Skip to main content

Ngabuburit #2: More than Words

Aku masih ingin berbicara tentang rindu dan cinta.
Tentang bagaimana setiap kenangan bersama (si)apapun yang kau cinta pasti akan begitu lekat untuk dikenang. 
Yang membuatmu ingin mengulangi setiap potongan kisah itu lagi dan lagi.

Seperti halnya memori-memori masa kecil kita kala itu. 
Yang menjadi alasanku pertama kali menjatuhkan hati padanya. 
Berawal dari kisah dan perkara yang sederhana. Sangat sederhana. 
Hatiku jatuh, cintaku tumbuh, dan rinduku semakin berlipat. 
Hingga pada akhirnya aku benar-benar cinta. 
Dan begitulah, tentang bagaimana cintaku pada Ramadhan bermula. 
Dan ku yakin, kau pun juga begitu kan (?)

Kala itu, kita begitu mencintai Ramadhan tersebab perkara-perkara kecil yang mungkin hanya akan kita temui di Bulan Ramadhan. 
Seperti  buka bersama selepas TPA, mencatat kultum tarawih pada buku Ramadhan, mengantri takjil sembari menunggu tandatangan ustadz, tadarus di masjid hingga larut, jalan-jalan pagi dan bermain petasan selepas sholat subuh, hingga obor bambu di penguhujung Ramadhan yang menandakan bahwa esok kita sudah boleh memakai baju baru, makan snack yang banyak, dan juga mendapat uang fitrah untuk tambah jajan sampai puas. 
Bagi kita di masa lalu, begitulah definisi bahagia di Bulan Ramadhan.

Cinta itu masih utuh. 
Tidak berkurang barang seinchi. 
Bahkan semakin hari ia semakin tumbuh sembari kita terus memupuknya.

Namun hari ini kita bukanlah bocah kecil lagi. (Seharusnya) cinta kita lebih mendewasa.
(Seharusnya) cinta kita tak sekedar cinta dari bias permukaan saja. 
(Seharusnya) cinta kita tak sekedar dalam batas ueforia kata saja.
(Dan seharusnya) definisi bahagia, rindu dan cinta kita sudah berbeda. 
Tak sekedar apa, namun juga bagaimana. 
Sebab yang kita tau, definisi cinta adalah memberi.
Maka bila kita cinta, sudah seharusnya kita memberikan apapun yang terbaik untuk yang kita cintai.

Kita selalu mengaku cinta pada Ramadhan. 
Bagi kita yang sudah dewasa, cinta seharusnya sudah tak lagi sekedar sebagai kata sifat, namun juga kata kerja. 
Maka bila kita cinta, segala sesuatunya harus di upayakan, harus diperjuangkan.

Kita selalu mengaku cinta pada Ramadhan. Bila sudah begitu, maka sudah pasti tak akan tanggung-tanggung pula kita memberikan yang terbaik untuknya. Benar kan?
Misalnya...
Menjaga sholat beserta rukun-rukunnya, tidak hanya sekedar asal mendirikannya saja.
Membaca, mentadzaburi, serta mengamalkan firmanNya, tidak hanya sekedar perkara semakin cepat semakin banyak.
Memberikan infaq atau shodaqah terbaik dengan setulus-tulusnya, dan bukan karena selalu ada kotak infak yang berputar saat jeda sholat isya' dan tarawih itu, yang kita sungkan bila tidak memasukkan uang seperti yang dilakukan orang lain di kanan kiri kita.

Lagi-lagi, Bapak pernah berpesan. 
Merawat Ramadhan itu gampang-gampang susah, susah-susah gampang.  
Hal utama yang dibutuhkan adalah istiqomah. 
Di awal Ramadhan, mudah saja iman kita naik begitu cepat. Melejit. 
Namun selepas pekan pertama, kedua, ketiga, dan penghujung ramadhan (?)
Apa kabar duhai iman??

Maka sebenarnya yang paling penting, bukan perkara siapa yang hafalannya bertambah paling banyak.
Bukan yang jumlah rekaat sholat sunnahnya lebih besar.
Bukan pula yang khataman qur'annya paling cepat.
Juga bukan ziswaf nya yang paling banyak.
Bukan. Bukan hanya itu. 

Sangat baik jika kesemuanya dapat seperti itu.
Namun akan jauh dan jauh lebih baik lagi jika semua yang telah di awali dapat dilakukan secara istiqomah.
Tidak hanya selama Ramadhan saja.
Namun juga bulan-bulan setelahnya hingga kita dipertemukan kembali dengan Ramadhan.

Untukmu hati yang baik, semoga Allah selalu menjaga ghirah kita pada Ramadhan dan dien ini.

Selamat mendewasakan cinta. 

More than words is all you have to do to make it real~

Ramadhan 1439 H
Masjid As-Salam Surakarta
15.43
Cos Ma'arif H.L

Comments

Popular posts from this blog

Urgensi Lembaga Legislatif dalam Dinamika Politik Kampus

Seiring dengan makin dikenalnya istilah student governence di lingkungan kampus, tentunya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tentang apa sebenarnya student governance atau yang kita artikan sebagai pemerintahan mahasiswa. Disamping itu, pengkajian terhadap setiap tugas, peran dan fungsi dari tiap-tiap lembaga tersebut wajib kita ilhami dengan baik, sehingga sistem baku yang telah dibentuk dalam lingkungan kampus ini dapat berjalan secara dinamis dan sinergis dalam mewujudkan pemerintahan mahasiswa. Layaknya sebuah pemerintahan negara, “organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa”. Berangkat dari landasan tersebut, tentunya dapat kita simpulkan bahwa prinsip “dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa” merupakan prinsip dasar dalam kehidupan mahasiswa. Untuk itu diperlukan suatu tatanan sistem organisasi mahasiswa untuk menjalankan prinsip-prinsip tersebut. Sistem student governe...

Yaa Muqollibal Qulub, Tsabit Qolbii 'ala Diinik

Ya, Rabb.. Bersama senja, Kau ketuk lagi hati ini. Hati yang tengah mencari arti dalam jalan yang sunyi. Kau getarkan kembali hati ini, ketika ia tengah nyaris mati tak berdetak. Kau hadirkan lagi memori itu, saat kami berada pada satu garis perjuangan yang sama. Kau ingatkan kembali pada sebuah janji yang sempat teruntai bersama tangis air mata dan doa. Yaa, Rabb. Tanpa kusampaikan lewat barisan kata pun, aku yakin, Kau mengerti apa yang ditanyakan oleh segumpal daging yang ada didalam raga ini. Aku mencintai Mu, namun bagaimana dengan ridho orang tua ku? Hendak kemana aku mencari jawaban atas kegelisahn hati ini? Aku ingin berjalan dijalan Mu. Sungguh, benar-benar ingin… Namun sungguh, aku tak tahu, hendak ku langkahkan pada persimpangn jalan yang mana langkah kaki ini. Aku hanya takut, aku salah dalam mengambil keputusan. Ketika jalan ini kau buka dengan lapang untuk menjadi jalanku untuk lebih mudah menggapai cintaMu, justru aku sia-siakan dan tutup rapat karena ketidaktah...

PPG Jalur Instan Mencetak Guru Profesional (?)

Hmm, lagi-lagi pingin membahas masalah PPG. Walaupun masalah PPG ini sudah pernah saya bahas di tulisan terdahulu dalam blog ini, boleh deh kita bahas lagi. Mumpung lagi panas :) Berbicara mengenai pengahapusan akta 4 per Juni 2014 bagi mahasiswa FKIP UNS, pasti erat hubungannya dengan isu PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang menjadi momok dan pembicaran panas di kalangan mahasiswa FKIP. PPG merupakan pendidikan lanjutan bagi setiap mahasiswa lulusan Kependidikan maupun Non   Kependidikan yang ingin tersertifikasi menjadi guru profesional.  Menurut wacana, lulusan mahasiswa FKIP mulai Juni, 2014 tidak lagi mendapatkan akta 4 sebagai syarat mereka untuk mengajar. Lantas bagaimanakah nasib para lulusan FKIP di tahun 2015 dan setelahnya? Apakah cita-cita luhur mereka untuk dapat menjadi seorang pendidik dan mengabdi pada negeri harus pupus? Ternyata pemerintah menjawab tidak. Dengan dihapusnya akta 4, pemerinah telah menyiapkan gantinya dengan mengeluarkan kebijaan unt...