Skip to main content

Ngabuburit#1: Ramadhan, Aku (pura-pura) Rindu

Kau bilang, cinta itu masih sama. Masih seperti tahun-tahun yang telah lalu. Membuncah di ujung ujung temu dan pangkal pisah. 

Kau bilang, 11 purnama telah cukup membuatmu tak bisa menahan rindu. Seperti layaknya sepasang kekasih yang ingin segera bertemu. Dimana 30 malam menjadi saksi, bahwa kau adalah satu dari sekian banyak yang ingin menjadi pencuri hati terbaik bagi Rabb mu.

Kau bilang, begitulah seharusnya seorang muslim. Yang senantiasa harus merindukan Ramadhan, baik benar-benar rindu, ataupun hanya pura-pura rindu. 

"Jadi, kau benar-benar rindu atau sekedar pura-pura?" Tanyaku kala itu.

"Memangnya, apa bedanya? Aku benar-benar merindukan Ramadhan karna aku adalah seorang muslim. Dan jika memang hanya pura-pura rindu karena euforia yang ada, toh juga tak masalah bukan? Paling tidak, aku telah mencoba menghadirkan cinta untuk Bulan yang penuh rahmat ini.

Yang aku yakini sebagai seoarang muslim, bahwa Rasulku pun juga begitu. Ia begitu merindukan Ramadhan dengan segala kebaikan yang telah Allah selipkan didalamnya. Karena  tugasku hanya taat, maka aku pun hanya berusaha mengikuti apa-apa yang telah diajarkan oleh panutanku. Berusaha menghadirkan rindu untuk Bulan yang suci ini.

Biar bagaimanapun, aku adalah seorang muslim yang masih terus belajar dan berproses menjadi mukmin yang baik."

"Jadi, aku boleh jika hanya pura-pura rindu?"

Dan kau tersenyum. "Boleh. Tapi jika benar-benar bisa, mengapa harus berpura-pura?"

"Karena aku tak pernah bisa menangis saat Ramadhan pergi. Pun juga tak pernah hanyut dalam sukacita saat ia datang kembali. Aku tak pernah merasakan getaran yang sama sepertimu. Mungkin aku bukan orang alim!"

Senyummu tersimpul kembali, "Bukan, bukan begitu. Mungkin saat ini imanmu hanya sedang turun. Mungkin kau sedang lebih sibuk dengan perkara-perkara duniawi mu. Jika memang begitu, yang kau perlukan hanya menghadirkan iman itu kembali. Jika kau mau, kau bisa mencoba dengan menambah jumlah rekaat dhuhamu, atau sejenak memanjangkan sujudmu di sepertiga malam terakhir. Cobalah untuk menangis seraya memanggil namaNya dalam lubuk hatimu yang terdalam. Cobalah ingat-ingat kembali betapa besar kecintaanNya pada mu. Maka tumbuhkanlah pula rasa cinta terbaikmu untukNya. Sebab kecintaan yang paling haqiqi adalah ketika kita mencintai sesuatu di dunia ini karena kecintaan kita kepadaNya."

"Tapi ..."

"Tapi terkadang, kita sendiri lah yang terlebih dahulu menutup pintu hati kita ketika hidayah itu datang. Kita egois memikirkan diri kita sendiri. Terlalu banyak mencari alasan untuk bersembunyi dan menolak cahaya yang hendak Rabbmu berikan. Apalagi kau tau kan, bahwa Bulan Ramadhan ini adalah bulan penuh ampunan. Dan dibulan ini pula, setan-setan telah dibelenggu olehNya. Maka, sejatinya musuh kita hanyalah diri kita sendiri. Tergantung bagaimana kita hendak menyikapi hidayah ini. Apakah kau mau menjemputnya, atau kembali kau tinggal pergi lagi dan lagi."

Dadaku sesak, mataku tak mampu membendung tangis ini lagi. Ku ikuti pintamu yang memintaku mengucap istighfar sejak air mataku jatuh. Lirih, tapi pasti. Dan kali ini, rindu ini benar-benar datang. Menyeruak, memenuhi segala ruang hati dengan rindu yang telah begitu lama tidak kunjung singgah.

Ahh..Aku benar-benar rindu. Ramadhan aku rindu, Rabbi aku rindu

Oh Allah, sebab ibadah bukanlah masalah perasaan, bantulah aku untuk dapat menjadikan perasaan sebagai makmum atas imam bernama iman. Jika iman telah menjadi yang pertama dan utama di dalam hati. Dan aku percaya bahwa soal perasaan akan bisa disiasati.

1 Ramadhan 1439 H
Masjid As-Salam, Surakarta
20.41
Cos Ma'arif H. L

Walaupun judulnya ngabuburit, sepertinya tulisan-tulisan Ramadhan ini (mungkin) tidak selamanya di posting pada waktu-waktu menjelang berbuka puasa. Sekapan-kapannya aja yaa.  Hihiii 😁

#tokohfiktif, anggap saja percakapan diri sendiri dan hati.
Terinspirasi dari kultum tarawih malam ini, xixi



Comments

Popular posts from this blog

Urgensi Lembaga Legislatif dalam Dinamika Politik Kampus

Seiring dengan makin dikenalnya istilah student governence di lingkungan kampus, tentunya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tentang apa sebenarnya student governance atau yang kita artikan sebagai pemerintahan mahasiswa. Disamping itu, pengkajian terhadap setiap tugas, peran dan fungsi dari tiap-tiap lembaga tersebut wajib kita ilhami dengan baik, sehingga sistem baku yang telah dibentuk dalam lingkungan kampus ini dapat berjalan secara dinamis dan sinergis dalam mewujudkan pemerintahan mahasiswa. Layaknya sebuah pemerintahan negara, “organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa”. Berangkat dari landasan tersebut, tentunya dapat kita simpulkan bahwa prinsip “dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa” merupakan prinsip dasar dalam kehidupan mahasiswa. Untuk itu diperlukan suatu tatanan sistem organisasi mahasiswa untuk menjalankan prinsip-prinsip tersebut. Sistem student governe...

Yaa Muqollibal Qulub, Tsabit Qolbii 'ala Diinik

Ya, Rabb.. Bersama senja, Kau ketuk lagi hati ini. Hati yang tengah mencari arti dalam jalan yang sunyi. Kau getarkan kembali hati ini, ketika ia tengah nyaris mati tak berdetak. Kau hadirkan lagi memori itu, saat kami berada pada satu garis perjuangan yang sama. Kau ingatkan kembali pada sebuah janji yang sempat teruntai bersama tangis air mata dan doa. Yaa, Rabb. Tanpa kusampaikan lewat barisan kata pun, aku yakin, Kau mengerti apa yang ditanyakan oleh segumpal daging yang ada didalam raga ini. Aku mencintai Mu, namun bagaimana dengan ridho orang tua ku? Hendak kemana aku mencari jawaban atas kegelisahn hati ini? Aku ingin berjalan dijalan Mu. Sungguh, benar-benar ingin… Namun sungguh, aku tak tahu, hendak ku langkahkan pada persimpangn jalan yang mana langkah kaki ini. Aku hanya takut, aku salah dalam mengambil keputusan. Ketika jalan ini kau buka dengan lapang untuk menjadi jalanku untuk lebih mudah menggapai cintaMu, justru aku sia-siakan dan tutup rapat karena ketidaktah...

PPG Jalur Instan Mencetak Guru Profesional (?)

Hmm, lagi-lagi pingin membahas masalah PPG. Walaupun masalah PPG ini sudah pernah saya bahas di tulisan terdahulu dalam blog ini, boleh deh kita bahas lagi. Mumpung lagi panas :) Berbicara mengenai pengahapusan akta 4 per Juni 2014 bagi mahasiswa FKIP UNS, pasti erat hubungannya dengan isu PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang menjadi momok dan pembicaran panas di kalangan mahasiswa FKIP. PPG merupakan pendidikan lanjutan bagi setiap mahasiswa lulusan Kependidikan maupun Non   Kependidikan yang ingin tersertifikasi menjadi guru profesional.  Menurut wacana, lulusan mahasiswa FKIP mulai Juni, 2014 tidak lagi mendapatkan akta 4 sebagai syarat mereka untuk mengajar. Lantas bagaimanakah nasib para lulusan FKIP di tahun 2015 dan setelahnya? Apakah cita-cita luhur mereka untuk dapat menjadi seorang pendidik dan mengabdi pada negeri harus pupus? Ternyata pemerintah menjawab tidak. Dengan dihapusnya akta 4, pemerinah telah menyiapkan gantinya dengan mengeluarkan kebijaan unt...