Skip to main content

Benteng Pertahanan

“Mbak, nanti pokoknya suatu hari kalau aku sakit hati karna mas x nggak nikah sama aku, kalian yang tanggung jawab!!! Awalnya aku biasa aja sih, tapi kalau terus-terusan dibercandain kayak gini, lama-lama benteng pertahananku bisa jebol juga.”

Terkadang, kita membuat limitasi canda hanya sampai pada definisi kita masing-masing. Padahal, seharusnya ada batasan-batasan yang tidak boleh diterjang semau kita sendiri. Yang bukan kuasa kita. Bukan domain kita.

Seharusnya kita sama-sama tahu. Bahwa setiap perempuan berbeda daya dalam mempertahankan bentengnya.

Ada yang begitu tegar, ada yang begitu rapuh.

Ada yang begitu kokoh, ada pula yang begitu mudah patah.

Ada yang tak mudah mengambil rasa, namun ada pula yang begitu mudah tersentuh palung hatinya.

Dan memang begitulah adanya hati para perempuan.

Tapi sayangnya, tak semua dari kita paham. Tak semua bisa mengerti. Terkadang kita terlalu berlebih dalam menertawakan dan menerka takdir. Mencoba memasang-masangkan kepingan puzzle seseorang dengan seseorang yang lainnya. Memupuk harap dengan sesuatu yang belum tentu ada. Menumbuhkan rasa yang seharusnya tak tumbuh bila kita tak menyemai di hamparan perasaannya.

Beruntung, bila apa yang kita terka benar akan terjadi suatu hari nanti. Namun bagaimana bila tidak? Bagaimana jika puzzle yang dahulu coba kita mainkan tak pernah berujung pada padu? Lelucon itu bisa saja berhembus dan hilang begitu saja. Namun harap yang berujung kecewa pada teman perempuanmu itu, siapa yang hendak bertanggung jawab untuk menyembuhkannya? Padahal, bisa saja harap itu tak pernah tumbuh jika kita tak memulainya.

Sejatinya, kita tak pernah tau. Dan tak akan pernah tau. Bagaimana payahnya seorang perempuan dalam menjaga hatinya. Menjaga agar tetap pada izzahnya. Menjaga agar hatinya tidak jatuh untuk sebuah ketidakpastian. Menjaga, untuk tidak menumbuhkan apa-apa yang seharusnya tidak tumbuh.

Satu hal yang pasti. Bahwa kita tak pernah mampu membaca takdir hingga kita benar-benar sampai dan melaluinya. Sebab tidak ada sedikitpun kepastian untuk setiap kemungkinan.

Nah, seharusnya sekarang kau paham.

Jadi bagaimana? Kau mau kan membantu teman perempuanmu untuk menjaga hatinya? Membantunya dengan tidak menerka-nerka masa depannya. Membantunya dengan tidak membongkar pasang puzzle takdirnya

Dan untukmu para laki-laki, jangan mencoba singgah bila tak sungguh!! Sungguh, teman perempuanmu sedang ingin benar-benar menjaga hatinya 😊

Dan untukmu, cantik.. Selamat menjaga benteng pertahanan. Bentengmu harus kokoh. Jangan sampai runtuh, jangan sampai roboh 😉

~Sore itu, di sebuah bilik kecil Perpus UNS bersama si adek manis yang lagi nyekripsi~

(Dan demi apa, udah lebih dari 4 tahun disini, aku baru tau kalo perpus UNS punya bilik kecil yang PW banget buat *ngrumpi* ngerjain skripsi 😂)

Comments

Popular posts from this blog

Urgensi Lembaga Legislatif dalam Dinamika Politik Kampus

Seiring dengan makin dikenalnya istilah student governence di lingkungan kampus, tentunya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tentang apa sebenarnya student governance atau yang kita artikan sebagai pemerintahan mahasiswa. Disamping itu, pengkajian terhadap setiap tugas, peran dan fungsi dari tiap-tiap lembaga tersebut wajib kita ilhami dengan baik, sehingga sistem baku yang telah dibentuk dalam lingkungan kampus ini dapat berjalan secara dinamis dan sinergis dalam mewujudkan pemerintahan mahasiswa. Layaknya sebuah pemerintahan negara, “organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa”. Berangkat dari landasan tersebut, tentunya dapat kita simpulkan bahwa prinsip “dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa” merupakan prinsip dasar dalam kehidupan mahasiswa. Untuk itu diperlukan suatu tatanan sistem organisasi mahasiswa untuk menjalankan prinsip-prinsip tersebut. Sistem student governe...

Yaa Muqollibal Qulub, Tsabit Qolbii 'ala Diinik

Ya, Rabb.. Bersama senja, Kau ketuk lagi hati ini. Hati yang tengah mencari arti dalam jalan yang sunyi. Kau getarkan kembali hati ini, ketika ia tengah nyaris mati tak berdetak. Kau hadirkan lagi memori itu, saat kami berada pada satu garis perjuangan yang sama. Kau ingatkan kembali pada sebuah janji yang sempat teruntai bersama tangis air mata dan doa. Yaa, Rabb. Tanpa kusampaikan lewat barisan kata pun, aku yakin, Kau mengerti apa yang ditanyakan oleh segumpal daging yang ada didalam raga ini. Aku mencintai Mu, namun bagaimana dengan ridho orang tua ku? Hendak kemana aku mencari jawaban atas kegelisahn hati ini? Aku ingin berjalan dijalan Mu. Sungguh, benar-benar ingin… Namun sungguh, aku tak tahu, hendak ku langkahkan pada persimpangn jalan yang mana langkah kaki ini. Aku hanya takut, aku salah dalam mengambil keputusan. Ketika jalan ini kau buka dengan lapang untuk menjadi jalanku untuk lebih mudah menggapai cintaMu, justru aku sia-siakan dan tutup rapat karena ketidaktah...

PPG Jalur Instan Mencetak Guru Profesional (?)

Hmm, lagi-lagi pingin membahas masalah PPG. Walaupun masalah PPG ini sudah pernah saya bahas di tulisan terdahulu dalam blog ini, boleh deh kita bahas lagi. Mumpung lagi panas :) Berbicara mengenai pengahapusan akta 4 per Juni 2014 bagi mahasiswa FKIP UNS, pasti erat hubungannya dengan isu PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang menjadi momok dan pembicaran panas di kalangan mahasiswa FKIP. PPG merupakan pendidikan lanjutan bagi setiap mahasiswa lulusan Kependidikan maupun Non   Kependidikan yang ingin tersertifikasi menjadi guru profesional.  Menurut wacana, lulusan mahasiswa FKIP mulai Juni, 2014 tidak lagi mendapatkan akta 4 sebagai syarat mereka untuk mengajar. Lantas bagaimanakah nasib para lulusan FKIP di tahun 2015 dan setelahnya? Apakah cita-cita luhur mereka untuk dapat menjadi seorang pendidik dan mengabdi pada negeri harus pupus? Ternyata pemerintah menjawab tidak. Dengan dihapusnya akta 4, pemerinah telah menyiapkan gantinya dengan mengeluarkan kebijaan unt...