Kisah ini masih perihal tentang rumah. Kali ini aku ingin berkisah tentang dua gadis kecil yang selalu menjadi kawan bermain dan belajar sejak Allah hembuskan nafas kehidupan ini pada masing-masing diri kami.
Untuk banyak sekali kisah yang terekam, cerita tentang dua gadis kecil ini menjadi salah satu kisah yang paling banyak bisa ku himpun hikmah dan pembelajarannya. Yang membuatku harus terus belajar dan belajar. Karna menjadi sosok seorang kakak, adalah amanah yang sangat berat jika kita mau memahaminya.
Menjadi seorang kakak bagi kedua gadis kecil ini banyak senangnya, banyak juga sebelnya. Kalau jauh rindu, kalau dekat bikin kesel. Ups ^^
Kita bertumbuh dan berproses sejak kita belum tahu apa-apa, juga belum memiliki apa-apa. Hingga pada suatu ketika, dentum masa mengantarkan kita menjadi pribadi yang sedikit lebih dewasa.
Sadar, bahwa hidup tak sekedar mengenai kisah tentang berjalan di pematang sawah, perpetualang di ladang tebu dan jagung, bermain masak-masakan, bola bekel, petak umpet, dan loncat tali. Bahwa hidup tak selalu menjadi tempat bermain, namun juga tempat bermain peran dengan menjadi sebaik-baik tokoh dalam panggung kehidupan. Yang nyata tapi semu, yang semu tapi nyata.
Jika berbicara tentang peran, mungkin peran menjadi kakak bagi mereka adalah peran yang paling sering aku duakan. Terlebih selama 4 tahun belakangan ini. Kebersamaan bersama mereka mungkin tak sebanyak waktu itu. Kegiatan kampus dengan segala lalala yeyeye nya seolah menjadikan rumah itu justru menjadi rumah kedua. Berangkat pagi, pulang malam. Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat full, sedangkan sabtu dan minggu tidak libur. Hmm, maafkan yaa dek karna sudah terlalu sering mengabaikan.
Namun sesering apapun aku meninggalkan, dua adik ini selalu menjadi sebaik-baik teman bercerita dan belajar. Dari mereka aku belajar tentang arti ikhlas dan merelakan.
Pernah suatu ketika aku mencoba bertanya kepada adikku yg paling kecil, "dek, sebel nggak kalo aku pergi terus? Berangkatnya pagi, pulangnya malem. Terus kalo sabtu sama minggu juga masuk terus. Jadinya, nggak pernah bisa main bareng deh"
"Sebel laahh... Tapi pas awal doang sih mbak. Lama-lama biasa aja.. Lagi pula aku juga sering nggak dirumah kalo pas ekskul ku banyak agenda. Lha kan kata bapak yang penting melakukan hal yang bermanfaat. Tapi to mbak, sekali2 dolan bareng yuk sama mbak Alfa. Masa mbak ma main e sama adek2 BEM terus. Kan aku juga pingin"
Allah, hati kakak mana yang tidak sesak mendengar kalimat seperti itu dari mulut seorang adik. Apakah benar rindumu sebesar itu? Ahh, maafkan yaa dek... Untuk setiap waktu yang terlewat, untuk kebersamaan yang tergadaikan, semoga engkau benar-benar ikhlas. Semoga Bapak, Ibu, dan Allah ridho dengan apa yang kita lakukan di luar sana.
Tapi biar bagaimanapun, kalian berdua akan selalu jadi sahabat yang baik dalam perjalanan ini. Menjadi teman sekaligus guru yang selalu membelajarkan banyak hal. Doakan kakakmu ini yaa, semoga bisa selalu membersamai dan menjadi contoh yang baik untuk kalian. Semoga selalu menjadi saudara sehidup sesyurga. Menjadi salahsatu bekal terbaik untuk bapak dan ibu kelak. Tetap istiqomah dalam berproses adikku. Semoga Allah mengekalkan persaudaraan kita hingga ke jannahNya.
Doa terbaik untuk Dek Alfa dan Dek Nanda. Semoga Allah memudahkan setiap langkah kalian. Semoga Allah meridhoi atas apa-apa yang tengah kalian perjuangkan. Sampai kapanpun, kita harus selalu jadi tim yang solid yaa.
Alfa Cos Sinaga 'n Nanda Cossin Nawa |
Comments
Post a Comment