Kita pasti sepakat bukan, bahwa inspirasi itu magis? Setiap orang pasti mendamba orang-orang yang menginspirasi.
Kita memiliki banyak definisi untuk para penebar inspirasi. Bagi sebagian orang, penebar inspirasi adalah mereka yang menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi kampus. Presiden BEM, Mentri Koordinator, dan juga beserta para jajarannya yang lain. Mereka yang lantang dalam menyuarakan hak-hak yang tengah teredam. Bersuara atas nama mahasiswa, bersuara atas nama rakyat.
Bagi sebagian yang lain, penebar inspirasi adalah mereka yang kerap keluar kota atau bahkan keluar negeri. Menjadi delegasi lomba, delegasi konferensi, mawapres, atau menjadi apapun sejenisnya. Berkontribusi melalui buah pikir yang telah mereka kaji. Namanya kian mengudara diantara ribuan mahasiswa yang lain atas prestasi-prestasi gemilangnya. Ya, bagi sebagian orang, merekalah yang layak untuk mendapat label para penebar inspirasi.
Tak jarang pula, kita juga mendefinisikan bahwa penebar inspirasi adalah mereka yang punya banyak sekali komunitas sosial. Mencuri hati banyak orang melalui gerakan sosialnya. Sebagian besar waktunya ia berikan untuk memberikan kebermanfaatan bagi orang-orang disekitarnya. Baginya, tiada hari tanpa sebuah pengabdian.
Itu kalau di dalam dunia kampus. Mungkin kita akan menemukan definisi yg berbeda lagi bila kita lebih memperluas zona. Bagi sebagian masyarakat, penebar inspirasi bisa di definisikan sebagai seorang tokoh yang ahli di bidangnya. Presiden atau mentri beserta jajarannya yang mengayomi rakyat, motivator handal yang selalu memotivasi di layar televisi, pebisnis yang memiliki investasi sana-sini, dan masih banyak lagi.
Yaapss.. sepakat. Aku pun juga sepakat dengan definis tersebut. Mereka adalah penebar inspirasi yang profilnya selalu diperbincangkan seantero pelosok negeri (alay nya sih gitu, haha). Namanya melangit, kiprahnya mengudara. Followers IG atau medsos lainnya, hhhmm.. jangan ditanya.
Tetapi terkadang kita lupa, lupa untuk membuka sekat yang tengah kita bangun sendiri. Bahwa penebar inspirasi tak selamanya lahir dari eksistensi. Ada yang jauh dari pandangan, ada yang jauh dari perbincangan. Namu ternyata, ia adalah pengepul amalan lebih banyak diantara yang lainnya. Yang diam-diam bermanfaat, yang diam-diam selalu membuat malaikatNya sibuk mencatat amalan-amalannya.
Sekarang, coba kita mendarat sejenak. Mencoba menapak dan berjalan untuk melihat di lingkungan terdekat kita. Ya, lingkungan yang paling dekat dengan kita, namun mungkin yang paling sering kita abaikan pula. Disana, kelak akan kau temukan para penebar inspirasi yang terpendam.
Disaat banyak orang membicaran mereka yang namanya telah mengudara, nyatanya ada pula yg tetap istiqomah dalam memberikan kebermanfaatan dalam persembunyian. Menjadi takmir masjid kampus misalnya. Yang selalu memakmurkan masjid dengan mengumandangkan adzan, sholat berjamaah di dalamnya, iktikaf, bahkan bersih2 kamar mandi masjid, ataupun memberikan kebermanfaatan lainnya. Semua ia lakukan atas kecintaannya pada Rabb Nya.
Atau seperti sahabatku si “x”, yang rela menanggalkan impian-impian besar nya demi harus pulang di setiap akhir pekan. Sebenarnya hanya perkara pulang. Sepele memang. Tapi baginya, taat pada perintah orangtua adalah prioritas terbesar setelah tuhannya. Bukannya ia tak mampu untuk menjadi seoarang aktivis seperti teman-temannya sekarang. Namun baginya, keridhoan orang tua tak bisa dibeli dengan alasan apapun.
Ada pula sahabatku yang waktu tidurnya ia gadaikan untuk sebuah cita-cita yang mulia. Ia hanya ingin menjadi kakak yang baik untuk adik-adiknya. Sepulang kuliah, sejenak ia akan tanggalkan statusnya sebagai mahasiswa. Siang hari ia habiskan waktunya untuk berkerja menjadi pegawai reparasi alat elektronik di sebuah toko. Dan malam hari ia lanjutkan perjuangan dengan menjadi penjaga tiket di taman bermain sriwedari. Jangankan bermain, waktu belajarnya pun tersita begitu saja. Katanya, apapun harus dijalani, yang penting si adik harus tetap lanjut sekolah.
Tak hanya itu. Mari kita sejenak menelisik penebar inspirasi di sudut2 keramaian kota. Ibu-ibu tukang sapu pinggir jalan, bapak-bapak yang mengangkut sampah dengan gerobak orennya, kakek pengatur lalu lintas sukarela, atau bahkan nenek tangguh yang menjual jajajan pasar dengan tenggok bambu yang selalu digendongnya.
Ah… aku begitu mengagumi sosok-sosok pejuang seperti ini. Yang tak mencari eksistensi, namun selalu bermanfaat dalam persembunyian. Yang tak perlu dikenal, tapi selalu dikenang oleh malaikat pencatat amal di pundak kanan kirinya. Siapa yang bisa menduga, barangkali justru mereka lah yang kebermanfataannya lebih banyak dari kita. Siapa sangka, bisa jadi merekalah yg dirindukan penduduk langit untuk menjadi bakal penghuni surgaNya.
Siapa yang menduga? Siapa yang menduga?
Comments
Post a Comment