Skip to main content

Jangan Golput: 1 Menit untuk 5 Tahun Indonesia Lebih Baik :)



Katanya sih bangsa Indonesia sudah bosan dengan sistem pemerintahan selama ini. Mulai dari makin menjamurnya anak jalanan, pendidikan yang tidak merata, minimnya layanan kesehatan, tingginya harga bahan pangan, pelanggaran HAM, pengkliman budaya Indonesia oleh negara lain, lambatnya kinerja pemerintah dalam menangani korban bencana alam, bahkan korupsi sana sini merupakan bukti nyata bahwa pemerintahan di Indonesia masih sangat jauh dari harapan bangsa Indonesia itu sendiri. Itulah alasan mengapa masyarakat selalu saja menyalahkan kinerja pemirintah. Kekecewaan bangsa ini terhadap sistem pemerintahan yang telah ada merupakan salah satu alasan mengapa mereka memilih apatis terhadap pergantian pemimpin melalui pemilihan umum yang diselenggarakan oleh bangsa ini tiap 5 tahun sekali. Alhasil, memilih untuk tidak memilih (red: Golput) merupakan jawaban dari kepesimisan mereka terhadap perbaikan sistem ini. Anggapan mereka, para pemimpin bangsa ini kurang dapat dipercaya, dan pergantian pemimpin pun belum tentu dapat menjadi solusi untuk permasalahan yang mereka alami. Masyarakat menganggap bahwa saat mereka memilih pemimpin hasilnya akan sama saja, oleh karena itu masyarakat lebih memilih untuk menyerahkan hasil keputusan akhir pada hasil suara mayoritas yang akan didapat setelah penghitungan suara.
Walaupun sejatinya mereka tahu bahwa sistem pemerintahan Indonesia belum mampu menjawab setiap harapan kita, namun sayangnya masyarakat belum sepenuhnya sadar bahwa ternyata mereka memiliki andil dalam ketidak sempurnaan sistem pemerintahan ini. Lhoh kok bisa gitu? Ya, tentu saja bisa. Bukankah yang memegang kendali kebijakan pemerintahan kita sebagian besar diorganisir oleh pemimpin dan para wakil rakyat (Red: presiden dan DPR)? Namun mengapa kita selalu mengeluhkan kinerja pemerintah saat mereka tak cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan bangsa ini? Bukankah keberadaan mereka untuk menduduki kursi-kursi pemerintahan merupakan hasil dari suara kita? Dan bukankah keberadaan pemimpin-pemimpin yang tak amanah itu juga dikarenakan masih banyak masyrakat yang enggan mengeluarkan hak suara mereka, sehingga pemimpin yang terpilih bukanlah pemimpin yang mengerti akan keadaan kita?
Hari ini masih saja banyak bangsa Indonesia yang acuh akan nasib bangsa ini. Dan lebih miris lagi ketika mendengar keapatisan itu bersumber dari para generasi muda terpelajar bangsa ini. Pemuda yang seharusnya memiliki andil besar dalam perubahan dan perbaikan seakan tak peduli dan tak mau tau akan  nasib rakyat Indonesia. Banyak kaum muda atau mahasiswa yang sudah mengetahui apa yang terjadi pada pemerintah namun memilih sikap diam, lantaran mereka beranggapan bahwa untuk memasuki dunia politik dan memberi perubahan pada negara ini adalah hal yang mustahil. Seharusnya, generasi cendikiawan mudalah yang berada di lini terdepan perubahan bangsa Indonesia. Senada dengan anggapan masyarakat luas, di tulisan-tulisan ku yang terdahulu pun sering ku sebutkan bahwa mahasiswa sebagai agent of change yang memiliki peranan sangat besar dalam memajukan dunia perpolitikan Indonesia. Tapi mengapa sih harus mahasiswa yang memegang peranan tersebut? Ya, karena mahasiswa adalah masyarakat yang terdidik untuk kritis dalam segala hal.
Seperti yang telah diungkapkan oleh Hasan al-Banna, beliau mengatakan: “Dalam setiap kebangkitan sebuah peradaban di belahan dunia manapun, maka kita akan menjumpai bahwa pemuda adalah salah satu irama rahasianya”. Dan selain itu, pepatah arab pun juga mengatakan: “Syubanul yaum, rijalul ghad wa Inna fi yadi syubban amrol ummah, wa fi aqdamihim hayataha” yang artinya: pemuda/remaja dimasa sekarang ini merupakan pemimpin dimasa depan dan sesungguhnya di tangan dan langkah pemudalah urusan dan hidupnya suatu umat/masyarakat.”
Nah, dari ungkapan-ungkapan itulah seharusnya pemuda khususnya mahasiswa sadar, bahwa mereka memiliki tanggung jawab yang besar dalam urusan kehidupan masyarakat. Mereka seharusnya memiliki prinsip dalam menentukan siapakah pemimpin terbaik untuk kita, bukannya malah memilih untuk tidak memilih. Dan sebenarnya lagi, mahasiswa memiliki peran strategis untuk mempengaruhi paradigma masyarakat luas yang apatis terhadap nasib negeri ini. Karena pada dasarnya mahasiswa belum terkait dengan kepentingan politik, mahasiswa masih bersifat netral dalam pergerakannya. Jadi, ketika mahasiswa berkomunikasi kepada masyarakat, pasti mereka akan memahami bahwa apa yang kita lakukan untuk mempengaruhi masyarakat dalam mengeluarkan hak suaranya bukanlah untuk kepentingan suatu golongan politik, melainkan berdasarkan tanggung jawabnya menjadi insan intelektual untuk mengajak bangsa ini menuju Indonesia lebih baik.
Guys, jika kita menggunakan hak pilih kita, itu berarti kita telah memberikan satu buah dukungan bagi pemimpin-pemimpin hebat kita untuk menjalankan amanah demi mewujudkan harapan-harapan bangsa ini, namun jika kita tak menggunakan hak pilihan kita (golput), itu artinya kita juga lah yang mengurangi kesempatan pemimpin hebat itu untuk mengemudikan kapal pemerintahan ini, dan merelakan bangsa ini dipimpin oleh pemimnin yang tak amanah yang sebenarnya bukan sepenuhnya pilihan kita.
Jika kita berfikir Indonesia hanya dipenuhi pemimpin-pemimpin yang hanya obral janji tanpa realisasi, engkau salah besar sobat. Jika engkau menyangkal karena memang kenyataan yang ada seperti itu, itu karena Indonesia belum mampu menemukan pemimpin yang baik yang benar-benar peduli akan nasib bangsa ini. Aku yakin bangsa Indonesia masih memiliki banyak pemimpin hebat, pemimpin yang mampu membawa perubahan untuk bangsa ini. Yang kita butuhkan hanyalah memperjuangkan pemimpin-pemimpin hebat itu untuk dapat mengemudikan kapal pemerintahan ini.
Masa depan kehidupan politik yang bersih ada di tangan para intelektual muda. Setiap tindakan perlawanan terhadap politik yang bertentangan dengan norma-norma, maka timbal baliknya di masa depan adalah kehidupan berpolitik yang baik.
Hy Guys, Indonesia butuh pemimpin yang amanah, dan pemimin-pemimpin yang amanah itu butuh akan suara kita. Bangsa Indonesia harus cerdas dalam memilih seorang pemimpin dan para wakil rakyat.  Mari memilih, namun jangan salah pilih! Kenalilah calon pemimpin kita, jadilah pemilih yang cerdas dan katakan tidak pada Golput. 1 menit untuk 5 tahun Indonesia lebih baik.

Surakarta, 6 April 2014 
19:20
Cos Ma’arif H. L



Comments

Popular posts from this blog

Urgensi Lembaga Legislatif dalam Dinamika Politik Kampus

Seiring dengan makin dikenalnya istilah student governence di lingkungan kampus, tentunya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tentang apa sebenarnya student governance atau yang kita artikan sebagai pemerintahan mahasiswa. Disamping itu, pengkajian terhadap setiap tugas, peran dan fungsi dari tiap-tiap lembaga tersebut wajib kita ilhami dengan baik, sehingga sistem baku yang telah dibentuk dalam lingkungan kampus ini dapat berjalan secara dinamis dan sinergis dalam mewujudkan pemerintahan mahasiswa. Layaknya sebuah pemerintahan negara, “organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa”. Berangkat dari landasan tersebut, tentunya dapat kita simpulkan bahwa prinsip “dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa” merupakan prinsip dasar dalam kehidupan mahasiswa. Untuk itu diperlukan suatu tatanan sistem organisasi mahasiswa untuk menjalankan prinsip-prinsip tersebut. Sistem student governe...

Yaa Muqollibal Qulub, Tsabit Qolbii 'ala Diinik

Ya, Rabb.. Bersama senja, Kau ketuk lagi hati ini. Hati yang tengah mencari arti dalam jalan yang sunyi. Kau getarkan kembali hati ini, ketika ia tengah nyaris mati tak berdetak. Kau hadirkan lagi memori itu, saat kami berada pada satu garis perjuangan yang sama. Kau ingatkan kembali pada sebuah janji yang sempat teruntai bersama tangis air mata dan doa. Yaa, Rabb. Tanpa kusampaikan lewat barisan kata pun, aku yakin, Kau mengerti apa yang ditanyakan oleh segumpal daging yang ada didalam raga ini. Aku mencintai Mu, namun bagaimana dengan ridho orang tua ku? Hendak kemana aku mencari jawaban atas kegelisahn hati ini? Aku ingin berjalan dijalan Mu. Sungguh, benar-benar ingin… Namun sungguh, aku tak tahu, hendak ku langkahkan pada persimpangn jalan yang mana langkah kaki ini. Aku hanya takut, aku salah dalam mengambil keputusan. Ketika jalan ini kau buka dengan lapang untuk menjadi jalanku untuk lebih mudah menggapai cintaMu, justru aku sia-siakan dan tutup rapat karena ketidaktah...

PPG Jalur Instan Mencetak Guru Profesional (?)

Hmm, lagi-lagi pingin membahas masalah PPG. Walaupun masalah PPG ini sudah pernah saya bahas di tulisan terdahulu dalam blog ini, boleh deh kita bahas lagi. Mumpung lagi panas :) Berbicara mengenai pengahapusan akta 4 per Juni 2014 bagi mahasiswa FKIP UNS, pasti erat hubungannya dengan isu PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang menjadi momok dan pembicaran panas di kalangan mahasiswa FKIP. PPG merupakan pendidikan lanjutan bagi setiap mahasiswa lulusan Kependidikan maupun Non   Kependidikan yang ingin tersertifikasi menjadi guru profesional.  Menurut wacana, lulusan mahasiswa FKIP mulai Juni, 2014 tidak lagi mendapatkan akta 4 sebagai syarat mereka untuk mengajar. Lantas bagaimanakah nasib para lulusan FKIP di tahun 2015 dan setelahnya? Apakah cita-cita luhur mereka untuk dapat menjadi seorang pendidik dan mengabdi pada negeri harus pupus? Ternyata pemerintah menjawab tidak. Dengan dihapusnya akta 4, pemerinah telah menyiapkan gantinya dengan mengeluarkan kebijaan unt...