Selamat pagi Makassar…
Pagi ini aku sangat
semangat. Kalau biasanya kami harus disuruh oleh panitia untuk cepat-cepat
berangkat seminar, talkshow, lomba, dll, pagi ini beda cerita. Pagi ini justru
kami yang menyuruh panitia untuk cepat-cepat berangkat. Haha.. Hari yang
ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga. It’s time to enjoy the field trip, Yyyeeyy…
^_^ Tujuan
hari ini adalah Istana Balla Lompoa, Benteng Fort Rotterdam, Monumen Mandala,
Tempat belanja di Somba Opu, dan Pantai Losari. It’s sound great, isn’t
it? ^_^
Kunjungan wisata kami
yang pertama adalah Balla Lompoa. Nama lain istana ini adalah Istana Tamalate,
tapi hingga hari ini orang-orang lebih mengenalnya dengan Istana Balla
Lompoa. Pada zaman dahulu kala, Balla
Lompoa ini konon katanya adalah pusat kekuasaan Raja Gowa. Museum Balla Lompoa
terletak di samping istana.
Bala Lompoa |
yang juga dijadikan sebagai museum bersejarah |
Konon katanya tempat ini pusat kekuasaan Raja Gowa pada zamannya |
Puas berfoto ria di
Balla Lompoa, kami melanjutkan perjalan ke Bentang Fort Rotterdam. Cuaca kian
terik, but the journey must go on. Tak berapa lama bus menyusuri jalanan kota
Makassar yang cukup padat, tibalah kami di Monumen Mandalla. Kesan pertama yang
terlintas ketika melihat monument ini adalah “Monas Makassar”. Ya, melihat menara
ini bagaikan melihat Monas yang sering kulihat di televisi ataupun gambar. Walaupun
Jakarta tak sejauh Makassar, nyatanya aku memang belum pernah kesana. Haha..
Hmm, semoga suatu saat bisa melihat monas secara langsung.
Monas Makassar, Monumen Mandala |
Munumen yang terletak
tepat didepaku ini menjulang cukup tinggi. Bangunan dengan aksen api yang
terbuat dari emas (atau warnanya saja yang emas?? Entahlah..) yang terletak di
dinding-dinding monument menambah elegan bangunan yang cukup tua ini.
Waktu telah menunjukkan
pukul 11.30 WITA. Ini artinya kami telah memasuku waktu sholat Dhuhur. Karena
kami termasuk musafir, sholat dhuhur kali ini dilakkan dengan jama’ qassar.
Setelah sholat, kami pun menikmati hidangan makan siang yang telah disediakan
oleh panitia. Dan makan siang kali ini special. Akhirnyaa, aku menemukan sayur.
Tapi tetap saja, ayam pedas manis tetap tidak pernah absen dari hidangan kami
sejak pertama kali aku di Makassar. Haha, baru kali ini bosen sama yang namanya
ayam.
Terik siang ini
seketika digantikan oleh mendung. Dan benar saja, gerimis pun mulai turun
membasahi tanah Makassar. Tidak di Jawa, tidak di Makassar, ternyata bau hujan
selalu membawa kesyahduan. Eciiee..
Walau terik, walau
gerimis, perjalan tetap saja menyenangkan. Tujuan kami selanjutnya adalah
Benteng Fort Rotterdam. Gerimis memang sudah reda. Sebenarnya cuaca pun juga
tak terlalu terik, namun keringat terus mengucur deras. Gerah meenn….
Oya, walau tempat ini terlihat indah dan eksotis karena bangunan tua yang cukup unik, namun aku tak terlalu senang dengan pemandangan disini. Bukan masalah bentuk arsitektur benteng tersebut, namun lebih ke pemandangan sosial ditempat ini. Ya, aku tak suka dengan pemandangan sosial di tempat ini. Satu kata “Miris”. Aku benar-benar miris dengan apa yang aku lihat disini. Banyak anak-anak yaaanggg… hhmmm, kusebut apa yaa mereka ini?? Lusuh, kumal, dan mungkin sebagian di antara mereka sedikit “liar”. Ya, bocah-bocah kecil itu mengenakan baju yang lusuh dan kotor. Kulit gelap dan rambut merahnya menandakan mereka terbiasa hidup dijalanan, dibawah panasnya terik matahari.
Kulihat sebagian dari
mereka ada yang menjajakan makanan, stiker, buku bekas, dan lain sebagainya.
Namun banyak pula diantara mereka yang sekedar meminta-minta kepada setiap
pengunjung yang datang di tempat ini. Dan yang aku sayangkan, cara mereka
meminta amatlah kasar. Jika kita tidak memberinya uang, mereka akan tetap
mengikuti kemanapun kita pergi.
Bahkan mereka tidak tanggung-tanggung untuk menarik dengan kasar jilbab ataupun baju yang kami kenakan. Dan jika cara tersebut tetap tidak berhasil juga, beberapa diantara mereka bahkan tidak canggung untuk melakukan tindakan yang seharusnya tidak dilakukan oleh anak kecil seusia mereka. Mungkin untuk detailnya tidak bisa kuceritakan di tulisan ini.
Namun yang pasti, aku hanya heran, dari mana mereka bisa mengetahui hal-hal semacam itu, padahal mereka hanyalah anak kecil, yang “seharusnya” masih belum mengerti apa-apa akan hal tersebut. Aku rasa titik permasalahannya adalah pendidikan. Mungkin mereka belum sempat untuk mengenyam bangku sekolah karena beberapa faktor.
Bahkan mereka tidak tanggung-tanggung untuk menarik dengan kasar jilbab ataupun baju yang kami kenakan. Dan jika cara tersebut tetap tidak berhasil juga, beberapa diantara mereka bahkan tidak canggung untuk melakukan tindakan yang seharusnya tidak dilakukan oleh anak kecil seusia mereka. Mungkin untuk detailnya tidak bisa kuceritakan di tulisan ini.
Namun yang pasti, aku hanya heran, dari mana mereka bisa mengetahui hal-hal semacam itu, padahal mereka hanyalah anak kecil, yang “seharusnya” masih belum mengerti apa-apa akan hal tersebut. Aku rasa titik permasalahannya adalah pendidikan. Mungkin mereka belum sempat untuk mengenyam bangku sekolah karena beberapa faktor.
Oya, dari sekian banyak
anak kecil yang aku temui disini, ada satu yang menarik perhatian ku. Namanya
Ana. Ia adalah gadis kecil berjilbab merah jambu yang sedang menawarkan dagangannya
dengan senyumnya yang manis. Kulihat tangannya yang mungil membawa beberapa
buah buku lama dan sticker. Saat kupanggil, dia pun mendekat dengan riang.
Awalnya sih aku tak berniat untuk membeli. Aku hanya penasaran dengan gadis
kecil ini.
Ini dia Ana, Gadis Kecil Penjual Buku Bekas |
Setelah ku tanyai nama
dan alamat, dia pun melanjutkan jawabannya dengan bercerita. Katanya, setiap
hari kegiatannya memang seperti ini, menjual buku bekas dan stiker. Ia pun
diharuskan menjualkan dagangannya minimal 10 buku tiap hari. Jika target itu
tidak terpenuhi, “katanyaa…” ibunya bisa marah besar dan tak segan-segan untuk
memukulnya. Kalian tahu, berapa jam gadis kecil ini harus menjajakan
buku-bukunya?? Ia mulai berangkat dari rumah sejak pukul 07.00 atau 07.30, dan
kembali pukul 02.00 dini hari. Bayangkan saja, gadis secekil ini masih berada
diluar rumah pada pukul 02.00 dini hari, dimana pada jam tersebut merupakan
waktu tidur oleh sebagian besar orang. Aku tak bisa membayangkan, betapa besar
bahaya yang mengiringi gadis kecil ini.
Terlebih lagi, kota
Makassar merupakan kota yang terbilang cukup rawan. Banyak geng motor yang
akhir-akhir ini meresahkan warga karena tindak kriminalitasnya. Itulah mengapa,
panita selalu saja melarang keras para peserta untuk keluar dari penginapan
diatas pukul 21.00, yaa.. walau sekedar membeli makanan di angkringan depan
penginapan, mereka selalu saja melarang kami untuk keluar. Hal tersebut
dikarenakan memang situasi Makassar di malam hari cukup berbahaya. Bisa
terbayang kan betapa bahayanya jika gadis seusia Ana masih berada di luar rumah
ketika dini hari?
Ahh, aku jadi ingat
dengan statusku. Aku ini calon guru. Hey… sudah lihat kan bagaimana kondisi
bangsamu ini?? Masih bermalas-malasan untuk kuliah? Masih menganggap profesi
guru adalah profesi yang remeh? Masih diam saja ketika status mu sebagai mahasiswa
digadang-gadang oleh bangsa ini untuk melakukan perubahan? Mereka ini masa
depan bangsa Indonesia. Tapi ternyata hingga hari ini mereka yang seharusnya
menjadi masa depan bangsa ini, masih menjadi tantangan bagi negeri ini untuk
menjadi negeri yang besar. Ayoo, bangkit, bergerak!!! Lakukan sesuatu, lakukan
perubahan mulai detik ini! Bergerak untuk berjuang, berjuang untuk Indonesia!!!
Hidup Mahasiswa!!! Nahh, tu kan.. malah orasi.. Haha..
Oke.. mahasiswa juga
perlu refreshing, simpan masalah tersebut sejenak, dan kita lanjutkan
jalan-jalanyaa.. ^_^
Nah, kalau tadi kita
telah membahas pemandangan sosial di Benteng Fort Rotterdam, kali ini kita akan
benar-benar mengeksplore keindahan sejarah kota Makassar lewat benteng tua yang
menjadi saksi sejarah bangsa ini. Dalam benteng ini, terdiri beberapa
bagian yang disebut Bastion. Ada Bastion Bone, Amboina, dan lain-lain. Disni
juga terdapat beberapa ruang tahanan, dan salah satunya adalah ruang bekas
tahanan Pangeran Diponegoro. Didalam benteng ini juga terdapat sebuah museum,
namanya Museum La Galigo.
Hayoo tebak, ini di Belanda atau Indonesia?? |
Ini masih di Indonesia kok, bagian dari Benteng Fort Rotterdam |
Jika dilihat dari atas, benteng ini berbentuk kura-kura |
tapi mirip di Belanda kan?? Tuh ada meriam.. |
Ini Amboina |
Kalau ini baru Bastion Bone |
Museum La Galilo, markas sejuta kenangan budaya |
ada baju adat Sulawesi Selatan |
Ada benda antik jaman dahulu kala |
Ada... apa yaa ini.. yang ini lupa namanya... |
Ada miniatur rumah adat makassar. ada yang tau namanya??? |
Eh, ada Kak Brigita juga, Gadis asal Toraja |
Ada teman-teman dari Universitas 45 juga ternyata... |
Di dalam museum kita juga bisa
melihat beraneka macam kekayaan budaya di tanah Makassar. Mulai dari
benda-benda peninggalan, miniatur rumah adat, miniature kapal pinishi, baju
adat, hingga video tentang berbagai macam budaya yang ada di beberapa daerah di
tanah daeng ini.
Puas berfoto dan menambah khasanah
sejarah dan budaya bangsa, perjalanan kita lanjutkan ke objek wisata
selanjutnya. Hayoo tebak, mau kemana kita?? Yaa, waktunya shopping, yyeeyyy!!! Bus
kami melaju menuju Jalan Somba Opu. Jalan Somba Opu ini merupakan kawasan shopping
center.
Jalan Somba Opu |
Di sini selain toko emas, ada juga toko oleh-oleh khas Makassar dan
Sulawesi Selatan, baik berupa kaos, cinderamata, maupun makanan dan minuman. Yaaa..
namanya wisata, tidak sah bila tidak membawakan oleh-oleh untuk keluarga, sanak
saudara, dan sahabat-sahabat tercinta di Solo. Makanan khas Makassar memang
menggiurkan. Bagaimana tidak, hanya dengan waktu kurang dari 30 menit, aku bisa
menghabiskan uang kurang lebih Rp270.000,- Itu saja ternyata hanya cukup untuk
oleh-oleh bapak, ibuk, dek Alfa, dek Nanda, budhe, tetangga kanan kiri, serta
teman-teman kelas dan BEM. Untung saja aku bukan tipe orang yang rela
mengeluarkan uang banyak hanya untuk jajan (hallah, ngeles.. padahal emang
karena uang saku nya pas-pasan.. haha) Tapi jangan salah, angka 270 itu
termasuk sedikit lho. Si Amal dan Syawal saja hampir menghabisakan
Rp.400.000-600.000,- Hmm, heran.. mereka beli apa saja yaa?? Haha..
Oke, sudah puas belanja, uang
sudah habis, kini waktunya kita menuju ke Pantai Losari. Kata para daeng
disini, Pantai Losari ini adalah pantai paling kece se antero jagad raya. Duh,
duh.. jadi penasaran sama panatai Makassar ini.
Oya, lupa.. kita belum sholat
ashar. Tapi tenang, kata panitianya nanti kita akan sholat di masjid terapung.
Haa?? Masjid terapung?? Kalo pasar terapung sih udah tau. Ini beneran ada
masjid terapung?? Lha trus?? Kalo masjidnya goyang-goyang kena ombak, ntar
nggak khuyuk dong sholatnya. Trus,
masjidnya segede apa tuh?? Emang kalo satu rombongan ini sholat bareng-bareng
di masjid ini, masjidnya nggak tenggelam tuh??? Hmmm… berfkir keras..
Tak begitu lama, bus kami pun
telah sampai di Pantai Losari. Eeeiitss, tapi tunggu dulu, sebelum foto-foto di
Pantai Losari, kita sholat Ashar dulu di masjid terapung yang dari tadi bikin
penasaran. Naahh, ini dia masjid terapungnya..
Masjid Terapung, Masjid Amirul Mukminin |
Yaa, ini dia Masjid Amirul
Mukminin. Oallahhh, kirain terapung beneran, ternyata disebut terapung karena
dia dibangun di atas lautan. Pondasi
dari masjid ini dibangun diatas tanah yang telah tertutup oleh lautan. Hmm,
gimana ya njelasinnya?? Pokoknya gitu lah…
Setelah menjalankan sholat Ashar,
saya, Syawal, Amal, dan teman-teman yang lain mulai kesana-kemari mencari
spot-spot foto dengan berbagai angle. Tapi sayangnya cuacakurang
bersahabat, langit terlihat mendung. Padahal, banyak orang bilang kalau sunset
di Losari benar-benar cantik. Sunset di Losari adalah yang terbaik di
Indonesia, mengalahkan Pantai Kuta, Bali. Tapi tak apa, walaupun tak
mendapatkan indahnya sunset yang sempurna, objek lain di kawasan Losari juga
menarik untuk dipotret, seperti kata-kata “City of Makassar”, “Makassar”,
“Bugis”, patung orang Bugis, patung kapal Phinisi, dan masjid terapung Amirul
Mukminin.
Pantai Losari |
Bugis |
City of Makassar |
Patung apa yaa.. lupa namanya.. |
Menjelang gelap, kami memutuskan untuk
kembali ke penginapan. Kami harus bergegas pulang, karena nanti malam agenda
akan dilanjutkan dengan Malam puncak dan ramah tamah, dan yang terpenting
pemenang lomba akan diumumkan di acara puncak tersebut. Dag dig dug dag dig
dug… haha..
Well, overall, I have a
conclusion. Makassar is a really beautifull landmark city, especially Losari
Beach. It is a great place to make an unforgettable experience. Hope I’ll go
there for the second time, tomorrow. Aamiin.
Makassar, 22 Maret 2015
01:32 WITA
Cos
Ma’arif H. L
Comments
Post a Comment