29 Ramadhan penuh berkah, alhamdulillah diijinkan berjumpa
lagi dengan sahabat lama SMA. Mengingat lagi, banyak kisah yang kita toreh
disana. Ada rindu yang tersemai, ada tawa yang menderai, ah aku tak bisa
berkata-kata. Hari ini begitu luar biasa, ukhwah ini ternyata masih hangat. Mereka
masih sama, mereka masih sahabat-sahabat terhebat sepanjang masa.
Mulanya, dulu, dulu sekali, dan masih bersisa hingga
sekarang, aku takut menghadapi perpisahan. Begitu takut menghadapi dunia kampus
yang katanya liar dan tak
menjanjikan perbaikan iman. Harus keluar dari kondisi aman dan menawarkan
begitu banyak kenyamanan. Namun ternyata aku salah, Allah selalu memberikan
sahabat-sahabat terbaik dimanapun aku berada. Allah pertemukan aku dengan
sahabat-sahabat baru yang selalu mengajarkan ku akan cinta yang maha Agung, cinta
yang tak lain hanya kepadaMu. Ya, di kampusku inilah aku mulai berproses, bahkan
hingga hari ini pun insyaAllah akan masih tetap dalam proses tersebut, proses
yang insyaAllah akan menjadikanku pribadi yang jauh lebih baik dari dulu.
Hmm, proses.. Dalam konteks ini aku lebih senang menyebutnya
dengan kata “Hijrah Kehidupan”. Kehidupan adalah sebuah proses yang dinamis,
sebuah proses yang sarat dengan perubahan. Karenanya hidup tak seharusnya
statis. Ada hijrah dalam setiap perubahan, ada perubahan yang harus
diperjuangakan dalam sebuah pengorbanan, dan ada pengorbanan yang harus
diperjuangkan dalam setiap proses menuju ke kehidupan yang lebih baik. Ada
kehidupan berarti ada proses, ada proses tentulah ada perubahan yang terlihat,
baik perubahan dari luar maupun perubahan dari dalam, baik dari penampilan,
maupun dari akhlaq perbuatan.
Ya, sebenarnya perubahan dari proses inilah
yang awal membuatku ragu untuk bertemu dengan mereka, para sahabat terbaikku. Jujur,
ada beberpa perubahan dari penampilanku saat ini. Dahulu, celana jeans menjadi
celana favourite yang selalu aku kenakan kemanapun aku pergi, update model
hijab trendy pun menjadi salah satu kebanggaan bagiku dalam berhias diri, tapi
alhamdulillah itu dulu, sekarang aku lebih megerti. Namun entah mengapa ada
rasa yang mengganjal saat hendak bertemu dengan mereka. Bukannya aku tak nyaman
dengan perubahanku, bukan! Syukur yang tak pernah bisa aku gambarkan karena
Allah memberikan kemudahan bagiku untuk memahami proses hijrah kehidupan ini. Namun,
terlihat asingkah “aku yang sekarang” dimata mereka? Ah, kuharap tidak! Kuharap
mereka bisa menerima perubahanku saat ini, dan yang terpenting, semoga mereka
tetap menganggapku sebagai sahabat yang menyenangkan untuk mereka.
Rasa ragu tetap saja masih menggelayut di benak
ku, tapi rasa rinduku begitu membuncah. Kuputuskan untuk tetap menemui mereka, entah
bagaimanapun cara pandang mereka dengan aku yang saat ini.
29 Ramadhan senja ini, hujan pun ternyata ingin bertegur sapa
dengan kami. Pukul 17.00 WIB, hujan memang tak turun terlalu deras, tapi ia
cukup mampu untuk membasahi gamis biru yang kukenakan saat ini. Namun tak
apalah, biarkan tetes hujan yang membasahiku sore ini menjadi saksi, betapa
rinduku pada mereka tak mampu terhalang oleh apapun.
17.30 WIB, aku tiba di rumah salah seorang sahabatku,
Laahtakana Ruhma Vemanda. Sesuai dugaanku (pasti dia belum selesai bersiap-siap),
dan ternyata memang benar, mandi sore saja dia belum. Dan alhasil, dia pun
harus ribet sana sini dulu untuk bersiap diri, mondar-mandir mulu, udah mirip
kaya setrikaan deh pokoknya, Hmm, Laah Laah, tapi aku suka dengan tingkahmu
yang seperti itu, lucuuu :D
Selang beberapa menit kedua temanku yang lain pun datang,
Anisa Hanifah dan Virna Oktaviana. Dan WOW, aku terkejut, salah satu temanku yang
dahulu tak berjilbab, kulihat sore itu ia nampak cantik dengan jilbab merah
jambu yang membalut kepalanya. Dan tak hanya itu, akupun kembali dikejutkan
dengan penampilan Laah sore itu, ia nampak jauh lebih anggun dengan penampilan
barunya. Jilbab yang ia kenakan lebih syar’i! Jilbab yang tak transparant dan
lebih lebar dari biasanya menjadikannya sebagai muslimah yang begitu anggun.
Subhanallah, maha suci Allah dengan segala ketentuannya. Saat aku berproses
dengan sahabat-sahabat baruku disini, ternyata mereka pun juga tengah melalui
proses yang sama ditempat mereka masing-masing. Alhamdulillah Yaa Rabb, Engkau
pilih kami sebagai orang-orang yang Engkau ringankan langkahnya untuk
berhijrah. Aku tahu, langakah dalam hijrah kami ini baru langkah awal, langkah
yang masih rapuh, langkah yang masih panjang untuk menuju syurgaMu. Namun teguhkanlah
langkah kami untuk menuju Syurga Mu Yaa Rabb. Bimbing kami, mudahkanlah,
ringankanlah langkah kami dalam hijrah kehidupan ini. Berikanlah sahabat-sahabat
terbaik kepada sahabat-sahabatku saat kami harus kembali terpisah oleh jarak
dan waktu, agar tetap terjaga iman kami, agar tetap istiqomah jalan kami.
Senja ini, Kudapati ukhuwah itu semakin mewangi. Meski
terpisah oleh jarak, sibuk dengan masing-masing aktivitas, sibuk dengan
tugas-tugas, hingga waktu terasa sempit untuk bertemu. Dan Allah jadikan sebuah
pertemuan singkat sebagai penawarnya. Tanpa ada sedikit penyesalan dalam pertemuan singkat ini,
mana mungkin ada nikmat yang mampu kita cecap? Indah nian cara Allah untuk
membuat hamba-hamba-Nya menghargai perjumpaan, perjumpaan yang insyaAllah akan
menambah semangat kami untuk terus melangkah dalam hijrah kehidupan ini.
29 Ramadhan 1435H, Engkau
jadikan hati-hati kami saling tertaut dan mengisi kembali. Suasana
harum yang masih tercium, ifthor dengan kalian, para sahabat terbaik hingga
hari ini. Semoga Allah mengijinkan kita agar dapat bersua kembali.
Teruntuk sahabat-sahabatku, Laah, Virna, Mita, Ninis.. Ana ukhibukifillah
yaa ukhti :’)
Surakarta, 27
Juli 2014
23:53 WIB
Cos Ma’arif H.
L
cie...cie,,,,
ReplyDelete