Berawal
dari sebuah diskusi dengan seorang sahabat kala senja itu. Kisah tentang sebuah
amanah, kisah suatu kontribusi, dan kisah klasik tentang seleksi alam untuk
para aktivis mahasiswa.
Menyandang
gelar aktivis, bukanlah sebuah jabatan dan kedudukan yang kita harapkan. Kita
hanya ingin memenuhi janji untuk manusia yang bermanfaat bagi sesamanya. Ah,
mungkin kita terlihat berpura-pura tak cinta harta benda, tetapi ya inilah diri
kita dan perjuangan kita. Jalan ini tidak mudah. Sebuah jalan yang sampai
akhirnya mempertemukan kita semua di sini. Di jalan ini kita bersama berjuang.
Ah terlalu sepele jika dibandingkan para pejuang, namun kita sering menggunakan
kata ini untuk membangkitkan rasa semangat kita untuk tetap berada di jalan
ini.
Hanya
perlu keikhlasan untuk menjalani jalan ini, keikhlasan untuk berpikir lebih,
keikhlasan untuk berkorban lebih, keikhlasan untuk disakiti lebih, dan
keikhlasan untuk berlapang dada lebih. Inilah yang diperlukan untuk menjalani
jalan ini. Apakah jalan ini sebegitu sulit untuk dilalui? Mengapa
persyaratannya begitu berat dan terlihat sangat menyakitkan? Apa balasannya?
Balasannya
hanya ridhaNya. Ya, balasannya hanya itu saja. Jika kau mengharapkan lebih maka
bukanlah di jalan ini tempatnya. Silakan kau cari jalan lainnya. Jika kau
dapati akau mendapatkan hal- hal yang lainnya, ini merupakan bonus. Setelah
lelah dan letih seharian menjalankan sebuah kegiatan, bonusnya tak lebih nasi
bungkus untuk makan siang atau makan malam. Anehnya, setelah kegiatan itu
berlangsung kita merasakan senang dan bahagia, padahal setelah kegiatan itu
kita harus kembali lagi menjadi mahasiswa, diterjang oleh beberapa tugas-tugas
dan ujian-ujian mata kuliah. Kadang kala kita harus memutar otak bagaimana
semua tugas-tugas itu dapat dikerjakan dengan baik, namun amanah di organisasi
juga berjalan dengan optimal. Mereka tidak tahu kalau kita harus berjuang untuk
nilai akademik, sembari harus memikirkan program-program kerja yang telah
disusun, dan kembali mengerjakan tugas-tugas di sepinya malam yang terkadang
bayang-bayang amanah organisasi juga tak henti-hentinya menggelayut di fikiran
kita sebagai teman disela-sela tugas kuliah tersebut. Belum lagi terkadang
amanah organisasi kita pun juga harus bersanding dengan tugas kita yang lain,
tugas kita menjadi anak bagi orang tua tercinta, dan teladan selaku kakak bagi
adik-adik kita. Semuanya harus berlangsung di waktu yang bersamaan, hingga
terkadang aku berpikir bahwa kita menggadaikan masa muda kita dengan perjuangan
ini. Sungguh perjalanan ini sangat melelahkan.
Bahkan
ketika orang-orang di sekitar kita pun tidak mengharapkan, tetapi masih saja
kita terus tetap berada di jalan ini. Tidak sedikit mereka mencemooh diri kita.
Banyak yang berkata ini hanyalah pelarian dari akademik yang buruk. Banyak pula
yang berkata ini adalah manuver agar kita terkenal dengan cepat. Atau yang
lebih menyakitkan lagi banyak yang berkata bahwa kita hanyalah sekelompok
orang-orang yang kurang kerjaan, melakukan diskusi mengenai hal-hal yang
dianggap tak penting, melakukan advokasi sana-sini, sok sibuk cari tanda tangan
dosen, dekan, dan rektor, sok jadi orang penting yang harus meloby orang-orang
penting untuk menjadi pembicara pada suatu event yang kadang mereka anggap
membosankan, bahkan bersorak sorai turun di jalanan yang kadang membuat
sebagian orang berfikiran negatif pada citra para mahasiswa. Sungguh
miris, buakan? Ya, namun lagi-lagi, kita tetap memilih untuk bertahan di jalan
ini, bertahan tanpa sebuah bayaran dan hanya atas dasar cinta untuk
melakukannya.
Matematika
kita sungguh membingungkan, siapa diri kita dan siapa mereka. Kita tidak
terhubung dengan ikatan darah, namun mengapa kita memperjuangkannya,
memikirkannya, mau bersusah payah, dan membantunya? Dan lantas apa yang kita
dapatkan? Kita hanya tersenyum jika pertanyaan itu terlontar. Sungguh
matematika yang sangat membingungkan.
Tetapi
kawan, entah mengapa tetap saja kita memilih jalan ini. Aku pun sempat bertanya
kepada diriku mengapa jalan ini yang kupilih. Jawabannya karena cinta! Ya,
karena cinta sehingga kita saling terhubung dalam jalan ini, dengan ikatan atas
nama cinta untuk tetap terus bersama. Emas menggunung dan mahkota bertahtakan
berlian pun tidak akan sanggup membayar ini semua. Aku menyebutnya jalan
cahaya, di mana jalannya yang panas, dan aku berharap ada angin surga yang
berhembus untuk sekedar menyejukkan hati ini. Dan satu hal yang selalu aku
yakini, aku tahu bahwa kita ternyata sedang dijaga oleh-Nya dari perbuatan-perbuatan
sia-sia, dari perbuatan-perbuatan yang justru akan menambah dosa.
Kawan,
seperti yang seringa ku tuliskan pada tulisanku terdahulu, bahwa bangsa ini
telah menyematkan gelar "Agent of Change" pada setiap pundak
mahasiswa. Sebuah gelar yang seharusnya dapat kita pertanggungjawabkan untuk
negeri ini. Anggaplah ini sebagai wujud nyata pengabdian kita untuk negeri yang
telah membesarkan kita hingga detik ini
Bekerja
di saat yang lain terlelap, bersemangat di saat yang lain mengeluh. Berteriak
di saat yang lain diam, dan berlari di saat yang lain berjalan. Angkuhnya kita
sering bersuara bahwa jalan inilah yang sangat membutuhkan kita. Namun ternyata
kawan, kitalah yang sebenarnya membutuhkan jalan ini untuk merasakan anginnya
berjuang… Mari Belajar Merawat Indonesia… Kitalah yang membutuhkan jalan ini
untuk senantiasa saling terhubung, dalam ikatan yang disebut dengan
persaudaraan.
Memang
terkadang lelah dan jenuh itu sering menghinggapi. Namun, aku tahu pasti kita
akan selalu ada untuk saling menggenggam tangan, untuk memberikan
sandaran, untuk memberikan senyuman kehangatan, dan belaian lembut untuk
menghapus air mata ini, serta memberikan cinta penawar setiap luka. Ingatlah,
kita adalah insan pilihihan yang dipercaya untuk mengemban setiap amanah yang
telah kita emban. Karena amanah tak akan pernah salah memilih pundak untuk
bersandar. Inilah jalan kita, jalan cahaya penuh cinta, berjuang bersama
“Belajar Merawat Indonesia”…
Jika
ada seribu orang yang berjuang di lini terdepan suatu pergerakan, maka aku satu diantaranya
Jika
ada seratus orang yang berjuang di lini terdepan suatu pergerakan, maka aku satu
diantaranya
Jika ada sepuluh orang yang berjuang di lini terdepan suatu pergerakan, maka aku satu diantaranya
Jika hanya satu orang yang berjuang di lini terdepan suatu pergerakan, maka saksikanlah, bahwa itulah adalah AKU
Jika ada sepuluh orang yang berjuang di lini terdepan suatu pergerakan, maka aku satu diantaranya
Jika hanya satu orang yang berjuang di lini terdepan suatu pergerakan, maka saksikanlah, bahwa itulah adalah AKU
Surakarta, 04 Juni 2014
21:29
Cos
Ma’arif H. L
Comments
Post a Comment