Erupsi Gunung Sinabung, erupsi Gunung Merapi, tanah longsor, banjir
bandang, dan fenomena alam lainnya seakan ingin bercerita tentang
keagunganNya bagi para makhluk bumi beberapa akhir-akhir ini.
Dan
kemarin malam, 13 Februari 2014 tepat pukul 22.50, alam kembali
bercerita kepada kita tentang kebesaranNya. Berawal dengan rentetan
dentuman keras yang sempat terdengar beberapa kali menjadi awal cerita
sang alam. Malam itu ketika aku tengah berbagi cerita dengan bapak di
ruang tengah, suara dentuman itu muncul dan membuat kami menghentikan
pembicaraan kami. Awalnya aku takmengerti, suara apakah yang sempat
mengganggu pendengaran ku di tengah malam yang sunyi itu. Suara yang
terdengar jelas namun terdengar sangat jauh disana. Rasa penasaran itu
pun semakin membuncah ketika aku mendengar suara benda yang terus
menerus bergetar. Ternyata benar, sumber suara itu datang dari
pinturolling alumunium depan rumah. Panik?! Gelisah?! Ya, tentu saja.
Walaupun kami tak merasakan guncangannya, sepertinya tanah tak mampu
berbohong. Getaran tanah yang menjalar, membuat pintu itu terus bergetar
tanpa henti kurang lebih selama 20 menit yang tentu saja mampu
menggetarkan setiap hati yang mendengarnya pula.
Selang beberapa
menit, rentetan dentuman itu pun kembali terdengar, bahkan semakin
keras. Warga yang awalnya didalam rumah bahkan yang telah tertidur pulas
pun satu persatu keluar rumah untuk memastikan kejadian apa yang tengah
terjadi.Dan saat itulah nama Gunung Kelud mulai mencuat dan menjadi
bahan pembicaraan malam itu. Ternyata dentuman besar yang sedari tadi
terdengar adalah suara dentuman dari letusan Gunung Kelud. Dan lagi,
suara itu pun kembali terdengarditengah-tengah pembicaraan kami tentang
Gunung Kelud. Langit bagian timur pun terlihat jelas paling terang
dibanding setiap sudut yang lain di langit malam ini. Jarak Solo dan
Kediri tentu bukan jarak yang dekat, jika di jarak yangcukup jauh saja
aku mampu mendengar dentuman hebat itu dan mampu merasakan getaran bumi
melalui getaran pintu, lantas bagaimana nasib saudara-saudara kita yang
disana? Laa khaulaa wa laa quwwata illa billaah. Hanya Allah yang mampu
menjaga kami dan mereka :’
Fenomena kemarin malam seakan belum
mau mengakhiri kisahnya. 14 Februari 2014, Allah memberi warna yang
berbeda di tanah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pukul 04.02WIB, aku
terbangun oleh suara ibu yang telah sibuk mencari kotak masker dilemari
kamar ku. “Mbak, dunia putih abu-abu lho” sebuah kalimat yang pertama
kali aku dengar dari ibu saat aku belum sepenuhnya membuka mata.
Bergegas aku beranjak dari tempat tidur menuju jendela rumah untuk
melihat dunia putihabu-abu yang ibu maksud. Hari masih terlalu pagi,
matahari belum datang untuk memberikan sinarnya, namun tanpa sinar
matahari pun, hujan abu itu tetap saja jelas terlihat.
Pukul05.30
WIB, sinar matahari mulai datang untuk memberikan sedikit sinarnya, dan
ternyata ibu benar, dunia putih abu-abu itu sangat jelas terlihat.
Hujan abu yang cukup deras pun terlihat sangat jelas. Tanah, batu,
pohon, atap, bahkan mantol dan payung orang-orang yang terlihat melintas
tak luput dari guyuran abu vulkanik pagi ini. Pukul 07.00 WIB,
ketebalan abu yang jatuh diatas tanah hampir mencapai ketebalan 1 cm,
dan hujan abu masih saja turun cukup deras. Jarak pandang kurang lebih
hanya 5-10m.
Sekitar pukul 08.00 WIB, aku menerima sms dari
seorang sahabat yang memberitahukan akan ada letusan susulan pagi ini
yang mungkin jauh lebih besar dari letusan sebelumnya. Ternyata benar,
sekitar pukul 09.00 WIB, suara dentuman itu kembali terdengar. Tiga kali
terdengar dalam kurun waktu kurang dari setengah jam.Bukan frekuensi
yang sedikit untuk sebuah letusan yang dahsyat.
Tidak hanya itu,
kurang lebih pukul 09.40 WIB, angin yang cukup besar berhembus dari arah
timur. Ketika itu, aku yang kebetulan sedang melihat keluar jendela
secara langsung melihat peristiwa itu. Tumpukan debu diatas tanah yang
cukup tebal seketika terbang berhamburan menjadi gumpalan debu yang
mampu menutupi secara total pandangan di luar jendela. Sesak! Pengap!
Itulah yang kurasakan sesaat setelah angin besar itu berhembus. Tapi
sungguh, sebenarnya sungguh tak pantas jika kita terus-menerus mengeluh.
Ujian ini tak hanya kita yang mengalami, banyak sudara-saudara kita
yang jauh lebih menderita dengan ujian kali ini. Namun aku yakin, suatu
hari nanti ada hikmah yang luar biasa yang dapat kita ambil dari ujian
ini. Allahuyaa Rahman, Allahu ya Rahiim :’)
Kawan,baik itu
bencana, cobaan, ujian, atau apapun itu, segala sesuatunya adalah hadiah
istimewa yang datang dari Allah yang dikirimkanNya melalui malaikat
Jibril. Dan ketika hadiah istimewa itu datang, itu artinya Allah rindu
pada hambaNyayang mungkin telah terlalu lama meninggalkanNya,
menduakanNya demi kepentingan dunia, berjalan jauh keluar dari tuntunan
di jalanNya. Namun sesungguhnya,semua yang Allah Azza wa Jalla berikan,
baik nikmat Nya ataupun ujian Nya,semata-mata untuk menguji keikhlasan
hati kita dan mengembalikan rindu kitakepada Allah.
Jangan pernah
engkau berburuk sangka atas setiap ujian yang Allah berikan. Mari
bermuhasabahlah untuk setiap perbuatan kita, hingga akhirnya kelak kita
akan menyadari, setiapujian dan cobaan tak lain adalah salah satu cara
Allah untuk mengangkat derajat kita jika kita tetap ikhlas, bersabar,
tawakal dan terus bersyukur dengan cara selalu meningkatkan ketaqwaan
kita terhadap Allah Azza wa Jalla. Yaa Rabb, jadikanlah kami hambaMu
yang senantiasa ikhlas dengan segala cobaan dan ujian yang engkau
berikan, jadikanlah kami hambaMu yang pandai bersyukur dengan setiap
karunia dan nikmat yang Engkau limpahkan, jadikan kami hambaMu yang
takpernah berputus asa dalam meminta ampunanMu. :’)
Surakarta, 14 Februari 2014
19:20 PM
Cos Ma’arif H.L
Comments
Post a Comment