Katanya
sih bangsa Indonesia sudah bosan dengan sistem pemerintahan selama ini. Mulai
dari makin menjamurnya anak jalanan, pendidikan yang tidak merata, minimnya
layanan kesehatan, tingginya harga bahan pangan, pelanggaran HAM, pengkliman
budaya Indonesia oleh negara lain, lambatnya kinerja pemerintah dalam menangani
korban bencana alam, bahkan korupsi sana sini merupakan bukti nyata bahwa
pemerintahan di Indonesia masih sangat jauh dari harapan bangsa Indonesia itu
sendiri. Itulah alasan mengapa masyarakat selalu saja menyalahkan kinerja
pemirintah. Kekecewaan bangsa ini terhadap sistem pemerintahan yang telah ada
merupakan salah satu alasan mengapa mereka memilih apatis terhadap pergantian
pemimpin melalui pemilihan umum yang diselenggarakan oleh bangsa ini tiap 5
tahun sekali. Alhasil, memilih untuk tidak memilih (red: Golput) merupakan
jawaban dari kepesimisan mereka terhadap perbaikan sistem ini. Anggapan mereka,
para pemimpin bangsa ini kurang dapat dipercaya, dan pergantian pemimpin pun belum
tentu dapat menjadi solusi untuk permasalahan yang mereka alami. Masyarakat menganggap
bahwa saat mereka memilih pemimpin hasilnya akan sama saja, oleh karena itu
masyarakat lebih memilih untuk menyerahkan
hasil keputusan akhir pada hasil suara mayoritas yang akan didapat setelah
penghitungan suara.
Walaupun
sejatinya mereka tahu bahwa sistem pemerintahan Indonesia belum mampu menjawab setiap
harapan kita, namun sayangnya masyarakat belum sepenuhnya sadar bahwa ternyata mereka
memiliki andil dalam ketidak sempurnaan sistem pemerintahan ini. Lhoh kok bisa
gitu? Ya, tentu saja bisa. Bukankah yang memegang kendali kebijakan pemerintahan
kita sebagian besar diorganisir oleh pemimpin dan para wakil rakyat (Red: presiden
dan DPR)? Namun mengapa kita selalu mengeluhkan kinerja pemerintah saat mereka tak
cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan bangsa ini? Bukankah keberadaan
mereka untuk menduduki kursi-kursi pemerintahan merupakan hasil dari suara
kita? Dan bukankah keberadaan pemimpin-pemimpin yang tak amanah itu juga dikarenakan
masih banyak masyrakat yang enggan mengeluarkan hak suara mereka, sehingga
pemimpin yang terpilih bukanlah pemimpin yang mengerti akan keadaan kita?
Hari
ini masih saja banyak bangsa Indonesia yang acuh akan nasib bangsa ini. Dan
lebih miris lagi ketika mendengar keapatisan itu bersumber dari para generasi
muda terpelajar bangsa ini. Pemuda yang seharusnya memiliki andil besar dalam
perubahan dan perbaikan seakan tak peduli dan tak mau tau akan nasib rakyat Indonesia. Banyak kaum muda
atau mahasiswa yang sudah mengetahui apa yang terjadi pada pemerintah namun
memilih sikap diam, lantaran mereka beranggapan bahwa untuk memasuki dunia
politik dan memberi perubahan pada negara ini adalah hal yang mustahil. Seharusnya, generasi cendikiawan mudalah yang berada di lini
terdepan perubahan bangsa Indonesia. Senada dengan anggapan masyarakat luas, di
tulisan-tulisan ku yang terdahulu pun sering ku sebutkan bahwa mahasiswa
sebagai agent of change yang memiliki peranan sangat besar dalam
memajukan dunia perpolitikan Indonesia. Tapi mengapa sih harus mahasiswa yang
memegang peranan tersebut? Ya, karena mahasiswa adalah masyarakat yang terdidik
untuk kritis dalam segala hal.
Seperti yang telah diungkapkan oleh Hasan
al-Banna, beliau mengatakan: “Dalam setiap kebangkitan sebuah peradaban di
belahan dunia manapun, maka kita akan menjumpai bahwa pemuda adalah salah satu
irama rahasianya”. Dan selain itu, pepatah arab pun juga mengatakan: “Syubanul
yaum, rijalul ghad wa Inna fi yadi syubban amrol ummah, wa fi aqdamihim
hayataha” yang artinya: pemuda/remaja dimasa sekarang ini merupakan pemimpin
dimasa depan dan sesungguhnya di tangan dan langkah pemudalah urusan dan
hidupnya suatu umat/masyarakat.”
Nah, dari ungkapan-ungkapan itulah seharusnya
pemuda khususnya mahasiswa sadar, bahwa mereka memiliki tanggung jawab yang
besar dalam urusan kehidupan masyarakat. Mereka seharusnya memiliki prinsip
dalam menentukan siapakah pemimpin terbaik untuk kita, bukannya malah memilih
untuk tidak memilih. Dan sebenarnya lagi, mahasiswa memiliki peran strategis
untuk mempengaruhi paradigma masyarakat luas yang apatis terhadap nasib negeri
ini. Karena pada dasarnya mahasiswa belum terkait dengan kepentingan politik,
mahasiswa masih bersifat netral dalam pergerakannya. Jadi, ketika mahasiswa berkomunikasi
kepada masyarakat, pasti mereka akan memahami bahwa apa yang kita lakukan untuk
mempengaruhi masyarakat dalam mengeluarkan hak suaranya bukanlah untuk
kepentingan suatu golongan politik, melainkan berdasarkan tanggung jawabnya
menjadi insan intelektual untuk mengajak bangsa ini menuju Indonesia lebih baik.
Guys,
jika kita menggunakan hak pilih kita, itu berarti kita telah memberikan satu
buah dukungan bagi pemimpin-pemimpin hebat kita untuk menjalankan amanah demi
mewujudkan harapan-harapan bangsa ini, namun jika kita tak menggunakan hak
pilihan kita (golput), itu artinya kita juga lah yang mengurangi kesempatan
pemimpin hebat itu untuk mengemudikan kapal pemerintahan ini, dan merelakan
bangsa ini dipimpin oleh pemimnin yang tak amanah yang sebenarnya bukan sepenuhnya
pilihan kita.
Jika
kita berfikir Indonesia hanya dipenuhi pemimpin-pemimpin yang hanya obral janji
tanpa realisasi, engkau salah besar sobat. Jika engkau menyangkal karena memang
kenyataan yang ada seperti itu, itu karena Indonesia belum mampu menemukan
pemimpin yang baik yang benar-benar peduli akan nasib bangsa ini. Aku yakin
bangsa Indonesia masih memiliki banyak pemimpin hebat, pemimpin yang mampu
membawa perubahan untuk bangsa ini. Yang kita butuhkan hanyalah memperjuangkan
pemimpin-pemimpin hebat itu untuk dapat mengemudikan kapal pemerintahan ini.
Masa depan kehidupan politik yang bersih ada di
tangan para intelektual muda. Setiap tindakan perlawanan terhadap politik yang
bertentangan dengan norma-norma, maka timbal baliknya di masa depan adalah
kehidupan berpolitik yang baik.
Hy
Guys, Indonesia butuh pemimpin yang amanah, dan pemimin-pemimpin yang amanah
itu butuh akan suara kita. Bangsa Indonesia harus cerdas dalam memilih seorang
pemimpin dan para wakil rakyat. Mari
memilih, namun jangan salah pilih! Kenalilah calon pemimpin kita, jadilah
pemilih yang cerdas dan katakan tidak pada Golput. 1 menit untuk 5 tahun
Indonesia lebih baik.
Surakarta, 6 April 2014
19:20
Comments
Post a Comment