yang tergadai dalam berjuang, nyatanya lelah kita tak berbuah apa-apa. Apa yang kita harapkan tak sama dengan apa yang kita terima.

Lantas kita mengutuk. Mengumpat semua usaha yang kita anggap sia-sia. Mendakwa Tuhan yang tak adil dalam mengetuk takdir.

Tetapi lambat laun, seiring waktu, dari sedikit demi sedikit ketetapan-Nya yang tersingkap, aku menjadi paham. Bahwa seharusnya harap hanya diletakkan pada takaran harap. Tidak lebih.
Karena ketetapan-Nya adalah muara untuk setiap kisah anak manusia.

Maka seharusnya, iman dan taqwa kita harus mampu untuk menjadi peredam segala lara yang terus bising bergemuruh. Pada rasa yang tak selesai, pada harap yang tak terwujud, juga pada janji yang tak tertepati. Sebab yang harus kita amini, bahwa apa-apa yang terbaik tidak pernah ada dalam takaran manusia.

Sejatinya, tugas kita cukup sederhana. Asal kita memahami arti dari sebuah penerimaan. Semakin kita bersandar pada ketetapanNya, semakin pula kita memahami hakikat seorang hamba. Bukankah sedari dahulu kita paham, bahwa puncak dari perjuangan adalah penerimaan itu sendiri. Sebab tugas seorang hamba hanyalah taat. 

Namun walau begitu, tidak lantas kita harus berputus asa. Menerima begitu saja jalan cerita yang kita anggap bagian dari akhir ketetapanNya. 

Kita sering lupa. Lupa, bahwa kita sejatinya tak pernah tau batas akhir sebuah takdir. Oleh karena itu, BERJUANGLAH! Mastatho'tum. Semampumu, sampai Allah menghentikan langkahmu. Namun setelahnya, belajarlah menerima setiap garis takdir dari hasil yang Allah berikan. Tak peduli sesuai dengan yang kita harap-harapkan, ataupun sebaliknya. Sebab Allah beri yang terbaik, bukan yang kita inginkan. Dan kau harus percaya, peluh juangmu tak akan pernah Allah siakan. Bila tak berbalas hari ini, suatu saat pasti. 

Semoga Allah jadikan kita pribadi yang tak mudah berputus asa, cermat dalam menakar harap, dan pandai bersyukur dan berlapang pada muara takdir kisah kita.

Hey kamu..
Berjuanglah dengan baik, menerimalah dengan baik

Gedung Pasca, 19 Juli 2018
08.54

Comments

Popular posts from this blog

Urgensi Lembaga Legislatif dalam Dinamika Politik Kampus

Seiring dengan makin dikenalnya istilah student governence di lingkungan kampus, tentunya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tentang apa sebenarnya student governance atau yang kita artikan sebagai pemerintahan mahasiswa. Disamping itu, pengkajian terhadap setiap tugas, peran dan fungsi dari tiap-tiap lembaga tersebut wajib kita ilhami dengan baik, sehingga sistem baku yang telah dibentuk dalam lingkungan kampus ini dapat berjalan secara dinamis dan sinergis dalam mewujudkan pemerintahan mahasiswa. Layaknya sebuah pemerintahan negara, “organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa”. Berangkat dari landasan tersebut, tentunya dapat kita simpulkan bahwa prinsip “dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa” merupakan prinsip dasar dalam kehidupan mahasiswa. Untuk itu diperlukan suatu tatanan sistem organisasi mahasiswa untuk menjalankan prinsip-prinsip tersebut. Sistem student governe...

Yaa Muqollibal Qulub, Tsabit Qolbii 'ala Diinik

Ya, Rabb.. Bersama senja, Kau ketuk lagi hati ini. Hati yang tengah mencari arti dalam jalan yang sunyi. Kau getarkan kembali hati ini, ketika ia tengah nyaris mati tak berdetak. Kau hadirkan lagi memori itu, saat kami berada pada satu garis perjuangan yang sama. Kau ingatkan kembali pada sebuah janji yang sempat teruntai bersama tangis air mata dan doa. Yaa, Rabb. Tanpa kusampaikan lewat barisan kata pun, aku yakin, Kau mengerti apa yang ditanyakan oleh segumpal daging yang ada didalam raga ini. Aku mencintai Mu, namun bagaimana dengan ridho orang tua ku? Hendak kemana aku mencari jawaban atas kegelisahn hati ini? Aku ingin berjalan dijalan Mu. Sungguh, benar-benar ingin… Namun sungguh, aku tak tahu, hendak ku langkahkan pada persimpangn jalan yang mana langkah kaki ini. Aku hanya takut, aku salah dalam mengambil keputusan. Ketika jalan ini kau buka dengan lapang untuk menjadi jalanku untuk lebih mudah menggapai cintaMu, justru aku sia-siakan dan tutup rapat karena ketidaktah...

PPG Jalur Instan Mencetak Guru Profesional (?)

Hmm, lagi-lagi pingin membahas masalah PPG. Walaupun masalah PPG ini sudah pernah saya bahas di tulisan terdahulu dalam blog ini, boleh deh kita bahas lagi. Mumpung lagi panas :) Berbicara mengenai pengahapusan akta 4 per Juni 2014 bagi mahasiswa FKIP UNS, pasti erat hubungannya dengan isu PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang menjadi momok dan pembicaran panas di kalangan mahasiswa FKIP. PPG merupakan pendidikan lanjutan bagi setiap mahasiswa lulusan Kependidikan maupun Non   Kependidikan yang ingin tersertifikasi menjadi guru profesional.  Menurut wacana, lulusan mahasiswa FKIP mulai Juni, 2014 tidak lagi mendapatkan akta 4 sebagai syarat mereka untuk mengajar. Lantas bagaimanakah nasib para lulusan FKIP di tahun 2015 dan setelahnya? Apakah cita-cita luhur mereka untuk dapat menjadi seorang pendidik dan mengabdi pada negeri harus pupus? Ternyata pemerintah menjawab tidak. Dengan dihapusnya akta 4, pemerinah telah menyiapkan gantinya dengan mengeluarkan kebijaan unt...