Skip to main content

Meredam atau Berkisah?

Sungguh, sejatinya alam selalu mengajarkan kita perihal ilmu kehidupan. Ia adalah guru terbaik bagi jiwa-jiwa yang mau membaca dan merendahkan hati. 

Dalam hidup, banyak hal-hal kecil yang terlupakan. Banyak hal-hal sepele yang terabaikan. Dan tak jarang pula banyak perkara remeh temeh yang tak teranggap.

Benar kan??!… siapa coba yang mau manganggap??! Buktinya kita sering sibuk dengan perkara penilaian manusia. Banyak yg tak suka berjuang dalam diam. Banyak yg enggan bermanfaat di bawah permukaan. Selalu sibuk mencari penghargaan manusia. Selalu sibuk untuk menjadi yang dikenal.

Sekarang, berhentilah sejenak. Sejenak membaca, sejenak merenung.

Mungkin kita harus banyak belajar pada matahari. Entah ada atau tidak jiwa yang mensyukuri kehadirannya, ia tetap pancarkan sinar terbaiknya.
Mungkin juga kita harus banyak bertafakur pada rembulan. Yang setia mengiringi tanpa perlu berharap pada penduduk bumi agar selalu terjaga dan menikmati keindahannya kala malam tiba.
Juga pada langit. Yang tinggi, namun tak pernah merendahkan apa-apa yang kerdil. Ia agung, tapi tak pernah meminta untuk diagung-agungkan. Birunya tetap bersahabat. Kelapangannya tetap tak pernah berbatas.
Begitu pula pada akar yang selalu kokoh. Terpendam tak membuatnya surut untuk memberikan penghidupan pada batang, ranting, dan daun yang ia topang.
Begitu pula pada air yang mengalir, batu karang yang tegar, angin yang berhembus, pun dengan semesta yang tak pernah berhenti bertasbih.
Seharusnya kita sudah banyak membaca. Seharusnya kita sudah banyak menghimpun hikmah. Dan seharusnya, kita sudah banyak-banyak belajar meredam. Meredam kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan untuk tidak dikabarkan; pada media sosial, juga pada sela-sela curhatan kita pada kawan dengar kita.

Terkecuali, jika niatmu hanya untuk berbagi hikmah. Hanya untuk berbagi inspirasi. Agar banyak hati yang terketuk. Agar banyak simpul-simpul kebaikan yang terbentuk.

Bagaimana? Susahkan menjaga hati?? :)

Lantas, harusnya kita bagaimana? Meredam? atau tetap berkisah? Tenang, yang penting perbaiki niat. Nanti hatimu yang akan menuntun. Dan Rabb mu adalah sebaik-baik pembaca isi hati.

~Yaa Muqollibal Qulub, tsabbit qalbii ‘ala Diinik~

Repost from My Tumblr

Cos Ma'arif H.L
Surakarta, 12 Januari 2018
14.28


Comments

Popular posts from this blog

Urgensi Lembaga Legislatif dalam Dinamika Politik Kampus

Seiring dengan makin dikenalnya istilah student governence di lingkungan kampus, tentunya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tentang apa sebenarnya student governance atau yang kita artikan sebagai pemerintahan mahasiswa. Disamping itu, pengkajian terhadap setiap tugas, peran dan fungsi dari tiap-tiap lembaga tersebut wajib kita ilhami dengan baik, sehingga sistem baku yang telah dibentuk dalam lingkungan kampus ini dapat berjalan secara dinamis dan sinergis dalam mewujudkan pemerintahan mahasiswa. Layaknya sebuah pemerintahan negara, “organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa”. Berangkat dari landasan tersebut, tentunya dapat kita simpulkan bahwa prinsip “dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa” merupakan prinsip dasar dalam kehidupan mahasiswa. Untuk itu diperlukan suatu tatanan sistem organisasi mahasiswa untuk menjalankan prinsip-prinsip tersebut. Sistem student governe...

Yaa Muqollibal Qulub, Tsabit Qolbii 'ala Diinik

Ya, Rabb.. Bersama senja, Kau ketuk lagi hati ini. Hati yang tengah mencari arti dalam jalan yang sunyi. Kau getarkan kembali hati ini, ketika ia tengah nyaris mati tak berdetak. Kau hadirkan lagi memori itu, saat kami berada pada satu garis perjuangan yang sama. Kau ingatkan kembali pada sebuah janji yang sempat teruntai bersama tangis air mata dan doa. Yaa, Rabb. Tanpa kusampaikan lewat barisan kata pun, aku yakin, Kau mengerti apa yang ditanyakan oleh segumpal daging yang ada didalam raga ini. Aku mencintai Mu, namun bagaimana dengan ridho orang tua ku? Hendak kemana aku mencari jawaban atas kegelisahn hati ini? Aku ingin berjalan dijalan Mu. Sungguh, benar-benar ingin… Namun sungguh, aku tak tahu, hendak ku langkahkan pada persimpangn jalan yang mana langkah kaki ini. Aku hanya takut, aku salah dalam mengambil keputusan. Ketika jalan ini kau buka dengan lapang untuk menjadi jalanku untuk lebih mudah menggapai cintaMu, justru aku sia-siakan dan tutup rapat karena ketidaktah...

PPG Jalur Instan Mencetak Guru Profesional (?)

Hmm, lagi-lagi pingin membahas masalah PPG. Walaupun masalah PPG ini sudah pernah saya bahas di tulisan terdahulu dalam blog ini, boleh deh kita bahas lagi. Mumpung lagi panas :) Berbicara mengenai pengahapusan akta 4 per Juni 2014 bagi mahasiswa FKIP UNS, pasti erat hubungannya dengan isu PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang menjadi momok dan pembicaran panas di kalangan mahasiswa FKIP. PPG merupakan pendidikan lanjutan bagi setiap mahasiswa lulusan Kependidikan maupun Non   Kependidikan yang ingin tersertifikasi menjadi guru profesional.  Menurut wacana, lulusan mahasiswa FKIP mulai Juni, 2014 tidak lagi mendapatkan akta 4 sebagai syarat mereka untuk mengajar. Lantas bagaimanakah nasib para lulusan FKIP di tahun 2015 dan setelahnya? Apakah cita-cita luhur mereka untuk dapat menjadi seorang pendidik dan mengabdi pada negeri harus pupus? Ternyata pemerintah menjawab tidak. Dengan dihapusnya akta 4, pemerinah telah menyiapkan gantinya dengan mengeluarkan kebijaan unt...