Hmm…
rasanya pingin mengabadikan moment lagi deh.. Oke, seperti yang sudah saya
ceritakan di tulisan ku sebelumnya, “InsyaAllah bulan Maret nanti saya akan
pergi ke Japang” Hmm, semoga deh.. Tapii... setelah ngumpul sama Mbak Inayah
dan Mas Redza (Mereka se team sama gue broo), kok jadi deg-deg an ya.. Jadi
khawatir…
Kata
Mbak Inayah, ketika kita sudah mendapatkan pengumuman bahwa kita Lolos ke
Jepang, itu sama saja kita baru dalam tahap berhasil membuka pintu gerbangnya.
Ibaratnya nih, kita udah bisa lihat sebuah pulau yang sangat indah di ujung
sana, walaupun terlihat cukup jelas, tapi pulaunya sangat jauh. Dan untuk
menuju ke pula tersebut, kita harus menyebrangi hamparan lautan yang saaangaaat
luas dan berbadai. Tau kan gimana rasanya?? Kalau berhasil sampai ke tujuan
yang pasti akan seeenneengg banget. Tapi… kalau misalkan……… (na’udzubillahimindzalik)
ya kita cuma bisa nyengir. Tau kan gimana rasanya orang yang udah mbayangin
hal-hal yang enak, eh ternyataa… Duuh, sakitnya tuh disinii.. (Nunjuk dada, nyesekkk)
Iya,
tadi siang itu ceritanya kita ngumpul untuk membahas persiapan apa saja yang
harus kita siapkan untuk pergi ke jepang. Dan ternyata setelah direng-reng,
biaya yang harus dikeluarkan untuk berangkat ke jepang sebesar Rp 45.044.000,- Wooww woowww wwooww, mau cari kemana coba uang sebanyak itu hanya dalam
kurun waktu kurang dari satu setengah bulan?? Ya Rabbi..
Nah, itu tuh yang bikin galau dan membuat ku memutuskan untuk tidak
berceita dulu ke bapak dan ibuk kalau aku lolos ke Jepang. Takutnya kalo udah
terlanjur cerita ke Bapak Ibuk, dan mereka udah terlanjur seneng, kalo nanti
ternyata *bbiiiibbb* karena masalah kurang dana, kan mengecewakan banget tuh,
dan yang jelas nanti jadi beban deh buat bapak ibuk. So, yaudah deh, jangan cerita
dulu.. Pokoknya yang penting sekarang usaha cari dana dulu. Saya pingin, saya
berangkat ke Jepang tanpa harus minta uang sama orang tua. Semoga,
Bismillahirrahmanirrahiim…
Oke, lanjut.. Nah.. yang namanya ke luar negeri kan harus ada paspor
tuh.. Badalah, saya kan belum punya paspor. Otomatis, saya harus segera ngurus
untuk pembuatan paspor. Nah, beberapa menit yang lalu, saya sudah berhasil
melakukan pra pendaftaran paspor online. Tu kan, jaman sekarang udah canggih,
daftar untuk buat paspor udah bisa online. Tapiii, eh ternyata untuk melakukan
tahap selanjutnya kita harus bayar dulu ke bank untuk pembuatan paspornya. Kalo
untuk kantong mahasiswa, terutama buat saya yang nggak setiap saat punya
simpenan uang banyak, walaupun bukan termasuk nominal yang gede-gede amat sih,
tapi kalo dikeluarin dalam sekali pengeluran ya tetep aja, bikin nangis di ati.
Duuhh, dompet gue makin tipiiiisss, huhuhu… Okelah nggak papa, berarti besuk
harus ke bank.
Oya, kali ini team kami telah sampai pada tahap pembuatan proposal dan
surat-surat untuk pendanaan. Rencananya proposal pendanaan untuk keberangkatan
kita akan diajukan ke Fakultas, Universitas, Dikti, Kemenpora, Pemda Boyolali,
dan Pemda masing-masing. Sementara sih baru itu. Ada yang punya link lain??
Hehehe…
Emm, ceita apa lagi yaa, kayaknya sih baru itu saja sih yang bisa saya
ceritakan dalam tulisan kali ini. Kalau kata sahabat saya, walaupun tulisan
yang kita tulis itu tidak penting (untuk orang lain), yang jelas tujuan dari
kita mengabadikan momen dengan tulisan seperti ini biar nanti kita punya
catatan sejarah yang bisa kita kenang di hari tua nanti. Mau pahit, mau manis,
ini namanya sebuah perjalanan, nikmati saja, terus melangkah hingga engkau
sampai pada ujung jalannya. Selamat mengukir jejak sejarah, guys..
Surakarta, 06 Februari 2015
21:29
Cos Ma’arif H. L
Comments
Post a Comment