Kita, kita adalah jiwa-jiwa yang hidup dengan jutaan pengharapan. Berharap untuk terus bisa menyelamatkan mimpi dari hari ke hari. Ingin menjadi ini, ingin menjadi itu. Ingin begini, ingin begitu. Banyak sekali.
Sesekali (bahkan berulang kali), kita kerap dipertemukan pada dua atau lebih kesempatan. Kesempatan-kesempatan tepat dimana mimpi dan harapmu bertahta disana. Kesempatan-kesempatan yang begitu ingin engkau lalui juga engkau himpun dan rapikan mimpi-mimpinya yang tengah terserak.
Namun ada kalanya pula, kau akan dipertemukan dengan kesempatan yang lain. Kesempatan yang terkadang justru hadir di puncak lelahmu dalam memperjuangkan mimpi-mimpi besarmu. Sebenarnya, kesempatan itu adalah kesempatan yang tidak terlalu engkau fikirkan sebelumnya. Tidak pernah engkau harap-harapkan dengan sangat. Tidak pernah pula masuk dalam deret teratas pada daftar impian yang ingin engkau capai. Bahkan tidak, tidak pernah ada sama sekali. Hanya saja, kesempatan itu terlihat lebih mudah untuk kau lalui. Lebih mudah dan lebih singkat masa perjuangannya untuk mengantarkanmu pada titik aman.
Disaat mimpi-mimpi mu terasa masih begitu jauh. Saat segala upayamu yang terdahulu selalu burujung pada kecewa dan kesia-siaan, kesempatan-kesemparan seperti itulah yang kerap membuatmu goyah. Haruskah memulai perjuangan baru, atau tetap melanjutkan dengan apa yang telah lama kau perjuangkan. Sebuah perjuangan yang tengah begitu engkau upayakan, walaupun kau tak pernah tau kapan engkau dapat mengakhiri dan memenangkan perjuanganmu itu.
Maka tepat disaat itu, kemudian engakau akan bertanya. "Apa iya, kesempatan ini hadir sebab Allah ingin aku menghentikan perjuanganku cukup sampai di titik ini saja? Apa iya, kesempatan ini adalah kesempatan yang lebih baik menurutNya? Apa iya, sudah saatnya aku berhenti untuk memperjuangkan impian yang selama ini telah ku perjuangkan??".
Engaku terjebak. Dilema. Sangsi diantara dua pilihan yang memaksamu harus memilih dan melepaskan satu diantaranya. Perjalananmu kembali menemui persimpangan.
Pada situasi yang cukup sulit. Terkadang kita terlalu buru-buru dalam memutuskan sesuatu. Kita lupa. Lupa untuk terlebih dahulu bertanya pada Sang pembuat cerita. Lupa berdiskusi, lupa untuk meminta ketetapan hati dalam memilih.
Padahal sejatinya, kita tak pernah tau, apakah kesempatan yang hadir itu adalah kesempatan yang menang benar kesempatan baik yang harus engkau ambil, atau hanyalah kesempatan yang hadir sebagai ujian dalam perjuanganmu.
Bisa jadi, Allah hanya ingin tau, seberapa besar keinginanmu untuk mewujudkan mimpi besarmu itu. Bisa jadi, Allah ingin menguji seberapa gigih kesungguhanmu untuk memperjuangkan cita-cita besar itu. Bisa jadi. Bisa jadi...
Maka, sejatinya ada satu hal yang harus kita pahami. Bahwa sesungguhnya kita tidak perlu mengambil semua kesempatan yang hadir menghampiri kita. Tidak semuanya harus diraih, tidak semuanya harus diperjuangkan. Berjalanlah menuju tujuan utamamu. Sekalipun ia lebih jauh. Sekalipun ia lebih berat jalan juangnya.
Lagi-lagi, dalam hidup, tugas kita sebagai seorang hamba hanyalah taat. Menjalankan perintahnya, menjauhi larangannya. Sesederhana itu. Sederhana, namun terkadang begitu sulit untuk kita lakukan.
Berulang kali, Rabb mu selalu memerintahkanmu untuk berjuang. Maka berjuanglah. Seberat dan sejauh apapun itu. Mastatho'tum. Semampumu, sampai Allah yang menghentikan langkahmu.
Jika berjuang dengan medan yang jauh dan berat adalah perintah, maka kita juga harus taat bukan? Sebab tugas seorang hamba hanyalah taat.
Selamat berjuang. Selamat memilih kesempatan untuk diperjuangkan.
Surakarta, 24 Maret 2018
11:51
Cos Ma'arif H.L
Comments
Post a Comment