(Sinopsis) Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas (Bab III: Pendidikan Berkarakter)
Sahabat, akhir –akhir ini sepertinya lagi
gembar-gembornya membahas masalah kurikulum 2013 ya? Udah pada tau kan apa itu
Kurikulum 2013? Ya, kurikulum 2013 ini adalah kurikulum terbaru dari pemerintah
yang masih dalam tahap uji coba.
Model pembelajaran dalam kurikulum 2013 ini sifatnya
tematik integratif. Artinya dalam menyampaikan sebuah mata pelajaran, seorang
guru diwajibkan untuk mengaitkan pelajaran tersebut dengan pelajaran lainnya.
Dalam kurikulum ini juga lebih menitikberatkan pada pendidikan karakter. Kalau sudah
berbicara tentang pendidikan karakter, itu artinya Guru tidak hanya menitik beratkan
pendidikan yang hanya meningkatkan kemampuan kognitif si anak saja, naum juga
harus disertai dengan pendidikan yang mampu meningkatkan kemampuan afektif dan
psikomotorik si anak pula. Singkatnya sih seorang pendidik harus mengajar dan
mendidik dengan menerapkan konsep 3H, Head, Heart, Hand. Jadi seoarang siswa
tidak hanya cerdas dengan otaknya saja, namun ia juga akan tumbuh menjadi
pribadi yang bermoral dan berkarakter dengan hatinya, dan terampil dengan tangannya.
Lalu, sebenarnya apa dan bagaimana sih
Pendidikan Karakter yang dimaksud itu? Tenang, bagi yang belum terlalu paham,
buku ini juga menjelaskan seluk beluk pendidikan karakter kok. So, daripada
penasaran mending langsung baca aja resensi Bab III ini yuk J
Bab III. Pendidikan Berkarakter
Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika
telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta
digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya. Yang dilandasi hakekat dan
tujuan pendidikan.Berarti ia memiliki kepribadian yang ditinjau dari titik
tolak etis atau moral, seperti sifat kejujuran, amanah, keteladanan , atau pun
sifat-sifat lain yang melekat pada diri pendidik.
Kenyataan, betapa lemahnya integritas guru
terhadap pekerjaannya, betapa lemahnya amanah yang diemban oleh guru, dan belum
bisa dijadikan teladan. Tiap tahun ada berbagai bentuk kecurangan dan
pelanggaran pada saat pelaksanaan UN. Sehingga system pendidikan jadi rusak.
Pentingnya Pendidikan berkarakter
Pentingnya Pendidikan berkarakter
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang system
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa , berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Karakter bisa diubah melalui pendidikan. Hal
ini sesuai dengan ayat yang berbunyi:…. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah
keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
sendiri….. (Ar Ra’d/13;11)
Platform pendidikan berkarakter bangsa
Indonesia dipelopori oleh Ki Hajar Dewantoto, walaupun belum sepenuhnya dapat
diterapkan oleh bangsa ini. Yang berbunyi:
Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mbangun karsa, Tut wuri handayani.
Di depan memberikan teladan, di tengah membangun kehendak, dan dibelakang memberikan dorongan.
Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mbangun karsa, Tut wuri handayani.
Di depan memberikan teladan, di tengah membangun kehendak, dan dibelakang memberikan dorongan.
Selain itu guru juga memiliki makna “digugu dan
ditiru” (dipercaya dan dicontoh) Hal ini secara tidak langsung memberikan
pendidikan karakter kepada peserta didiknya. Oleh karena itu profil dan
penampilan guru harus menjadi teladan bagi peserta didiknya.
Gambaran pendidikan berkarakter bisa dilihat
pada syair tembang Dhondhong apa Salak Tembang tersebut mempunyai filosofi dan
nilai yang tinggi dan bermakna. Buah kedondong kulitnya halus tapi dalamnya
berduri, buah salak, kulitnya kasar tapi dalamnya halus. Keduanya tidak dipilih,
yang dipilih buah duku yang kecil, kulitnya halus, dalamnya juga halus. Naik
bendi tidak dipilih karena menyakiti hewan, naik becak tidak dipilih karena
memeras tenaga manusia. Yang dipilih berjalan pelan-pelan. Jadi betapa indahnya
jika nilai pendidikan berkarakter yang ada pada tembang tersebut melekat pada
diri insan yang hidup di dunia ini. Di sisi lain juga menggambarkan betapa
pentingnya mengarungi aktivitas kehidupan didasarkan kemampuan sendiri tanpa
harus memberatkan , merugikan, menyusahkan atau menyengsarakan pihak lain.
Guys, ternyata eh ternyata nih, pendidikan
karakter ini udah lama diterapkan dari jaman-jaman Nabi terdahulu lho.
Berbicara mengenai pendidikan karakter, kita dapat belajar dari kisah nabi Musa
AS dengan Khidir. Khidir sebagai guru dalam mendidik Musa( muridnya) ingin
membangun landasan yang kokoh , yaitu membentuk karakter yang kuat pada murid,
sehingga ujian mental,terutama kesabaran, kedisiplinan, keuletan yang
ditanamkan oleh guru kepada muridnya. Disini terlihat bahwa dalam membangun
karakter yang kuat membutuhkan suatu proses tertantu sehingga nilai-nilai yang
ditanamkan dapat mengakar.
Nah guys, dari pernyataan tersebut tampak relevan
jika tenaga pendidik atau guru harus memiliki karakter yang kuat dalam
menjalankan tugasnya di bidang pendidikan. Guru harus memiliki kepribadian
khusus yang menjadi ciri khas atau yang membedakan dengan profesi yang lain.
So,
sebelum kita mendidk murid-murid kita menggunakan pendidikan karakter, yuuuk,
mulai sekarang kita belajar menjadi pribadi yang berkarakter!! J Ingat, calon guru harus itu harus berjarakter kuat dan cerdas!
Oke? J
Surakarta, 07
Februari 2014
20:23
Cos Ma’arif H.
L
Comments
Post a Comment