Skip to main content

Bahagia ituu...


Kebahagiaan adalah sesuatu yang diharapkan dalam hidup. Bahagia dapat dirasakan ketika kita tenang, damai, puas, bersemangat dan memperoleh cinta. begitulah orang mendefinisikan kebahagiaannya masing- masing. Boleh dikata kalau kebahagiaan setiap orang didapat dengan cara yang berbeda. Mengapa berbeda? Karena setiap orang memiliki selera, perasaan, dan pandangan hidup yang berbeda.













Kapankah seseorang merasa bahagia?

Ketika ia mendapatkan sesuatu yang ia harapkan. Ya, ketika harapan manusia terwujud dengan baik. Misalkan mendapatkan perhatian, mendapat nilai memuaskan, mendapat pujian, hadiah, dan pencapaian lain yang bisa membuat kita puas. Namun ada pula seseorang yang bahagia ketika ia dapat membagi kebahagiaannya dengan orang lain. Memang bahagia itu hal yang subyektif dan sulit untuk ditebak. Lalu bagaimana kita mampu menebak kebahagiaan orang lain? Tentunya itu bukan hal yang mudah ketika orang tersebut tidak mengungkapkannya secara langsung kepada kita.

Ada yang terkadang berkata: “ kasian banget ya dia, hidupnya susah, miskin, dan pekerjaannya tiap hari cuma jahit sepatu dipinggir jalan”. Apakah bisa orang lain menilai demikian? Tentulah tidak, salah bila kita dapat menilai demikian. karena bahagia itu adalah perasaan dan orang itu sendiri yang bisa merasakannya. Apakah harus seseorang itu kaya agar bisa bahagia?. Orang miskin yang bersyukur memiliki keberkahan yang luar biasa bagi harta dan jiwanya dan jauh lebih bahagia daripada orang kaya yang tidak pernah bersyukur. Takaran bahagia pada setiap orang berbeda, maka tidaklah bisa kita menilai kebahagiaan seseorang hanya dengan melihatnya saja.

Mengapa orang ingin meraih kebahagiaan di dunia?. Sebagian orang menganggap kebahagiaan adalah kunci dari nilai kemakmuran seseorang. Siapalah yang tidak ingin hidup dengan makmur?. “bekerjalah seolah- olah kamu akan hidup selamanya di dunia”. Jadi tidaklah mungkin kita tidak mau mencapai kemakmuran itu agar dapat bertahan hidup dengan layak di dunia. Namun perlu diingat bahwa kebahagiaan dunia bukanlah segalanya, begitu banyak pesona dan pernak pernik dunia yang membutakan mata kita mendefinisikan arti kebahagiaan tersebut. Dunia itu fana, disini kita hanya sementara. Sedangkan bahagia di JannahNya adalah kekal. Lalu apakah ada yang lebih penting yang harus dikedepankan untuk mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya, kebahagiaan yang sejati, kebahagiaan di JannahNya?.

Ada. Ada yang lebih penting yang harus kita kedepankan daripada mencari kebahagiaan. Hal penting yang harus kita jaga yakni “Ridho Allah SWT terhadap kebahagiaan kita” alias bagaimana cara kita meraih kebahagiaan tersebut.

Ketika kita merasa bahagia, pernahkah kita ingat bagaimana Allah meridhoi kebahagiaan kita?. Misalkan seseorang yang dapat hidup mewah dengan uang hasil korupsi, dia bahagia, tapi apakah Allah ridho terhadap kebahagiaannya?. Adapula seorang perempuan yang dapat meraih cinta seseorang lelaki yang sudah beristri. Naudzubillahhimindzalik. Begitulah dunia telah membutakan mata hatinya untuk mendefinisikan makna kebahagiaan, hingga yang didapatnya hanyalah kesemuan. Mencari kebahagiaan semu itu mudah, kita menghabiskan waktu dan uang untuk shoping, makan, hura- hura, itu semua adalah kebahagiaan semu yang dapat hilang sesaat. Adapun Allah mungkin sengaja membiarkannya merasakan kebahagian tersebut karena Allah membiarkannya dalam kesesatan yang nyata, Karena Allah sudah “jengkel” dengannya hingga tak mau memperingatkannya lagi.

Orang yang sudah tahu tujuan dia hidup dan untuk apa dia hidup, maka dia tidak akan pernah berfikir bahwa dia akan hidup selama-lamanya di dunia. Dia juga tidak mungkin berfikir untuk bisa hidup hanya dengan tangannya sendiri tanpa ada peran “tangan Tuhan” dan juga manusia yang lainnya. Dia juga tak akan mungkin berfikir hidup untuk hidup semata, tapi dia akan berfikir untuk meraih hidup di dunia demi kehidupan yang kekal abadi nanti di akhirat.

Itulah makna do’a “sapu jagat” yang selama ini oleh seorang muslim sering di baca ” Rabbanaa Aatinaa fiddunyaa hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa kinaa adzaaban naar“. Substansi pokoknya adalah terciptanya  “hasanah fiddunya, hasanah fil akhirat” baik keadaan hidupnya di dunia dan baik pula keadaan hidupnya kelak di akhirat.

Dengan memahami philosofi hidup tadi, maka kita akan sampai pada makna kebahagiaan yang sesungguhnya, dan jika terjadi situasi ketidakbahagiaan maka hal itu semata-mata karena terdapatnya situasi yang sebaliknya dalam pandangan, dan perilaku kehidupan sehar-harinya itu.

Kita lihat makna bahagia menurut Al-Qur’an ” Qad Aflaha man tajakka, wa dzakarasma rabbihi fashalla“, pasti bahagia orang yang membersihkan (diri, hati, harta), yang selalu mengingat Tuhannya, lalu dia shalat.

Kebahagiaan yang sejati memang tidak didapatkan dengan mudah. Karena kebahagiaan yang sejati datang pada orang yang mampu bersyukur, ikhlas, Qona’ah, dan mengedepankan ridho Allah diatas kebahagiaan lain. Kebahagiaan sejati datang dari Allah, dia merasakannya ketika ia dapat bahagia dan merasa tenang karena Allah meridhoi perbuatannya untuk meraih kebahagiaan itu. Dan bila apa yang ingin diraihnya belum dapat membuahkan hasil, ia tetap bersyukur dan kembali ikhlas untuk tetap berusaha dijalan Allah.

Kita masih perlu membuka mata dan belajar untuk mengerti apa yang Allah ridhoi untuk kita. Semuanya telah ada dalah Al-Qur’an yang sempurna dan Al-Hadits. kita perlu membuka mata, dalam Al-Qur’an disebutkan :

 “ merekalah yang mendapat petunjuk dari Allah  dan mereka itulah orang- orang yang beruntung ” (QS. Al- Baqarah: 5). Orang yang beruntung bukanlah orang yang bahagia di dunia. Namun mereka yang bertakwa, yang mendapat ridho dari Allah SWT.

“Dan sifat-sifat baik itu tidak akan dianugerahkan kecuali kepada orang- orang yang sabar dan tidak dianugerahkan kecuali kepada orang- orang yang mempunyai keberuntungan yang besar”. (QS. Al- Fussilat : 35). Allah tidak menganugerahkan ketakwaan itu begitu saja, kitalah yang harus berusaha menjadi golongan orang- orang yang beruntung itu.

Nabi Muhammad Saw bersabda, “perbuatan-perbuatan baik akan melapangkan jalan bagi kebahagiaan dan perbuatan-perbutan buruk akan melapangkan jalan bagi ketidakberuntungan.

“maka siapa yang (suka) memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, serta membenarkan adanya pahala yang terbaik, kami sungguh memudahkan baginya jalan menuju kebahagiaan”. (QS Al Lail [92] 5-7).
Suhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla illa ha illa anta, astaghfiruka wa atubu illaih.

Surakarta, 27 Maret 2014

20:54
Cos Ma’arif H. L

Comments

  1. hampir kayak draft gue --" , nantikan di publish yaaa hahihiii ^^
    belum berani baca, sebelum draft ke publish hehee....

    ReplyDelete
  2. Ayoo, kalo gitu segera di publish, ntar gue baca deh :D
    blog mu apa?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Urgensi Lembaga Legislatif dalam Dinamika Politik Kampus

Seiring dengan makin dikenalnya istilah student governence di lingkungan kampus, tentunya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tentang apa sebenarnya student governance atau yang kita artikan sebagai pemerintahan mahasiswa. Disamping itu, pengkajian terhadap setiap tugas, peran dan fungsi dari tiap-tiap lembaga tersebut wajib kita ilhami dengan baik, sehingga sistem baku yang telah dibentuk dalam lingkungan kampus ini dapat berjalan secara dinamis dan sinergis dalam mewujudkan pemerintahan mahasiswa. Layaknya sebuah pemerintahan negara, “organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa”. Berangkat dari landasan tersebut, tentunya dapat kita simpulkan bahwa prinsip “dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa” merupakan prinsip dasar dalam kehidupan mahasiswa. Untuk itu diperlukan suatu tatanan sistem organisasi mahasiswa untuk menjalankan prinsip-prinsip tersebut. Sistem student governe...

Yaa Muqollibal Qulub, Tsabit Qolbii 'ala Diinik

Ya, Rabb.. Bersama senja, Kau ketuk lagi hati ini. Hati yang tengah mencari arti dalam jalan yang sunyi. Kau getarkan kembali hati ini, ketika ia tengah nyaris mati tak berdetak. Kau hadirkan lagi memori itu, saat kami berada pada satu garis perjuangan yang sama. Kau ingatkan kembali pada sebuah janji yang sempat teruntai bersama tangis air mata dan doa. Yaa, Rabb. Tanpa kusampaikan lewat barisan kata pun, aku yakin, Kau mengerti apa yang ditanyakan oleh segumpal daging yang ada didalam raga ini. Aku mencintai Mu, namun bagaimana dengan ridho orang tua ku? Hendak kemana aku mencari jawaban atas kegelisahn hati ini? Aku ingin berjalan dijalan Mu. Sungguh, benar-benar ingin… Namun sungguh, aku tak tahu, hendak ku langkahkan pada persimpangn jalan yang mana langkah kaki ini. Aku hanya takut, aku salah dalam mengambil keputusan. Ketika jalan ini kau buka dengan lapang untuk menjadi jalanku untuk lebih mudah menggapai cintaMu, justru aku sia-siakan dan tutup rapat karena ketidaktah...

PPG Jalur Instan Mencetak Guru Profesional (?)

Hmm, lagi-lagi pingin membahas masalah PPG. Walaupun masalah PPG ini sudah pernah saya bahas di tulisan terdahulu dalam blog ini, boleh deh kita bahas lagi. Mumpung lagi panas :) Berbicara mengenai pengahapusan akta 4 per Juni 2014 bagi mahasiswa FKIP UNS, pasti erat hubungannya dengan isu PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang menjadi momok dan pembicaran panas di kalangan mahasiswa FKIP. PPG merupakan pendidikan lanjutan bagi setiap mahasiswa lulusan Kependidikan maupun Non   Kependidikan yang ingin tersertifikasi menjadi guru profesional.  Menurut wacana, lulusan mahasiswa FKIP mulai Juni, 2014 tidak lagi mendapatkan akta 4 sebagai syarat mereka untuk mengajar. Lantas bagaimanakah nasib para lulusan FKIP di tahun 2015 dan setelahnya? Apakah cita-cita luhur mereka untuk dapat menjadi seorang pendidik dan mengabdi pada negeri harus pupus? Ternyata pemerintah menjawab tidak. Dengan dihapusnya akta 4, pemerinah telah menyiapkan gantinya dengan mengeluarkan kebijaan unt...