Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2018

Menyentuh Hati

Setiap hati punya alasan sendiri-sendiri bagaimana ia terketuk. Punya cara tersendiri bagaimana ia tersentuh. Karena hatilah yang membuat manusia begitu kompleks dan berbeda-beda. Maka, cara menasehati satu orang dengan orang lain tentu tidak boleh disamakan bukan? Tidak semua orang seperti Abu Bakar, yang ketika disampaikan wahyu, ia langsung beriman. Tidak semua orang seperti Umar, yang ketika dibacakan Al-Quran hatinya langsung terdamaikan. Kadang, hati seseorang baru bisa tersentuh setelah melakukan perjalanan panjang layaknya Salman Al-Farisi, atau bahkan lebih lama dan lebih panjang perjalanannya. Karena kita tidak tahu, dengan apa hati seseorang bisa tersentuh. Namun selain hati, Allah pun menciptakan akal untuk kita berfikir. Mencoba berbagai cara, agar kemudian dapat menyentuh hati orang-orang. Mengetuknya tanpa ada paksaan, tanpa ada kebencian. Seperti halnya ketika kita mencari cara untuk membuka lubang kunci, agar pintunya terbuka tanpa ada kerusaka...

Memilih Kesempatan

Kita, kita adalah jiwa-jiwa yang hidup dengan jutaan pengharapan. Berharap untuk terus bisa menyelamatkan mimpi dari hari ke hari. Ingin menjadi ini, ingin menjadi itu. Ingin begini, ingin begitu. Banyak sekali. Sesekali (bahkan berulang kali), kita kerap dipertemukan pada dua atau lebih kesempatan. Kesempatan-kesempatan tepat dimana mimpi dan harapmu bertahta disana. Kesempatan-kesempatan yang begitu ingin engkau lalui juga engkau himpun dan rapikan mimpi-mimpinya yang tengah terserak. Namun ada kalanya pula, kau akan dipertemukan dengan kesempatan yang lain. Kesempatan yang terkadang justru hadir di puncak lelahmu dalam memperjuangkan mimpi-mimpi besarmu. Sebenarnya, kesempatan itu adalah kesempatan yang tidak terlalu engkau fikirkan sebelumnya. Tidak pernah engkau harap-harapkan dengan sangat. Tidak pernah pula masuk dalam deret teratas pada daftar impian yang ingin engkau capai. Bahkan tidak, tidak pernah ada sama sekali. Hanya saja, kesempatan itu terlihat lebih mudah unt...

Berjalan di Tempat

Masih dengan rasa yang sama. Masih dengan resah yang sama. Terlebih semenjak celetuk senja salah seorang teman kemarin sore. Juga  very long post chat  salah seorang sahabat di sebuah group wa kala fajar pagi ini. Terkadang, kau tak bisa mengubah arah angin sesuka hatimu. Sekeras dan sekuat apapun kau mencoba. Angin akan berhembus mengikuti arus yang kau sebut dengan takdir. Dalam hidup, kita akan sering menemukan fase-fase equilibrium. Sebuah fase tepat dimana kau hanya akan mampu memilih untuk berjalan di tempat. Tidak dengan yang lain. Tidak melangkah, tidak berpindah, tidak berjalan, apalagi berlari. Sebab setiap inci yang dikorbankan justru akan membuat kita semakin tak menjadi apa-apa. Lebur dalam sebuah ketidakberartian. Mungkin bagi sebagian orang, hidup adalah sebuah kedinamisan. Tidak berpindah akan membuat kita terlindas, mati dan tergantikan. Tapi nyatanya, tidak dengan kita. Bagi kita yang terjebak dalam fase statis ini, berjalan ditempat adalah pili...

Sahabat Perjalanan

Selain untuk menjawab challange #30haribercerita , postingan ini (dan postingan selanjutnya) adalah bentuk penepatan sebuah janji yang telah terucap kala itu. Sebuah narasi untuk sahabat-sahabat perjalanan yang telah membersamai selama ini. Postingan ini bukan menyoal tentang sebuah topi hitam yang telah dipindah kuncirnya ke sebelah kanan. Bukan pula menyoal baju toga beserta selempangnya. Dan bukan pula menyoal euforia mahasiswa lama dengan gelar barunya dihari itu. Namun ini tentang mereka, tentang kalian, dan juga tentang Dia. Dari sekian banyak perjanalan yang telah ditempuh, yang membuatnya istimewa adalah hadirnya sahabat perjalanan yang selalu membersamai. Yang hadirnya selalu menjadi pengingat. Menjadi kawan tumbuh dan berproses. Juga menjadi sebaik-baik tempat belajar dan bercerita. Mereka adalah sahabat perjalanan yg telah Allah hadirkan untuk menggenapkan bagian-bagian cerita rumpang dlm sebuah kisah perjalanan panjang itu. Oh Allah, terimakasih atas setiap garis t...

Sahabat Kecil

Kisah ini masih perihal tentang rumah. Kali ini aku ingin berkisah tentang dua gadis kecil yang selalu menjadi kawan bermain dan belajar sejak Allah hembuskan nafas kehidupan ini pada masing-masing diri kami. Untuk banyak sekali kisah yang terekam, cerita tentang dua gadis kecil ini menjadi salah satu kisah yang paling banyak bisa ku himpun hikmah dan pembelajarannya. Yang membuatku harus terus belajar dan belajar. Karna menjadi sosok seorang kakak, adalah amanah yang sangat berat jika kita mau memahaminya. Menjadi seorang kakak bagi kedua gadis kecil ini banyak senangnya, banyak juga sebelnya. Kalau jauh rindu, kalau dekat bikin kesel. Ups ^^ Kita bertumbuh dan berproses sejak kita belum tahu apa-apa, juga belum memiliki apa-apa. Hingga pada suatu ketika, dentum masa mengantarkan kita menjadi pribadi yang sedikit lebih dewasa.  Sadar, bahwa hidup tak sekedar mengenai kisah tentang berjalan di pematang sawah, perpetualang di ladang tebu dan jagung, bermain masak-ma...

Rumah

Ini adalah cerita tentang rumah. Cerita yang tak hanya sekedar menyoal bangunan sederhana di tepi Jalan Parangkusuma, namun juga perihal dua cinta yang tak pernah putus iringan doanya bagi ketiga putrinya. Sejauh apapun perjalanan yang kau tempuh, rumah selalu menjadi tempat terbaik untuk pulang. Untuk menyambung rindu pada cinta masa kecil yang tak pernah habis untuk dikenang. Sedalam apapun samudra yang ingin kita selami. Setinggi apapun langit yang ingin kita capai. Seluas apapun jagad raya yang ingin kita jelajahi. Rumah tetaplah menjadi tempat dimana kita bermula dan berpulang. Yang nyatanya, tak akan pernah mampu kita redam rindunya sekuat apapun kita mencoba. Yang membuat kita selalu ingin kembali lagi dan lagi. Di dalam rumah, kita akan temukan cinta yang tak pernah berpura-pura. Walaupun terkadang, ada beberapa definisi cinta yang sangat sulit kita selaraskan dengan definisi kita masing-masing. Yang terkadang membuat kita berseberang sisi dalam sudut pandang dan...

Meredam atau Berkisah?

Sungguh, sejatinya alam selalu mengajarkan kita perihal ilmu kehidupan.  Ia adalah guru terbaik bagi jiwa-jiwa yang mau membaca dan merendahkan hati.  Dalam hidup, banyak hal-hal kecil yang terlupakan.  Banyak hal-hal sepele yang terabaikan.  Dan tak jarang pula banyak perkara remeh temeh yang tak teranggap. Benar kan??!… siapa coba yang mau manganggap??!  Buktinya kita sering sibuk dengan perkara penilaian manusia.  Banyak yg tak suka berjuang dalam diam.  Banyak yg enggan bermanfaat di bawah permukaan.  Selalu sibuk mencari penghargaan manusia.  Selalu sibuk untuk menjadi yang dikenal. Sekarang, berhentilah sejenak. Sejenak membaca, sejenak merenung. Mungkin kita harus banyak belajar pada matahari. Entah ada atau tidak jiwa yang mensyukuri kehadirannya, ia tetap pancarkan sinar terbaiknya. Mungkin juga kita harus banyak bertafakur pada rembulan. Yang setia mengiringi tanpa perlu berharap pada penduduk bumi agar selalu terjaga...

Sajak Perjalanan

Tak akan pernah habis dunia bersajak tentang perjalanan. Tentang kisah kali pertama perjalanan itu bermula, tentang sahabat perjalananmu, tentang lika-liku jalan yang kau tempuh, pun juga tentang persimpangan dan pemberhentian akhir perjalanan ini. Kini aku mencoba mengingat, tentang bagaimana kisah ini bermula. Dahulu, kita (atau mungkin hanya aku) hanyalah sekumpulan asing yang tak saling kenal. Tak terpaut, pun tak terikat. Hingga pada suatu ketika, kita bersepakat untuk mencipta kisah melaui perjalanan-perjalanan kecil kita. Kala itu, amanah membuat kita untuk saling kenal dan mengenal. Waktu kian bergulir, jejak telah terekam. Dan aku semakin mengerti, bahwa kalian adalah orang-orang baik. Yang baik budi pekertinya, yang tulus kasih sayangnya. Yang cintanya sedalam samudra, yang kebermanfaatannya seluas jagad raya. Aku begitu mensyukuri, atas pertemuan yang telah Allah gariskan di penghujung perjalanan ini. Atas kisah yang mengharu biru. Atas jatuh dan bangkitnya di elegi j...

Mendamba Hujan

Seperti yang sering aku katakan, aku mendamba hujan sebab kebermanfaatannya. Bukan sekedar rintiknya, bukan pula sekedar aroma syahdunya saat berjumpa dengan tanah. Dan bagiku, kau adalah hujan. Dan ternyata mencintai hujan memang tidak mudah. Kau harus mengerti, kau harus pahami. Bahwa hujan tidak akan jatuh hanya di halaman rumahmu saja. Hujan akan jatuh di halaman banyak orang. Hujan harus memberi kebermanfaatan untuk mereka, bukan untuk dirimu saja. Mencintai hujan memang tidak mudah. Bahwa kau harus benar-benar rela. Bahwa dihatinya tidak hanya ada dirimu saja. Hatinya memiliki banyak ruang, hatinya dimiliki oleh banyak orang. Ia didamba dan dicintai banyak orang. Mencintai hujan memang tidak mudah. Jika kau mencintai hujan, kau harus benar-benar mengerti, kau harus benar-benar memahami. Bahwa kau tak akan bisa menjadi yang utama. Detak detik waktunya akan bergulir untuk meringankan beban banyak orang. Hatinya selalu ranum dan hangat untuk mengasihi banyak or...

Hujan 13 Agustus

Biar kutitipkan sesal pada hujan 13 Agustus, sebab darinya, ada ampunan Nya yang selalu terlewatkan begitu saja. Sebab dari semilir anginnya, ada jiwa yang kembali sadar, bahwa raga kian merapuh, catatan amalpun mulai penuh. Namun diantara sesaknya catatan, ternyata si noktah hitam lah yang membuatnya semakin tak memiliki celah. Terlalu banyak khilaf, terlalu banyak salah. Kau harusnya sadar diri, catatanmu kian usang, catatanmu tak baru lagi. Bukankah dalam kisah ini, kau harusnya berlomba-lomba untuk mempercantik catatan amal? Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan. Fastabiqul Khoirat Biar kutitipkan maaf pada hujan 13 Agustus, sebab darinya, ada kaki yang masih sering salah melangkah dalam memilih persimpangan. Tersesat dan lupa jalan pulang. Sebab dari rintiknya yang harus jatuh dari langit menuju bumi, ada jiwa yang menyadari bahwa perjalanan pasti menemui titik akhirnya. Sejauh apaun itu. Waktumu akan habis, perjalananmu akan terhenti....