Bahwa setiap hati memiliki alasannya masing-masing agar ia terketuk.
Pun juga memiliki caranya masing-masing agar ia dapat tersentuh.
Sebab hatilah yang membuat manusia begitu kompleks dan berbeda satu sama lain.
Maka, cara menasehati satu orang dengan orang lain pun tentu tidak bisa disamakan.
Tidak semua orang seperti Abu Bakar, yang ketika disampaikan wahyu, berimanlah ia pada saat itu juga.
Tidak semua orang seperti Umar, yang ketika dilantunkan ayat suci Al-Quran, seketika hatinya terdamaikan.
Terkadang, hati seseorang baru bisa tersentuh setelah ia melakukan perjalanan panjang.
Layaknya Salman Al-Farisi yang terlebih dahulu harus menempuh perjalanan begitu panjang.
Bertandang dari orang satu ke orang yang lain, dari tanah rantau satu ke tanah rantau lain.
Atau bahkan bisa jadi pula ada yg harus lebih lama dan lebih panjang lagi perjalanannya, agar ia mampu membuka pintu hatinya.
Seperti halnya saat kita hendak memasuki sebuah rumah.
Sudah seharusnya kita mencari cara untuk membuka lubang kunci, agar pintunya terbuka tanpa ada kerusakan.
Bukan memaksanya terbuka, namun pintunya porak-poranda.
Kita mencoba menyentuh hatinya tanpa ada luka, bukan memaksa hingga akhirnya tetap tidak terbuka namun justru terluka karena kita.
Tetapi pada akhirnya, semua usaha kita tak kan pernah sesuai keinginan kecuali dengan izin Allah.
Karena hidayah adalah bagianNya. Tugas kita hanya sampai pada batas usaha terbaik kita.
Dan untukmu hati yang baik, jangan pernah berputus asa dalam mengtuk hati.
Sebab untuk menyentuh hati saudara-saudaramu terkadang tak selalu mudah seperti apa yang kita bayangkan.
Dan untukmu, selamat mengetuk pintu hati. Jadah mudah menyerah yaa ;)
6 Ramadhan 1439 H
Nurul Huda
17.15
Cos Ma'arif H. L
Comments
Post a Comment