Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2018

Ngabuburit #10: Andai Kamu Tau

Kita, adalah manusia yang sering lupa.  Bahwa tak selamanya hikmah datang di awal pagi. Bisa saja, ia baru akan hadir bersama senja di waktu sore, atau justru dipenghujung malam di penutup hari.  Bahkan pula, bisa jadi ia baru akan datang esok hari, lusa, pekan depan, bulan depan, atau entah suatu hari nanti.  Namun yang pasti, ia tak pernah mengingkari janji. Suatu saat, pasti! Namun lagi-lagi, kita adalah manusia, yang seringnya kehilangan sabar dalam menghimpun hikmah yang belum sempat tersingkap dalam ketertolakan kita. Padahal seharusnya kita sudah banyak belajar. Pada setiap kisah baik yang telah menjadi takdir kita hari ini.  Pada ribuan kisah yang dahulu sempat begitu kita benci, yang nyatanya justru menjadi episode terbaik dalam perjalanan kali ini. Terkadang (atau bahkan sering), kita hanya mendefinisikan kesempurnaan pada batasan diri kita sendiri. Menganggap semua yang kita harapkan adalah yang terbaik untuk diri kita.  ...

Ngabuburit #9: Tentang Pernikahan

Tulisan kali ini, mungkin akan memiliki genre yang berbeda dari biasanya. Sedikit serius, sedikit mikir. Berawal dari chat curhatan salah seorang adik BEM ku yang sedang dilema karna mendapat chat yg cukup serius dari MR nya. Bahwa beberapa hari yang lalu ada seorang ikhwan yang menanyakan kesiapaannya untuk memulai sebuah ta'aruf. Tentunya, ini menjadi sebuah pertanyaan yang amat sangat sulit baginya. Karena di usianya saat ini, ia masih merasa terlalu muda untuk berada pada fase tersebut. Masih banyak yang harus diselesaikan, masih banyak yg belum dipersiapkan. Sebab baginya, menikah bukanlah perkara yang remeh. Disatu sisi yang lain, salah satu group WA ku pun juga sempat ramai dengan candaan perkara pernikahan. Guyonan nikah muda, panitia pernikahan, dan hahahihi lainnya mengenai pernikahan menjadi topik  yang cukup menarik sehingga mampu menghidupkan group yang sudah cukup lama sepi menjadi ramai kembali. Terlepas dari kedua hal tersebut, saya pun sudah lama menyi...

Ngabuburit #8: Tadzkiroh

Memang seperti itu dakwah.  Dakwah adalah cinta.  Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai fikiranmu.  Sampai perhatianmu, berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di saat lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai. Lagi-lagi memang seperti itu dakwah. Menyedot kekuatan pada diri.  Hingga tulang belulangmu, daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu.  Tubuh yang luluh diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari. Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Baginda memang akan tua juga. Namun kepalanya beruban kerana beban berat dari ayat yg diturunkan Allah. Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Beliau memimpin hanya sebentar. Namun kaum muslimin sangat terkesan dengannya. Tidak ada lagi orang miskin yang boleh diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak. Sukar membayangkan sekeras apa seorang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai gugur. Hany...

Ngabuburit #7: Pulanglah. Memangnya Kau Tidak Rindu (?)

Kita telah begitu jauh menempuh perjalanan.  Sebuah perjalanan untuk menuju siapapun juga apapun.  Perjalanan panjang yang selalu membelajarkanmu atas berbagai macam batasan rasa. Dalam sebuah perjalanan, kau pernah berkali-kali jatuh.  Berkali-kali tergores luka, juga meredam tangis.  Namun hebatnya, berkali-kali pula berhasil membuatmu bangkit lagi dan lagi.  Pada setiap jatuh bangun, tangis tawa, juga pupus tumbuhnya asa, ada cinta yang selalu membersaimu.  Yang memberikanmu kekuatan untuk bertahan sampai batas usia saat ini.  Yang tak pernah melupakanmu, bahkan meninggalkanmu.  Tidak pernah. Tidak akan pernah. Perjalananmu sudah cukup lama.  Telah meninggalkan ribuan dentum waktu bergulir terabaikan begitu saja.  Hingga akhirnya engkau lupa.  Hingga akhirnya, kata "pulang" hanya akan menjadi kata yang asing untuk diperdengarkan. Namun beruntungnya engakau.  Betapa engaku amat dicintai oleh sebaik-baik pemil...

Ngabuburit #6: Mengetuk Pintu Hati

Bahwa setiap hati memiliki alasannya masing-masing agar ia terketuk. Pun juga memiliki caranya masing-masing agar ia dapat tersentuh. Sebab hatilah yang membuat manusia begitu kompleks dan berbeda satu sama lain. Maka, cara menasehati satu orang dengan orang lain pun tentu tidak bisa disamakan.  Tidak semua orang seperti Abu Bakar, yang ketika disampaikan wahyu, berimanlah ia pada saat itu juga. Tidak semua orang seperti Umar, yang ketika dilantunkan ayat suci Al-Quran, seketika hatinya terdamaikan. Terkadang, hati seseorang baru bisa tersentuh setelah ia melakukan perjalanan panjang. Layaknya Salman Al-Farisi yang terlebih dahulu harus menempuh perjalanan begitu panjang. Bertandang dari orang satu ke orang yang lain, dari tanah rantau satu ke tanah rantau lain. Atau bahkan bisa jadi pula ada yg harus lebih lama dan lebih panjang lagi  perjalanannya, agar ia mampu membuka pintu hatinya. Seperti halnya saat kita hendak memasuki sebuah rumah. Sudah seh...

Ngabuburit #5: Aku Cemburu

Dan Lagi-lagi Aku Cemburu Bukan pada mereka, yang paras cantiknya memenuhi sosial media Bukan pula pada mereka, yang followers IG nya bersemat huruf “K” Bukan pula pada mereka, yang tak pernah tertinggal gaya fashionnya Ya, bukan pada mereka hatiku sesak dan menaruh cemburu Namun pada mereka, perempuan yang mampu menjaga kehormatannya Namun pada mereka, para muslimah yang tak pernah henti bersujud dan memuji nama-Nya dalam jeda juangnya Namun pada mereka, para aktivis muda yang menjadikan lembaganya sebagai sarana berdakwah dengan masing-masing karakteristiknya Namun pada mereka, para ibu yang mampu melahirkan dan mendidik muharrik kecilnya menjadi para penghafal Qur'an Namun pada mereka, para gadis kecil yang senantiasa berlomba-lomba mencintai Qur'an dengan bertilawah, menghafal dan mentadaburri setiap ayatnya Justru kepada mereka, parempuan yang menjadikan Rabb nya sebagai cinta pertamanya Ah, aku cemburu.. aku cemburu pada mereka yang dirindu syurga ...

Ngabuburit #4: Memutus Ketidakteraturan

Aku ingin menjawab tanya, pada kegelisahan hati atas takdir yang kau duga berkhianat pada upaya.  Aku ingin menjawab tanya, pada lelah yang kau dakwa karma buruk atas ketidakberuntungan hidup. Pada setiap jengkal upaya yang kau anggap sia-sia.  Pada sebait doa yang kau racau, sebab fikirmu semesta tak lagi menerima. Mungkin saat ini lelahmu singgah di tempat yang tidak tepat.  Atau justru hilang arah dalam perjalanan panjang yang kau kira tak memiliki titik akhir.  Maka seharusnya sejenak kita bermuhasabah.  Merenungi atas apa-apa saja yang membuat upayamu terhalang.  Atas apa-apa saja yang membuat Rabb mu belum kunjung mengetuk takdir yang terus dan terus kau perjuangkan. Kata Bapak, bila dalam hidup ada banyak urusanmu yang tak kunjung selesai, juga masalah yang tak kunjung reda, atau bahkan pengharapan yang tak kunjung terwujud, pastilah ada yang salah dalam hidupmu. Maka bertanyalah. Bertanyalah pada hati dan nuranimu. Ket...

Ngabuburit #3: Kamu Cantik :)

Adalah kamu, hambaNya yang kaya raya. DijadikanNya hatimu terasa nikmat saat bersama alquran. Dia jadikan quran itu terasa cukup walau sesuap nasipun belum sempat mengisi lambungmu. Masih tentang kamu, manusia yang rezekinya berlimpah itu. Rezeki berupa kebahagiaan saat membaca quran. Telah Allaah jadikan hatimu terikat dengan Alquran. Telah Allaah karuniakan ke dalam hatimu rasa cinta kepada Alquran. Sungguh, padamu aku cemburu. Adalah kamu yang selalu bertanya dulu kepada Allaah lewat quran kalau merasa bingung. Kamu tidak peduli apakah keputusan Allaah itu menyelisihi hawa nafsu. Yang kamu tau ketika Allaah menetapkan sesuatu meski nafsumu membantah, kamu tetap memilih taat karena tau ketetapan itu pasti baik. Saat yang lain tersibukkan dengan hal sia sia, kamu sibuk di sudut sana dengan quran sebagai teman. Saat perempuan lain sibuk memoles diri agar manusia suka, kamu malah sibuk melisankan quran agar Allaah suka. Saat yang lain sibuk menjatuhkan izzah dan...

Ngabuburit #2: More than Words

Aku masih ingin berbicara tentang rindu dan cinta. Tentang bagaimana setiap kenangan bersama (si)apapun yang kau cinta pasti akan begitu lekat untuk dikenang.  Yang membuatmu ingin mengulangi setiap potongan kisah itu lagi dan lagi. Seperti halnya memori-memori masa kecil kita kala itu.  Yang menjadi alasanku pertama kali menjatuhkan hati padanya.  Berawal dari kisah dan perkara yang sederhana. Sangat sederhana.  Hatiku jatuh, cintaku tumbuh, dan rinduku semakin berlipat.  Hingga pada akhirnya aku benar-benar cinta.  Dan begitulah, tentang bagaimana cintaku pada Ramadhan bermula.  Dan ku yakin, kau pun juga begitu kan (?) Kala itu, kita begitu mencintai Ramadhan tersebab perkara-perkara kecil yang mungkin hanya akan kita temui di Bulan Ramadhan.  Seperti  buka bersama selepas TPA, mencatat kultum tarawih pada buku Ramadhan, mengantri takjil sembari menunggu tandatangan ustadz, tadarus di masjid hingga larut, jalan-j...

Ngabuburit#1: Ramadhan, Aku (pura-pura) Rindu

Kau bilang, cinta itu masih sama. Masih seperti tahun-tahun yang telah lalu. Membuncah di ujung ujung temu dan pangkal pisah.  Kau bilang, 11 purnama telah cukup membuatmu tak bisa menahan rindu. Seperti layaknya sepasang kekasih yang ingin segera bertemu. Dimana 30 malam menjadi saksi, bahwa kau adalah satu dari sekian banyak yang ingin menjadi pencuri hati terbaik bagi Rabb mu. Kau bilang, begitulah seharusnya seorang muslim. Yang senantiasa harus merindukan Ramadhan, baik benar-benar rindu, ataupun hanya pura-pura rindu.  "Jadi, kau benar-benar rindu atau sekedar pura-pura?" Tanyaku kala itu. "Memangnya, apa bedanya? Aku benar-benar merindukan Ramadhan karna aku adalah seorang muslim. Dan jika memang hanya pura-pura rindu karena euforia yang ada, toh juga tak masalah bukan? Paling tidak, aku telah mencoba menghadirkan cinta untuk Bulan yang penuh rahmat ini. Yang aku yakini sebagai seoarang muslim, bahwa Rasulku pun juga begitu. Ia begitu merindu...

Jangan Berakhir

Tentang perjalanan dan  persimpangannya. Dalam sebuah perjalanan, Allah membentangkan jalan berikut beserta persimpangannya. Dan saat engkau tiba disana, kau harus memilih. Menentukan arah untuk kemudian kembali menjejak di perlintasan yang engkau pilih. Sebab kau tak mungkin dan tak akan bisa menyudahi langkahmu sampai di persimpangan ini saja. Perjalananmu harus berlanjut. Pemberhentianmu hanya sejenak. Sebab persimpangan bukanlah titik akhir dalam perjalanan ini.  Di persimpangan jalan ini, nantinya akan ada begitu banyak pembelajaran yang engkau terima. Tentang konsekuensi sebuah pilihan, tentang ilmu ikhlas dan penerimaan, serta hakikat merelakan dan melepaskan. Dan akhirnya, kurasa kita telah sampai pada persimpangan jalan tersebut. Sebuah persimpangan yang sedari dulu sungguh enggan untuk aku tuju cepet cepat. Sebab berawal dari sana, ada banyak hal yang harus kau relakan untuk pergi dan menghilang. Ada pula kisah baru yang harus kau temui dan terima.  ...