(Sinopsis) Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas (Bab VI: Mendidik dengan Keteladanan)
Obral-obraall, siapa yang mau obral
janji?? Hmm, obral janji, kayak caleg dan capres jaman sekarang aja, yang
kebanyakan dari mereka hanya terlalu banyak obral janji, namun tanpa realisasi.
Terlalau banyak teori namun tak ada keteladanan yang mengiringi. Yah, kita tentu
bosan bukan dengan obralan “janji perubahan” yang mereka tawarkan. Karena apa? Karena
tak banyak janji-janji mereka yang hilang terbang entah kemana. Pantas saja
perubahan menjadi lebih baik itu sulit untuk didapat. Kita tahu kan, apapun
yang ada di dunia ini merupakan sebuah sistem. Sebuah sistem itu selalu
memiliki komponen-komponen yang saling berpengaruh satu dengan yang lain. Oleh
karena itu jika kita ingin membuat sistem ini baik, maka kita juga harus
membuat setiap komponen yang yang ada di dalamnya baik pula, kan? Apalagi untuk
merubah sistem yang lebih baik di negeri ini, kita pun juga harus mampu membuat
setiap komponen tersebut menjadi komponen yang baik.
Didalam dunia pendidikan,
komponen yang dimaksud adalah guru, siswa, bahan ajar, lingkungan, dll. Nah,
kebanyakan dari komponen tersebut merupakan komponen yang disebut dengan
manusia, baik itu siswa, guru, orang tua, masyarakat luas, dan lain-lain. Kita
tau bukan, setiap manusia itu unik. Mereka mempunyai sifat yang bermacam-macam.
Ada yang penuh semangat, ada yang antusias dalam perubahan, ada yang rajin,
namun juga ada yg apatis terhadap perbaikan, malas melangkah menuju perubahan,
dan masih banayak lagi sifat-sifat yang beragam. Untuk mengajak seseorang yang
penuh semangat dan punya itikad untuk berubah menuju ke perbaikan itu mudah,
namun bagaimana dengan mereka yang apatis dan malas dalam melakukan perubahan.
Biar bagaimanapun, dalam suatu sistem yang akan dilakukan perubahan, semua
komponennya harus bergerak sinergis menuju satu tujuan yang sama. Lantas,
bagaimana cara membuat seseorang yang terlanjur apatis dan malas berubah itu
mau berpartisipasi bersama kita untuk melakukan perubahan? Nah, cekidot dulu
deh. Tenang, di dalam resensi bab ini ada solusinya kok :D
Bab VI. Mendidik dengan Keteladanan
Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasullullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
ia banyak menyebut Allah (Al-Ahzad/33:21)
Jika
keteladanan Rasulullah sebagai Al-Quran hidup diterapkan pada guru, maka
seharusnya guru sebagai “Mata pelajaran hidup”:”Geografi hidup, Matematika
hidup, Fisika hidup, dan sebagainya”. Artinya kedalaman dan keluasan ilmu
(bidang studi) guru betul-betul terandalkan.
Faktor keteladanan yang seharusnya ada pada diri seorang guru;
Faktor keteladanan yang seharusnya ada pada diri seorang guru;
- Kesiapan untuk dinilai dan dievaluasi. Ini akan berdampak pada kehidupan sosial di masyarakat, karena ucapan, sikap, dan prilakunya menjadi sorotan dan teladan.
- Memiliki kompetensi Minimal. Maksudnya kompetensi ini bisa dijadikan cermin bagi dirinya maupun orang lain, dapat menumbuhkan dan menciptakan keteladan, terutama bagi peserta didknya.
- Memiliki Integritas. Integritas adalah adanya kesamaan antara ucapan dan tindakan atau satu kata satu perbuatan. Letaknya pada kualitas istiqomah yang berupa komitmen dan konsistensi terhadap profesi yang diembannya.
Pendidik
sebagaiCermin. Orang mu’min adalah cermin bagi orang mu’min (yang lain).
Jika ia melihat cela padanya maka diperbaikinya (HR.Bukhari). Cermin secara
filosofi memiliki makna sebagai berikut:
- Tempat yang tepat untuk intropeksi.
- Menerima dan menampakkan apa adanya
- Menerima kapan pun dan dalam keadaan apa pun.
- Tidak pilih kasih/ tidak deskriminatif
- Pandai menyimpan rahasia.
Nah,
setelah mengetahui hakikat dari setiap filosofi tersebut, gimana sih cara
mewujudkan filosofi-filosofi tersebut? Apa syarat-syarat dasarnya untuk menjadi
seorang pendidik yang mampu mendidik dengan sebuah teladan?
- Kesederhanaan. Guru harus pandai membawakan diri sehingga terkesan sederhana dan bersahaja tetapi punya kepiawaian dalam mengajar.
- Kedekatan. Kedekatan hubungan guru dengan siswa sangat ini hampir tidak ada. Padahal dengan kedekatan ikatan antara guru dan murid dapat terjalin.
- Suasana silahturahim. Fungsi silahturahim antara lain adalah menumbuhkan rasa kecintaan dan rasa saling peduli. Jika silahturahim diterapkan dalam suasana pembelajaran tentu akan kondusif baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa.
- Pelayanan Maksimal. Maksudnya tugas utama guru adalah menfasilitasi murid, atau guru sebagai fasilitator. Memfasilitasi yang dimaksud pada hakikatnya sebagai perwujudan bentuk pelayanan guru kepada murid (guru sebagai pelayan)
Tu
kaan, coba deh dikait-kaitkan dengan pertanyaan yang diatas, pasti udah terjawab kan pertanyaannya. Lagi pula dalam ilmu psikologi
juga udah disebutkan kok, jika seseorang ingin membuat orang lain berbuat
sesuai dengan apa yang kita inginkan, gampang aja, berilah mereka teladan
dengan perbuatanmu. Jika sifat, perilaku dan perbuatanmu baik, InsyaAllah orang
lain juga akan seperti mu.
So, jangan lupa untuk selalu mendidik dengan sebuah teladan yang baik :)
Surakarta, 09
Februari 2014
23.27
Cos Ma’arif H.
L
Comments
Post a Comment