Entah,
akhir-akhir ini lagi suka sama berita-berita yang ada hubungannya dengan
kondisi perekonomian Indonesia. Pagi ini nemu artikel yang cukup membuat miris
saya, selaku “orang kecil” yang hingga hari ini tetap membersamai negri
tercinta, Indonesia. Yaa.. bagaimanapun kondisinya, saya tetap ciiinnntaa
Indonesia ^_^
Ya,
seperti yang di beritakan di media berita Kompas pagi ini, Direktur eksekutif
CORE Indonesia Hendri Suparini menuturkan rasio pembayaran hutang RI terhadap
penerimaan transaksi berjalan atau debt to service ratio (DSR) mengkhawatirkan.
Hingga hari ini, DSR indonesia telah mencapai angka 50%. Hal ini akan lebih
berdampak buruk pada prospek Bangsa Indonesia dalam membiyayai hutangnya.
Prospek
RI dalam membiayai hutang dinilai kurag meyakinkan, dimana jika kita melihat
realita hari ini, proyeksi ekspor kita untuk tahun ini dan beberapa tahun
mendatang belum ada perbaikan. Hal ini dapat terjadi karena 70% ekspor RI
adalah ekspor komoditas primer atau komoditas bahan baku. Padahal, hingga saat
ini komoditas dunia belum pulih. Dan apabila suatu saat dunia mengalami
recovery perekonomian, hal tersebut pun belum mampu memberikan keuntungan
secara langsung terhadap Indonesia untuk menikmati ekspor komoditas primernya.
Hal ini dikarenakan komoditas primer bukanlah komoditas jadi.
Bank
Indonesia (BI) mendata, posisi DSR pada kuartal-I 2015 sebesar 56, 08%, naik
bila dibandingkan dengan kuartal akhir tahun lalu yang hanya 46, 48%, bahkan
sempat berada pada angka 42,51% pada kuartal I-2014.
Pada
posisi yang telah dijelaskan diatas, dapat terlihat bahwa posisi ekspor
Indoensia sedang menglami tekanan. Hal ini dikarenakan, dasar perhitungan DSR
adalah dengan menjumlah pembayaran bunga dan cicilan pokok hutang luar negeri
jangka panjang dibagi dengan jumlah penerimaan ekspor.
Dan
mirisnya, dalam tiga tahun terakhir ini harga berbagai komoditi andalan
Indonesia mengalami penurunan harga secara drastis. Bahkan, berdasarkan
analisis future market BI, penurunan harga ekspor komoditas Indoenesia tahun
ini bisa mencapai 11%, jauh lebih dalam bila dibandingkan sebelumnya yang
diperkirakan hanya 5%. Inilah mengapa, jika kondisi ekspor kita tertekan, maka
DSR akan naik dengan sendirinya.
Oleh
karena itu, kita sebagai bangsa Indonesia harus mampu meminimalisir rasio
hutang Indonesia tersebut. Memaksimalkan ekspor, meminimalisir inpor, serta
membeli dan menggunakan barang produksi dalam negeri, merupakan salah satu
langkah nyata bagi kita untuk membantu bangsa ini dalam melunasi hutangnya. Maka,
cintai produk Indonesia hari ini juga!!!
Referensi:
Kompas, 28 Juli 2015
Surakarta, 29 Juli
2015
09:32
Cos Ma’arif H. L
Comments
Post a Comment