Skip to main content

Rumah

Ini adalah cerita tentang rumah. Cerita yang tak hanya sekedar menyoal bangunan sederhana di tepi Jalan Parangkusuma, namun juga perihal dua cinta yang tak pernah putus iringan doanya bagi ketiga putrinya.

Sejauh apapun perjalanan yang kau tempuh, rumah selalu menjadi tempat terbaik untuk pulang. Untuk menyambung rindu pada cinta masa kecil yang tak pernah habis untuk dikenang.

Sedalam apapun samudra yang ingin kita selami.

Setinggi apapun langit yang ingin kita capai.

Seluas apapun jagad raya yang ingin kita jelajahi.

Rumah tetaplah menjadi tempat dimana kita bermula dan berpulang.

Yang nyatanya, tak akan pernah mampu kita redam rindunya sekuat apapun kita mencoba. Yang membuat kita selalu ingin kembali lagi dan lagi.

Di dalam rumah, kita akan temukan cinta yang tak pernah berpura-pura. Walaupun terkadang, ada beberapa definisi cinta yang sangat sulit kita selaraskan dengan definisi kita masing-masing. Yang terkadang membuat kita berseberang sisi dalam sudut pandang dan pemahaman.

Tapi biar bagaimanapun, kita belum pernah merasakan menjadi orang tua. Kita tidak tahu. Kita tidak pernah tau, atau bahkan tidak pernah mau tahu. Tentang bagaimana kerasnya orang tua kita untuk selalu berusaha menjadi sebaik-baik penjaga bagi buah hatinya. Menjadi sebaik-baik jembatan asa untuk putrinya.

Terkadang cinta tak selalu ditafsirkan dalam tindakan yang menyenangkan. Juga tidak selalu menjelma sebagai bait-bait sajak yang membahagiakan. Cinta justru sering hadir dalam sebuah kekhawatiran yang kerap kita keluhkan.

Kita kerap tak menyukai batas-batas yang telah ditetapkan oleh kedua orang tua kita. Orang tua yang mengharuskan putrinya sudah berada dirumah sebelum jam 9 malam. Yang tak pernah membolehkan putrinya pergi dengan teman laki-lakinya jika hanya berdua saja. Yang tidak sekalipun mengijinkan putrinya mendaki gunung dan berpergian jauh tanpa alasan yang jelas. Yang begitu sulit memberikan izinnya, walau hanya sekedar untuk menginap di kos teman perempuannya. Yang akan sangat marah jika putrinya bangun siang, malas mandi dan menunda-nunda waktu sholatnya. Orang tua yang selalu menyuruhmu begini begitu. Dan melarangmu ini itu.

Sayangnya, pemahaman kita kerap tak sempurna. Tak pandai menjabarkan cinta yang terkesan dingin tak berbahasa.

Kita justru kerap mengejar hingga payah, berlari hingga terengah, bahkan rela jatuh bangun untuk mencari syurga di luar sana. Namun nyatanya, kita justru lupa bahwa ada syurga yang begitu dekat, tapi sudah cukup sering tidak kita sapa dan kita rindukan. Padahal yang harus kita tahu, bahwa bagaimana kita hari ini tak lain dan tak bukan adalah hasil dari perjuangan panjang dan doa-doa tulus dari kedua orang tua kita.

Namun yang kuyakini suatu hari, setiap diri dari seorang anak pasti akan menyadari, bahwa cinta memang tak harus selalu hadir dalam bait-bait sajak yang menyejukkan. Sebab cinta telah bermetamorfosa; berawal dari sekedar kata benda menjadi kata kerja. Yang akan membuat kita selalu jatuh cinta atas setiap anugrah yang Ia berikan. Termasuk memiliki 2 cinta di rumah sederhana ini.

Cos Ma'arif H. L
Surakarta, 2 Januari 2018

09.34
 




Comments

Popular posts from this blog

Urgensi Lembaga Legislatif dalam Dinamika Politik Kampus

Seiring dengan makin dikenalnya istilah student governence di lingkungan kampus, tentunya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tentang apa sebenarnya student governance atau yang kita artikan sebagai pemerintahan mahasiswa. Disamping itu, pengkajian terhadap setiap tugas, peran dan fungsi dari tiap-tiap lembaga tersebut wajib kita ilhami dengan baik, sehingga sistem baku yang telah dibentuk dalam lingkungan kampus ini dapat berjalan secara dinamis dan sinergis dalam mewujudkan pemerintahan mahasiswa. Layaknya sebuah pemerintahan negara, “organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa”. Berangkat dari landasan tersebut, tentunya dapat kita simpulkan bahwa prinsip “dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa” merupakan prinsip dasar dalam kehidupan mahasiswa. Untuk itu diperlukan suatu tatanan sistem organisasi mahasiswa untuk menjalankan prinsip-prinsip tersebut. Sistem student governe...

Yaa Muqollibal Qulub, Tsabit Qolbii 'ala Diinik

Ya, Rabb.. Bersama senja, Kau ketuk lagi hati ini. Hati yang tengah mencari arti dalam jalan yang sunyi. Kau getarkan kembali hati ini, ketika ia tengah nyaris mati tak berdetak. Kau hadirkan lagi memori itu, saat kami berada pada satu garis perjuangan yang sama. Kau ingatkan kembali pada sebuah janji yang sempat teruntai bersama tangis air mata dan doa. Yaa, Rabb. Tanpa kusampaikan lewat barisan kata pun, aku yakin, Kau mengerti apa yang ditanyakan oleh segumpal daging yang ada didalam raga ini. Aku mencintai Mu, namun bagaimana dengan ridho orang tua ku? Hendak kemana aku mencari jawaban atas kegelisahn hati ini? Aku ingin berjalan dijalan Mu. Sungguh, benar-benar ingin… Namun sungguh, aku tak tahu, hendak ku langkahkan pada persimpangn jalan yang mana langkah kaki ini. Aku hanya takut, aku salah dalam mengambil keputusan. Ketika jalan ini kau buka dengan lapang untuk menjadi jalanku untuk lebih mudah menggapai cintaMu, justru aku sia-siakan dan tutup rapat karena ketidaktah...

PPG Jalur Instan Mencetak Guru Profesional (?)

Hmm, lagi-lagi pingin membahas masalah PPG. Walaupun masalah PPG ini sudah pernah saya bahas di tulisan terdahulu dalam blog ini, boleh deh kita bahas lagi. Mumpung lagi panas :) Berbicara mengenai pengahapusan akta 4 per Juni 2014 bagi mahasiswa FKIP UNS, pasti erat hubungannya dengan isu PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang menjadi momok dan pembicaran panas di kalangan mahasiswa FKIP. PPG merupakan pendidikan lanjutan bagi setiap mahasiswa lulusan Kependidikan maupun Non   Kependidikan yang ingin tersertifikasi menjadi guru profesional.  Menurut wacana, lulusan mahasiswa FKIP mulai Juni, 2014 tidak lagi mendapatkan akta 4 sebagai syarat mereka untuk mengajar. Lantas bagaimanakah nasib para lulusan FKIP di tahun 2015 dan setelahnya? Apakah cita-cita luhur mereka untuk dapat menjadi seorang pendidik dan mengabdi pada negeri harus pupus? Ternyata pemerintah menjawab tidak. Dengan dihapusnya akta 4, pemerinah telah menyiapkan gantinya dengan mengeluarkan kebijaan unt...