Skip to main content

(Sinopsis) Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas (Bab IV: Bersyukur Menjadi Pendidik)



Hay, para calon guru hebat Indonesia. Sebelum melanjutkan resensi di Bab IV ini, aku mau tanya dulu nih. Boleh kan, Boleh dong?? Ngomong-ngomong, ada nggak sih yang masih ragu sama jalan yang mulia ini. Masih adakah yang tak ingin bertahan untuk berdiri di profesi yang mulia ini?? Jika ada, sepertinya kalian wajib membaca buku ini, lebih tepatnya di Bab IV ini. Karena apa, di Bab ini kalian akan tahu, betapa beruntungnya kita yang saat ini berdiri dan berjuang di jalan yang InsyaAllah diridhoi oleh Allah ini. Ok, biar nggak terlalu panjang, yuk baca (lagi) resensiku ini.

Bab IV. Bersyukur Menjadi Pendidik (Guru)
Di bab ini penulis memaparkan perwujudan syukur, orientasi bersyukur, dan aktualisasi bersyukur. Kekuatan bersyukur harus dimiliki oleh guru. Karena kekuatan ini turut memberikan andil yang cukup besar untuk mencapai kesuksesan. Bentuk penyikapan yang paling tepat adalah kita harus mensyukuri profesi kita. Dengan kata lain agar profesi guru menjadi sesuatu yang membahagiakan maka kita harus bersyukur . 

Seperti yang tertulis dalam Surat Ibrahim ayat 7 yang berbunyi: “Jika kamu bersyukur, maka saya (Allah) akan menambah (nikmat) itu kepadamu, dan jika kamu ingkar (kufur) maka sesungguhnya siksa-Ku sangat pedih”

Sebenarnya Guru yang bersyukur selalu fokus pada apa yang dimilikinya. Menikmati apa yang ada bukan berarti menyesali dan meratapi apa yang tidak ada atau yang hilang dari genggaman kita. Kita tidak selalu dapat memperoleh apa yang diinginkan Yang terpenting kita dapat menikmati apa yang kita miliki, sehingga kita dapat membahagiakan diri kita sendiri.

Perwujudan bersyukur terhadap suatu kenikmatan yang telah diterima bukan sekedar suatu ucapan atau pernyataan tapi berkaitan dengan perbuatan atau tindakan.Maka perwujudan rasa nikmat profesi guru harus:
1.       Menerima secara positif profesi sebagai pendidik Jangan terlalu banyak ijin dan meninggalkan tugas mengajar.
2.     Tidak zhalim terhadap profesi yang diemban. Jangan terlalu sering terlambat masuk kelas. Jangan mengerjakan pekerjaan lain pada jam-jam mengajar. Itu perbuatan dhalim.
3.    Menjaga dan mengembangkan profesi pendidik dengan sungguh-sungguh. Tidak mau berusaha mengembangkan diri, merasa sudah cukup dengan ilmu yang dimiliki.Ini namanya tidak bersungguh-sungguh dalam mengemban profesi.

Orientasi Bersyukur. Dalam hal ini kita harus bisa menerapkan bahwa jika kita mencari ilmu kita harus melihat yang di atas sedangkan dalam mencari harta kita melihat orang yang berada di bawah kita. Ilmu adalah sebagai penerang yang mampu mengubah jalan keburukan, kebodohan dan yang melahirkan kebijakan dalam berbagai masalah-masalah kehidupan.

Masih belum bersyukur juga nih? Oke, coba kita lihat sejenak perkataan dari salah sahabat nabi. Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa Ilmu lebih utama daripada harta, karena 7 alasan, yaitu:

  1. Ilmu adalah warisan para nabi sedang harta warisan Fir’aun 
  2. Ilmu tidak akan berkurang karena diberikan kepada orang lain, sedang harta akan berkurang bila diberikan pada orang lain. 
  3. Harta perlu dijaga sedang ilmu dapat menjaga pemiliknya. 
  4.  Jika seseorang meninggal dunia, ia akan meninggalkan hartanya, sedang ilmu akan dibawa ke dalam kubutnya 
  5. Harta dapat dicapai oleh orang mukmin dan kafir, sedang ilmu hanya dapat dicapai oleh orang mukmin 
  6. Semua orang butuh orang yang memiliki ilmu, yang mengetahuo urusan agama dan mereka tidak membutuhkan hartanya 
  7. Ilmu akan menguatkan seseorang dalam menyebrangi shirath (jalan menuju surga) sedangkan harta akan menghalinginya.

Nah, kalau kalian sudah bersyukur, kalian nggak akan menyesal kok atas rasa syukur kalian Kok bisa gitu? Iya, menurut Ibnu Qoyyim, beliau menggambarkan orientasi bersyukur dengan 5 tanda-tanda   keberuntungan dan kebahagiaan seseorang, yaitu:
  1. Setiap ilmunya bertambah, maka bertambahlah tawadhu dan kasih sayangnya
  2. Setiap amalnya bertambah, maka bertambah rasa takut dan kehati-hatiannya
  3. Setiap kali umurnya bertambah, maka berkuranglah ketamakan dan kerakusannya
  4. Setiap hartanya bertambah, maka bertambahlah kedermawanan dan pengorbanannya
  5. Setiap kedudukannya bertambah, maka bertambahlah kedekatannya kepada sesama manusia, memenuhi  kebutuhannya, dan rendah hati.

Gimana, tertarik kan untuk selalu bersyukur dengan jalan yang kita tempu saat ini? Ok, kalu begitu langsung aja kita eksekusi rasa syukur itu dengan mengaplikasikan rasa syukur itu dengan sebuah tindakan. Nah, kebetulan nih, di bab ini juga ada sub bab yang membahas bagaimana cara kita mengaplikasikannya dengan wujud tindakan yang nyata. Ok, langsung aja dilanjut ya guys mbacanya.

Aktualisasi Bersyukur
Sebagai manifestasi rasa syukur, maka bisa kita lihat dari sudut pandang keberadaan, kebermaknaan, kebermanfaatan profesi kita sebagai pendidik. Peran pendidik bisa diklasifikasikan menjadi 5 kelompok:
  1. Manusia Wajib. Manusia yang keberadaan, kebermaknaan, dan kemanfaatannya sangat menentukan. Dia menjadi kunci dan menentukan. 
  2. Manusia Sunnah. Manusia yang kehadirannya dan keberadaannya memberi kebermaknaan dan kebermanfaatan , tetapi jika ia tidak ada tidak akan mengganggu atau menggoyahkan jalannya system penyelenggara kegiatan. 
  3. Manusia Mubah. Manusia yang ada atau tidak ada, hadir atau tidak hadir, ia tidak memberikan pengaruh apa-apa, tidak memberi manfaat tetapi juga tidak memberikan mudharat. 
  4. Manusia Makruh. Manusia yang kehadirannya dan keberadaannya tidak memberikan kebermaknaan dan kebermanfaatan, tetapi jika ia tidak ada akan memberi kenyamanan dan kebaikan jalannya system penyelenggaraan kegiatan.misalnya guru yang mengajar dengan konsep yang salah. Manusia ini kebalikan dari manusia Sunnah.
5.      Manusia Haram. Manusia yang keberadaan dan kebermaknaan, dan kebermanfaatannya sangat tidak diharapkan sama sekali. Ia sebagai “trouble maker” Kehadirannya berpengaruh negative. Manusia ini kebalikan dari Manusia Wajib.

Nah, udah jelas kan sobat mau dijadikan manusia seperti apa diri kita ini? Hidup adalah sebuah pilihan kok. Ada yang mau jadi manusia wajib?? Wahh, hebat2 ^^ atau ada yang mau jadi manusia sunah? Boleh juga.  Mau jadi manusia mubah? Sah-sah aja sih. Atau jadi manusia makhruh?? Juga nggak ada yang melarang kok. Bahkan menjadi manusia haram pun tak ada yang melarang, monggo-monggo saja kawan. Tapi yang jelas, setiap diri kita ingin menjadi pribadi yang terbaik kan??
So, jangan lelah untuk berjuang yaa kawan, selalu bersyukur dengan apa yang telah kita miliki. Lakukan dengan ikhlas dan berikan yang terbaik dengan apa yang telah kita terima adalah kunci untuk menjadi yang manusia hebat, tak hanya sekedar hebat dimata manusia, tetapi hebat dimata Allah :)

Surakarta, 08 Februari 2014
21:15
Cos Ma’arif H. L

Comments

Popular posts from this blog

Urgensi Lembaga Legislatif dalam Dinamika Politik Kampus

Seiring dengan makin dikenalnya istilah student governence di lingkungan kampus, tentunya akan menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mendasar tentang apa sebenarnya student governance atau yang kita artikan sebagai pemerintahan mahasiswa. Disamping itu, pengkajian terhadap setiap tugas, peran dan fungsi dari tiap-tiap lembaga tersebut wajib kita ilhami dengan baik, sehingga sistem baku yang telah dibentuk dalam lingkungan kampus ini dapat berjalan secara dinamis dan sinergis dalam mewujudkan pemerintahan mahasiswa. Layaknya sebuah pemerintahan negara, “organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi diselenggarakan berdasarkan prinsip dari, oleh dan untuk mahasiswa”. Berangkat dari landasan tersebut, tentunya dapat kita simpulkan bahwa prinsip “dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa” merupakan prinsip dasar dalam kehidupan mahasiswa. Untuk itu diperlukan suatu tatanan sistem organisasi mahasiswa untuk menjalankan prinsip-prinsip tersebut. Sistem student governe...

Yaa Muqollibal Qulub, Tsabit Qolbii 'ala Diinik

Ya, Rabb.. Bersama senja, Kau ketuk lagi hati ini. Hati yang tengah mencari arti dalam jalan yang sunyi. Kau getarkan kembali hati ini, ketika ia tengah nyaris mati tak berdetak. Kau hadirkan lagi memori itu, saat kami berada pada satu garis perjuangan yang sama. Kau ingatkan kembali pada sebuah janji yang sempat teruntai bersama tangis air mata dan doa. Yaa, Rabb. Tanpa kusampaikan lewat barisan kata pun, aku yakin, Kau mengerti apa yang ditanyakan oleh segumpal daging yang ada didalam raga ini. Aku mencintai Mu, namun bagaimana dengan ridho orang tua ku? Hendak kemana aku mencari jawaban atas kegelisahn hati ini? Aku ingin berjalan dijalan Mu. Sungguh, benar-benar ingin… Namun sungguh, aku tak tahu, hendak ku langkahkan pada persimpangn jalan yang mana langkah kaki ini. Aku hanya takut, aku salah dalam mengambil keputusan. Ketika jalan ini kau buka dengan lapang untuk menjadi jalanku untuk lebih mudah menggapai cintaMu, justru aku sia-siakan dan tutup rapat karena ketidaktah...

PPG Jalur Instan Mencetak Guru Profesional (?)

Hmm, lagi-lagi pingin membahas masalah PPG. Walaupun masalah PPG ini sudah pernah saya bahas di tulisan terdahulu dalam blog ini, boleh deh kita bahas lagi. Mumpung lagi panas :) Berbicara mengenai pengahapusan akta 4 per Juni 2014 bagi mahasiswa FKIP UNS, pasti erat hubungannya dengan isu PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang menjadi momok dan pembicaran panas di kalangan mahasiswa FKIP. PPG merupakan pendidikan lanjutan bagi setiap mahasiswa lulusan Kependidikan maupun Non   Kependidikan yang ingin tersertifikasi menjadi guru profesional.  Menurut wacana, lulusan mahasiswa FKIP mulai Juni, 2014 tidak lagi mendapatkan akta 4 sebagai syarat mereka untuk mengajar. Lantas bagaimanakah nasib para lulusan FKIP di tahun 2015 dan setelahnya? Apakah cita-cita luhur mereka untuk dapat menjadi seorang pendidik dan mengabdi pada negeri harus pupus? Ternyata pemerintah menjawab tidak. Dengan dihapusnya akta 4, pemerinah telah menyiapkan gantinya dengan mengeluarkan kebijaan unt...