Sungguh, sejatinya alam selalu mengajarkan kita perihal ilmu kehidupan. Ia adalah guru terbaik bagi jiwa-jiwa yang mau membaca dan merendahkan hati.
Dalam hidup, banyak hal-hal kecil yang terlupakan. Banyak hal-hal sepele yang terabaikan. Dan tak jarang pula banyak perkara remeh temeh yang tak teranggap.
Benar kan??!… siapa coba yang mau manganggap??! Buktinya kita sering sibuk dengan perkara penilaian manusia. Banyak yg tak suka berjuang dalam diam. Banyak yg enggan bermanfaat di bawah permukaan. Selalu sibuk mencari penghargaan manusia. Selalu sibuk untuk menjadi yang dikenal.
Sekarang, berhentilah sejenak. Sejenak membaca, sejenak merenung.
Mungkin kita harus banyak belajar pada matahari. Entah ada atau tidak jiwa yang mensyukuri kehadirannya, ia tetap pancarkan sinar terbaiknya.
Mungkin juga kita harus banyak bertafakur pada rembulan. Yang setia mengiringi tanpa perlu berharap pada penduduk bumi agar selalu terjaga dan menikmati keindahannya kala malam tiba.
Juga pada langit. Yang tinggi, namun tak pernah merendahkan apa-apa yang kerdil. Ia agung, tapi tak pernah meminta untuk diagung-agungkan. Birunya tetap bersahabat. Kelapangannya tetap tak pernah berbatas.
Begitu pula pada akar yang selalu kokoh. Terpendam tak membuatnya surut untuk memberikan penghidupan pada batang, ranting, dan daun yang ia topang.
Begitu pula pada air yang mengalir, batu karang yang tegar, angin yang berhembus, pun dengan semesta yang tak pernah berhenti bertasbih.
Seharusnya kita sudah banyak membaca. Seharusnya kita sudah banyak menghimpun hikmah. Dan seharusnya, kita sudah banyak-banyak belajar meredam. Meredam kebaikan-kebaikan yang telah kita lakukan untuk tidak dikabarkan; pada media sosial, juga pada sela-sela curhatan kita pada kawan dengar kita.
Terkecuali, jika niatmu hanya untuk berbagi hikmah. Hanya untuk berbagi inspirasi. Agar banyak hati yang terketuk. Agar banyak simpul-simpul kebaikan yang terbentuk.
Bagaimana? Susahkan menjaga hati?? :)
Lantas, harusnya kita bagaimana? Meredam? atau tetap berkisah? Tenang, yang penting perbaiki niat. Nanti hatimu yang akan menuntun. Dan Rabb mu adalah sebaik-baik pembaca isi hati.
~Yaa Muqollibal Qulub, tsabbit qalbii ‘ala Diinik~
Comments
Post a Comment