Mengapa harus ku kurangi tidur
kemudian berlelah?
Mengapa aku memilih tersenggal bernafas, jika berjalan lebih menenangkan?
Mengapa aku memilih tersenggal bernafas, jika berjalan lebih menenangkan?
Mengapa aku mau bertindak jika kamu
bilang ini tidak realistis?
Mengapa aku memilih mengejar waktu
tanpa membiarkannya berlalu?
Mengapa aku memilih bergerak ketika
diam lebih menyenangkan?
Sebenarnya,
Aku hanya takut..
Aku hanya takut..
Takut tidak dapat menjadi bekal
untuk orang tuaku nanti...
Sebenarnya,
Aku hanya takut..
Aku hanya takut..
Takut tidak menjadi siapapun di masa
depan....
Sebenarnya,
Aku hanya takut..
Takut tidak dapat menjadi penyeimbang untuknya, yang namanya pun belum kuketahui hingga hari ini...
Sebenarnya,
Aku hanya takut..
Takut tidak bisa mengangkat derajat
mereka yang kelak memanggilku "ibu" suatu hari nanti...
Bukankah para pembela agama berhak
lahir dari rahim ibu terpelajar?
Bukankah para pembangun peradaban bangsa harus lahir dengan diskusi besar,
Bukankah para pemimpin negeri harus lahir dari keseharian pembesar dan kebiasaan-kebiasaan besar?
Bukankah para pembangun peradaban bangsa harus lahir dengan diskusi besar,
Bukankah para pemimpin negeri harus lahir dari keseharian pembesar dan kebiasaan-kebiasaan besar?
Lantas, dari mana aku bisa mencicil
gemilangnya, kecuali.....
dari hal kecil yang tak ada apa-apanya, namun bisa aku lakukan sekarang.........
dari hal kecil yang tak ada apa-apanya, namun bisa aku lakukan sekarang.........
Ya,
Aku
Aku
hanya
takut...
Takut
namaku
digilas
sejarah...
Surakarta, 21 Februari 2015
08:55
Cos Ma’arif H. L
Ecieeeee.... "Takut tidak dapat menjadi penyeimbang untuknya, yang namanya pun belum kuketahui hingga hari ini... "
ReplyDeleteSebut saja namanya Bunga wkwkwk
wkwkwk, kagak ah, gue lebih senang sebut dia dengan sebutan mawar :P #mikir
ReplyDelete