Berbicara tentang
sebuah jati diri, tentu orang yang paling mengerti akan jati diri kita tak lain
dan tak bukan adalah diri kita sendiri. Walau begitu, namun terkadang kita
sering lupa, atau bahkan kita tak pernah tau dan tak pernah mencari tau akan
hakikat kita hidup di dunia ini. Siapakah kita? Mengapa kita berada disini? Apa
tujuan kita berada disini? Dan masih banyak sekali pertanyaan yang mungkin
belum sempat kita renungkan dalam hari kita.
Guys, pernah nggak sih
kalimat-kalimat tersebut terbesit dalam fikiran kita? Dalam menjalani hidup, terkadang
kita hanya mengikuti arus kehidupan ini begitu saja. Bak sebuah daun yang jatuh
dalam aliran air sungai, terus mengalir mengikuti arus, tanpa tahu dimanakah
hulu sungai ini berakhir.
Ok, kembali ke pertanyaan Who am I? Siapakah
saya? Yang pasti, saya hanyalah makhluk kecil Allah SWT, yang di amanahi oleh
Rabb nya menjadi salah seorang pemimpin di bumi Allah ini dengan ikatan sebuah
komitmen denganNya, dan berbekal visi dan misi yang jauh kedepan untuk menjaga
komitmen tersebut.
Ada beberapa hal yang
dapat kita garis bawahi dalam kalimat tersebut. Amanah, pemimpin, komitmen,
serta visi dan misi. Ya, jika kita memahami betul makna dari poin-poin
tersebut, mungkin kita akan mengerti pula akan makna dan tujuan hidup yang
sebenarnya.
Bak seorang nahkoda,
kita mungkin tidak akan pernah bisa mengontrol kemanakah arah angin akan
berhembus, namun walau begitu, sejatinya kita akan tetap mampu menentukan
hendak kemana kapal ini akan berlayar.
Secara garis besar, ada
lima tujuan besar yang sekaligus menjadi amanah untuk kita ketika kita
menyandang gelar “makhluk Allah SWT” yang hidup di dunia ini. Dan dalam
tujuan-tujuan tersebutlah poin-poin yang saya sebutkan diatas akan mengambil
perannya masing-masing. Lalu, apa sajakah yang menjadi tujuan sekaligus amanah
bagi kita tertersebut? Check this out!
1.
Aku
untuk Rabbku
Aku untuk
Rabb ku. Ya, poin pertama ini akan menjadi dasar tujuan utama kita dalam
memerankan peran kita di dunia ini. Guys, tau nggak sih.. Dahulu, jauh sebelum
kita terlahir di dunia, kita telah terikat akan sebuah janji dengan Rabb kita.
Sebuah janji yang mengantarkan kita pada sebuah komitmen. Bahkan, janji itu
pula lah yang terdapat dalam rukun islam yang pertama. Ya, janji tersebut
adalah dua kalimat syahadat (Syahadatain)
Jika kita
mau mengupas lebih dalam lagi mengapa Allah menempatkan syahadat pada urutan
pertama dalam rukun islam ternyata ada makna besar di baliknya. Hal ini karena
memang syahadat adalah asas kita untuk bergerak. Sholat, puasa, zakat, haji,
memang dapat menjadi pintu kita untuk mendapatkan syurgaNya, namun syahadat
adalah kuncinya. Kita tidak dapat masuk melalui pintu-pintu tersebut tanpa
terlebih dahulu membukanya dengan sebuah kunci.
Selain
itu, syahadatain ini pun juga akan menjadi tolak ukur akan keimanan seseorang.
Karena dibalik syahadatain ini, saya garis bawahi lagi, ada sebuah komitmen
yang mengikat kita dengan Rabb kita. Arti dari syahadat itu sendiri pada
dasarnya dapat diartikan menjadi 3 hal. Pertama, kata “Asyhadu” berarti “Aku
menyatakan”, hal tersebut dijelaskan dalam QS 3: 64. Kedua, kata “Asyhadu”
berarti “Aku bersumpah”, hal tersebut dijelaskan dalam QS 63: 1-2. Ketiga, kata “Asyhadu” berarti “Aku berjanji”,
hal tersebut dijelaskan dalam QS 7: 172. Ya, begitulah secara garis besar
pengertian “Asyhadu” yang saya dapatkan ketika mengikuti Dauroh Marhalah KAMMI
beberapa bulan yang lalu, mohon dikoreksi kalau salah tulis ayat ya guys, dulu
sempat agak ragu saat mencatatnya, maklum keterbatasan pendengaran, suara ustadznya
pelan banget sih.. Duh, malah kemana-mana! Ok, lanjuutt…
Dari
uraian ayat diatas, ada yang dapat menyimpulkan?? Ya, tepat sekali.. ketika
kita telah mengucap kalimat syahadat, itu artinya kita telah menyatakan, kita
telah bersumpah, dan kita telah berjanji. Lantas pertanyaannya, menyatakan pada
siapa? Bersumpah pada siapa? Dan berjanji pada siapa??
(Hmm, sebenarnya sebelum menjawab pertanyaan
tersebut saya ingin menjelaskan terlebih dahulu terkait makna kalimat syahadat,
dimana kalimat tersebut ternyata tidak hanya memiliki makna yang sesederhana
yang saya fikirkan selama ini. Berdasarkan penjelasan Ustadz Amron, ada makna
besar di balik kalimat tersebut. Tapiii, penjelasannya harus pake analisis yang
lumayan ribet, jika dituliskan pasti akan panjang banget. Nanti kapan2 mungkin
bisa kita bahas di lain tulisan. Saat ini kita lanjut ke pembahasan yang ini
dulu. Ok guys??)
Ok, kembali ke pertanyaan sebelumnya, kepada siapa
semua itu ditujukan? Tentu tak lain dan tak bukan adalah ditujukan untuk Allah
SWT. Ya, tiada Tuhan selain Allah. Itulah pernyataan, sumpah, dan janji kita.
Dengan kata lain, jika kita telah mengatakan, berjanji, dan bersumpah demikian,
tentunya kita mempunyai konsekuensi akan semua hal tersebut. Dan konsekuensinya
adalah Allah Ghoyatna, Allah tujuan hidup kita. Inna
sholati, sesungguhnya
solatku... wanusuki, ibadahku... wamahyaya, hidupku... wamamati, dan matiku... Lillahirabbil ‘alamin, hanyalah kerana Allah, Tuhan seluruh alam...
Sehingga, jika Allah yang
dijadikan tujuan hidup kita, maka konsekuensi yang paling riil nya adalah
dengan mencintai Allah dengan cinta yang sempurna. Apa itu cinta yang sempurna?
Yaitu mencintai dengan cara mencintai apa yang dicintaiNya, dan mebenci apa
yang dibenciNya.
Surakarta, 21
Februari 2015
01:20
Cos Ma’arif H.
L
NB: Satu point dulu ya guys, point selanjutkan kita sambung besok.. ngantuukk :D
Comments
Post a Comment