Skip to main content

Tuhan, Maaf, Kami Sedang Sibuk



“Tuhan, maaf, kami sedang sibuk. kami memang takut neraka, tetapi kami kesulitan mencari waktu untuk mengerjakan amalan yang dapat menjauhkan kami dari neraka-Mu. kami memang berharap surga, tapi kami hampir tak ada waktu untuk mencari bekal menuju surga-Mu.”

Tuhan, harap maklumi kami, manusia-manusia yang begitu banyak kegiatan. kami benar-benar sibuk, sehingga kami amat kesulitan menyempatkan waktu untuk-Mu.

Tuhan, harap maklumi kami, hamba-hamba-Mu yang begitu padat rutinitas, sehingga kami sangat kesulitan mengatur jadwal untuk menghadap-Mu.

Tuhan, kami sangat sibuk, jangankan berjemaah, bahkan munfarid pun kami tunda-tunda. jangankan rawatib, zikir, berdoa, tahajud, bahkan kewajiban-Mu yang lima waktu saja sudah memberatkan kami. jangankan puasa senin-kamis, jangankan ayyamul bidh, jangankan puasa nabi Daud, bahkan puasa Ramadhan saja kami sering mengeluh.

Tuhan, maafkan kami, kebutuhan kami di dunia ini masih sangatlah banyak, sehingga kami sangat kesulitan menyisihkan banyak, sehingga kami kesulitan menyisihkan sebagian harta untuk bekal kami di alam abadi-Mu. jangankan sedekah, jangankan jariah, bahkan mengeluarkan zakat yang wajib saja sering kali terlupa.

Tuhan, maafkan kami, kekayaan kami belumlah seberapa, kami masih perlu banyak menabung, sehingga kami tidak bisa menyisihkan sebagian rezeki dari-Mu untuk memperjuangan agama-Mu.

Tuhan, maafkan kami, kami tak sempat bersyukur. Jiwa kami begitu rakus. kami tak berujung pusa dengan nikmat-Mu, sehingga kami kesulitan mencari-cari mana karunia-Mu yang layak kami syukuri.

Tuhan, maaf, kami orang-orang sibuk. bahkan kami kesulitan mencari waktu untuk mengerjakan amalan yang dapat menjauhkan kami dari nereka-Mu. kami hampir tak ada waktu untuk mencari bekal menuju surga-Mu.

Tuhan, urusan-urusan dunia kami amatlah banyak. jadwal kami masih amatlah padat. kami amat kesulitam menyempatkan waktu untuk mencari bekal menghadap-Mu. kami masih belum bisa meluangkan waktu untuk khusyuk dalam rukuk, menyungkur sujud, menangis, mengiba, berdoa, dan mendapatakan jiwa sedekat mungkin dengan-Mu. 

Tuhan, tolong, jangan dulu Engkau menyuruh Izrail untuk mengambil nyawa kami, karena kami masih terlalu sibuk.

Tuhan, maaf, kami terlalu sibuk. padahal Engkau memerintahkan kami berwudhu untuk membasuh wajah kami yang telah penat memikirkan dunia. padahal Engkau meminta kami bertakbir ketika jiwa kami terasa letih menggapai cita. padahal Engkau perintahkan kami bersujud untuk meregangkan pundak kami yang telah letih memikul amanah.

Tuhan, maaf, selama ini kami terlalu sibuk. kami terlalu sombong kepada-Mu, seolah kami tak membutuhkan-Mu. mohon cahayai hati kami, guyur jiwa kami dengan hidayah-Mu. agar jiwa ini tawadhu' di hadapan-Mu. agar jiwa kami ikhlas menuruti tuntunan-Mu. agar diri ini tegar di saat yang lain terlempar. agar jiwa ini teguh di saat yang lain runtuh.

Tuhan, maaf, selama ini kami merasa sok sibuuk. padahal Engkaulah Yang Maha sibuk. Kami sering kali telat mengahadap-Mu, padahal Engaku tak pernah sekali pun telat memberi kami makan dan minum setiap hari. kami sering kali lupa menunaikan kewajibannku pada-Mu, padahal Engkau tak pernah lupa menerbitkan mentari di pagi hari. kami sering lalai mengingat-Mu, padahal Engkau tak pernah sekalipun lalai mempergilirkan siang dan malam. setiap saat kerburukan kami naik disampaikan para malaikat-Mu, sementara kebaikan-Mu setiap detik tercurah kepada kami.

"Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur..." (QS. Al-Baqarah:255)
-Sinopsis Buku: Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk- *Ahmad Rifa’I Rif’an*

Judul yang begitu 'menohok' ketika pertama kali membacanya. Ya..nyatanya begitulah manusia.. sok sibuk dan merasa dirinya begitu sibuk sampai-sampai seringkali lupa akan hakikat penciptaannya. Seperti firman Allah yang berbunyi:

Wa maa khalaqtul-Jinna wal-'insa 'illa liya'-buduun “Dan tidaklah Aku ciptakan seluruh jin dan seluruh manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu” (QS : Adz Dzariyat [51] :56).

Tanpa disadari, selama ini kita asyik dan tenggelam dengan pekerjaan-pekerjaan dan urusan dunia kita. Untuk apa kita sekolah, kuliah, ataupun bekerja? Untuk mendapat nilai 100? Untuk mendapat IP 4? Untuk mendapatkan gaji jutaan rupian? Atau untuk memenuhi kepuasan batin? bermacam-macam alasan yang mendorong orang untuk bekerja keras. Namun selama itu juga tanpa disadari sebagian dari kita asyik bergulat dengan mengejar impian kita, namun lupa melakukan kewajiban kita sebagai manusia terhadap Tuhan. 

Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk, sebuah buku yang datang disaat yang sangat tepat. Entah ini dikirim khusus oleh Allah atau hanya kebetulan saja. Hmm, tapi kan pada dasarnya tidak ada yang kebetulan di dunia ini bukan? Okelah, jika ini memang petunjuk Mu yaa Rabb, ku ucapkan syukur atas teguran yang kau berikan kepadaku ini, terimakasih karena Engkau tak terlalu lama membiarkan hamba Mu ini terlalu jauh saat salah melangkah.

Ya, sedikit berbagi cerita ya guys, semoga ini dapat diambil hikmah. Akhir-akhir ini ku akui, memang aktivitasku begitu padat. Terlebih lagi di bulan terakhir perkuliahan seperti bulan Juni lalu. Tugas akhir setiap makul yang berbarengan lah, Uji Kompetensi (UK) yang hampir setiap hari, pemadatan jadwal kuliah, bahkan kegiatan di organisasi yang nggak mau kalah ngeksis sama tugas kuliah seperti upgrading BEM, rapat pleno SKI, rakoord buat SAMARU OSMARU LSP, raker BEM, radiv PO-POSDM, dikejar deadline buat LKTI dan LKTA ini itu lah, dan masih banyak lagi kegiatan yang semakin membuat padat kegiatanku akhir-akhir ini. Bukannya mau sok sibuk sih, tapi sesuai dengan janjiku, jika aku sudah memutuskan untuk ambil bagian di suatu amanah, sebisa mungkin, semaksimal mungkin akan ku usahakan yang terbaik tanpa mengesampingkan amanah yang lain. So, maklum aja, walaupun jadwal kuliah bulan Juni kemarin lagi super duper padat, amanah di BEM, LSP, SKI, dan amanah “mewujudkan mimpi” juga nggak boleh dikesampingkan. 


Namun ternyata memang benar, manusia itu makhluk yang sangat mudah lalai. Mati-matian aku berjuang untuk memenuhi semua target, bagi waktu buat ini itu, lari kesana kemari dari Kleco (Kampus PGSD) ke Kentingan (Kampus Pusat) demi LSP dan BEM, begadang hingga larut malam buat belajar UK esok hari, ataupun ngerjain KTI / KTA karena deadline semakin dekat. Ya, semuanya ku kerjakan demi mencapai semua target yang telah aku buat di jauh-jauh hari sebelumnya. But, do you know what did happened to me, guys? Jadwalku kacau, semuanya berantakan! setiap detiknya berlalu sangat cepat, setiap yang aku usahakan tidak berbuah hasil yang maksimal, bahkan banyak diantara target-target tersebut jauh dibawah yang kuperkirakan. 

Ya begitulah carut marut waktuku di bulan-bulan akhir perkuliahan. Awalnya, sangat sulit bagiku untuk ikhlas menerima hasil yang kudapatkan saat ini. Mengapa semua usahaku sepertinya sia-sia? Mengapa setiap waktu yang ku korbankan untuk mewujudkan impian ku tak direspon oleh Allah?? Oooppss, tunggu dulu! Allah?? Hmm, sepertinya akhir-akhir ini aku memang “tak” terlalu dekat dengan Nya. Sholat Dhuha sering bolong, sholat fardhu sering mepet, sholat rowatib bisa dihitung pake jari, sholat qiyamullail sering absen karena ngantuk dan lelah setelah ngerjain tugas hingga larut malam, baca surat Cinta Nya juga cuma beberapa rukuk saja per hari.  


 Astagfirullahaladziim… terlalu jauh kah aku melangkah? Terlalu sibuk kah aku dengan urusan dunia? Mungkin kah Allah tak ridho dengan setiap usahaku selama ini karena aku sering menduakan Nya dengan urusan duniawi? Setelah bermuhasabah diri, setelah mendapatkan pencerahan dan masukan dari sahabat, dan setelah membaca buku ini, insyaAllah sekarang aku ikhlas. Pantas saja hasil yang kudapat tak terlalu maksimal, ternyata mungkin karena Allah kurang ridho dengan caraku mewujudkan mimpi-mimpi tersebut. Caraku salah! Tak ada hal yang bisa menggadaikan ridho Nya. Sekeras apapun kita berusaha, kalau Allah nggak ridho, mustahil akan terwujud! 

Hmm, jadi inget nasihat bapak “Mbak.. setinggi apapun prestasimu, sehebat apapun karirmu, bahkan sesukses apapun masa depanmu, kamu tidak akan pernah bisa membeli syurganya Allah. Karena syurga Allah hanya bisa dibeli dengan ridho Allah SWT” 

Inna solati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi rabbil alamiin (Sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah kerana Allah, Tuhan seluruh alam)


Surakarta, 09 Juli 2014
16:03
Cos Ma’arif H. L

 

Comments

Popular posts from this blog

Urgensi Lembaga Legislatif dalam Dinamika Politik Kampus

Seiring dengan makin dikenalnya istilah student governence di lingkungan kampus, tentunya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tentang apa sebenarnya student governance atau yang kita artikan sebagai pemerintahan mahasiswa. Disamping itu, pengkajian terhadap setiap tugas, peran dan fungsi dari tiap-tiap lembaga tersebut wajib kita ilhami dengan baik, sehingga sistem baku yang telah dibentuk dalam lingkungan kampus ini dapat berjalan secara dinamis dan sinergis dalam mewujudkan pemerintahan mahasiswa. Layaknya sebuah pemerintahan negara, “organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa”. Berangkat dari landasan tersebut, tentunya dapat kita simpulkan bahwa prinsip “dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa” merupakan prinsip dasar dalam kehidupan mahasiswa. Untuk itu diperlukan suatu tatanan sistem organisasi mahasiswa untuk menjalankan prinsip-prinsip tersebut. Sistem student governe...

Yaa Muqollibal Qulub, Tsabit Qolbii 'ala Diinik

Ya, Rabb.. Bersama senja, Kau ketuk lagi hati ini. Hati yang tengah mencari arti dalam jalan yang sunyi. Kau getarkan kembali hati ini, ketika ia tengah nyaris mati tak berdetak. Kau hadirkan lagi memori itu, saat kami berada pada satu garis perjuangan yang sama. Kau ingatkan kembali pada sebuah janji yang sempat teruntai bersama tangis air mata dan doa. Yaa, Rabb. Tanpa kusampaikan lewat barisan kata pun, aku yakin, Kau mengerti apa yang ditanyakan oleh segumpal daging yang ada didalam raga ini. Aku mencintai Mu, namun bagaimana dengan ridho orang tua ku? Hendak kemana aku mencari jawaban atas kegelisahn hati ini? Aku ingin berjalan dijalan Mu. Sungguh, benar-benar ingin… Namun sungguh, aku tak tahu, hendak ku langkahkan pada persimpangn jalan yang mana langkah kaki ini. Aku hanya takut, aku salah dalam mengambil keputusan. Ketika jalan ini kau buka dengan lapang untuk menjadi jalanku untuk lebih mudah menggapai cintaMu, justru aku sia-siakan dan tutup rapat karena ketidaktah...

PPG Jalur Instan Mencetak Guru Profesional (?)

Hmm, lagi-lagi pingin membahas masalah PPG. Walaupun masalah PPG ini sudah pernah saya bahas di tulisan terdahulu dalam blog ini, boleh deh kita bahas lagi. Mumpung lagi panas :) Berbicara mengenai pengahapusan akta 4 per Juni 2014 bagi mahasiswa FKIP UNS, pasti erat hubungannya dengan isu PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang menjadi momok dan pembicaran panas di kalangan mahasiswa FKIP. PPG merupakan pendidikan lanjutan bagi setiap mahasiswa lulusan Kependidikan maupun Non   Kependidikan yang ingin tersertifikasi menjadi guru profesional.  Menurut wacana, lulusan mahasiswa FKIP mulai Juni, 2014 tidak lagi mendapatkan akta 4 sebagai syarat mereka untuk mengajar. Lantas bagaimanakah nasib para lulusan FKIP di tahun 2015 dan setelahnya? Apakah cita-cita luhur mereka untuk dapat menjadi seorang pendidik dan mengabdi pada negeri harus pupus? Ternyata pemerintah menjawab tidak. Dengan dihapusnya akta 4, pemerinah telah menyiapkan gantinya dengan mengeluarkan kebijaan unt...