Kurang
lebih dua minggu yang lalu, Senin, 26 Mei 2014, kami pengurus Pengurus BEM FKIP
UNS 2014 resmi dilantik. Sebuah langkah awal bagi kami untuk melakukan sebuah
pergerakan, melakukan sebuah perubahan untuk Indonesia kita tercinta.
Perubahan
untuk Indonesia? Ya, hingga detik ini masih terngiang aku akan pemaparan
kondisi Indonesia saat ini dalam sambutan yang disampaikan oleh Mas Eko
Pujianto, selaku Presiden BEM FKIP UNS 2014. Miris jika mendengar kondisi
bangsa ini seperti yang telah beliau paparkan dalam sambutannya tersebut.
Beliau berkata bahwa Indonesia saat ini tengah berada pada tepi jurang
kehancuran. Degradasi moral, tingginya tingkat ketimpangan sosial, makin
melebarnya jurang pemisah antar pemerintah dan rakyatnya, rendahnya kualitas
pendidikan, menjamurnya pengangguran, krisis pangan, merosotnya nilai moral dan
karakter generasi muda, dan lain sebagainya seakan-akan tak henti-hentinya
memburamkan cermin harapan Indonesia saat ini. Sebegitu memprihatinkankah
negeriku ini?
Namun
hari ini, akan kucoba lihat negeri ku dari sisi yang berbeda. Jika ada orang
yang menganggap negeriku ini akan mati, akan ku tunjukkan pada mereka jika
Indonesia masih memiliki ribuan bahkan jutaan semangat yang akan menghidupkan
kembali negeri ini. Jika ada orang yang menganggap negeriku ini berada pada
ambang keboborokan, akan kuyakinkan pada mereka bahwa Indonesia masih
menggenggam milyaran harapan untuk tetap bangkit melawan keterpurukan.
Selama
aku masih dapat memandang kondisi negeri ini dari kacamata dan sudut pandang
yang berbeda, aku yakin dan percaya, Indonesia masih memiliki harapan untuk
tetap berjaya.
Pernah
ku baca buku-buku sejarah tentang negeri Indonesia. Ternyata negeri ini
bukanlah sebuah negeri yang cengeng. Negeri ini berisi orang-orang tangguh. Tak
hanya tangguh, negeri ini juga sarangnya orang pintar. Kemerdekaan saja,
direbut dengan jalur diplomasi dan jalur fisik. Jika ku baca lagi, ternyata
orang-orang muda adalah para perintis kemerdekaan itu, luar biasa!
Banyak
yang bilang kalau negeri ini, negeri yang tertinggal. Ah..aku pesimis akan
pendapat itu. Negeriku pernah membuat pesawat terbang! Setiap hari kudengar
delegasi-delegasi pelajar Indonesia, memenangkan berbagai macam perhelatan
kompetensi bergengsi di level internasional. Tak jarang pula kudengar
inspirator muda yang menjadi guru besar di negara-negara seberang sana.
Banyak
orang yang bilang kalau negeri ini negeri pemalas. Sekali lagi, aku tidak
sependapat. Coba tengok ke pasar-pasar tradisional saat shubuh menjelang,
bahkan saat tengah malam! Tak kenal lelah, pantang menyerah, walau keringat
bercucur deras di kening mereka. Bagaimana mungkin orang-orang dengan penuh
semangat seperti ini dikatakan sebagai seorang pemalas? Lihatlah, geliat
aktivitas ekonomi negeriku sudah dimulai saat orang-orang lain masih terlelap
dalam tidurnya.
Banyak
juga yang bilang kalau negeriku, negeri yang mudah tercerai berai. Oh My God, coba
tengok sejarah lagi! Apakah sumpah pemuda tahun 1928 itu bukan sebuah bukti
bahwa negeri ini sangat bersatu? Tak cukupkah kerukunan dan tingginya toleransi
bangsa ini menjadi saksi akan kuatnya persatuan bangsa ini walau kami
terbingkai dalam keberagaman kultur yang berbeda? Tidakkah terlihat bahwa
pemuda-pemuda di negeri ini sangat bangga menjadi anak negeri ini?
Tak
jarang pula aku mendengar bahwa hukum di Indonesia tidak dapat lagi dijadikan
perlindungan. Hukum Indonesia hanya tajam kebawah, namun tumpul keatas. Hmm,
Lagi-lagi harus aku tegaskan, pernyataan tersebut tidak selalu begitu kawan.
Coba lihat, berapa banyak pejabat-pejabat tinggi negara ini yang telah terjerat
dalam jeruji besi dikala mereka tak mentaati hukum negeri ini? Sudah kubilang,
jelas masih ada keadilan di negeri ini.
Aku pun
juga pernah membaca sebuah novel, katanya negeri ini negeri para bedebah,
gudangnya para koruptor, istananya para tikus berdasi. Katanya sih banyak
orang-orang ini yang enggan membuka hati untuk saudaranya sendiri. Si kaya
makin kaya, si miskin makin miskin. Tak ada kepedulian untuk berbagi diantara
kami. Ya, begitulah doktrin mereka terhadap bangsa kami. Namun, cobalah melihat
lebih dekat lagi, lihatlah dengan mata hati. Ternyata Indonesiaku memiliki
banyak orang-orang yang berjiwa sosial yang tinggi. Coba kita tengok ke
tenda-tenda pengungsian saat Indonesia terkena sebuah bencana, ada berapa
donasi yang mengalir untuk saudara-saudara kita disana? Ada berapa rupiah pundi
amal yang terkumpul untuk meringankan beban mereka? Ratusan, ribuan, jutaan, bahkan
ratusan juta pun sering mengucur ke pundi-pundi amal untuk mereka. Bagaimana
bisa kondisi ini menunjukkan bahwa negeri ku merupakan negeri yang hanya
dipenuhi para koruptor dan tikus berdasi yang ingin memakmurkan dirinya
sendiri? Sekali lagi, masih ada harapan bukan?
Jika
memang masih saja ada orang yang meragukan kehebatan negeriku karena kondisi
yang mereka lihat saat ini, lihat saja, akan ada masa dimana orang-orang akan
bangkit memperjuangkan kembali negeriku yang hebat ini. Aku yakin, kegelapan
ini akan berakhir dengan cahaya kecil yang membesar.
Aku
yakin bahwa di sudut-sudut negeri ini, masih banyak pemuda-pemuda Indonesia yang
memiliki pemikiran sama denganku. Pemuda-pemuda yang menolak negerinya terus
dicap sebagai negeri yang cengeng, tertinggal, pemalas ataupun negeri yang
rapuh. Ah..andai saja aku diberi kesempatan untuk bertemu dengan pemuda-pemuda
berkarakter itu, mungkin akan ada sesuatu yang tercipta untuk bangsaku. Suatu
hari nanti negara adidaya ini akan akan dikenal oleh dunia, bukan Amerika tapi
INDONESIA. Ya suatu hari nanti’. Negeri adidaya itu bernama INDONESIA. Pasti!
Dan
dipenghujung tulisanku kali ini, ijinkan kusampaikan pesan dari Presiden BEM
FKIP UNS 2014 “Satu Hati” terkhusus untuk kalian, para generasi pembawa harapan
bangsa.
Jika dunia
bertanya, “Adakah harapan bagi Indoensia untuk tetap jaya?”
Katakan
dengan pasti pada mereka. “Ya, selalu ada milyaran harapan bagi Indonesia untuk
tetap jaya!”
Jika dunia
bertanya, “Akankah Indonesia bangkit?”
Yakinkan
pada mereka, “Ya, karena negeriku tak pernah kehilangan semangat untuk bangkit!”
Dan jika
dunia masih bertanya, “Lantas kapan Indonesia akan bangkit?”
Ucapkan
dengan lantang pada mereka, “Indonesiaku telah bangkit hari ini!”
Surakarta, 05 Juni 2014
01:47
Cos Ma’arif H. L
Comments
Post a Comment