Di
luar dari segala permasalahan yang terjadi di negeri ini, sejatinya Indonesia
masih mempunyai harapan besar untuk mengembalikan masa keemasannya. Perlu kita
sadari bahwa sejatinya masyarakat timur merupakan masyarakat yang kaya.
Terlebih dengan adanya kemajemukan budaya yang menghimpun segala aspek kultural
dalam satu kesatuan. Nampak jelas bahwa kultur sebagai akar dari kearifan lokal
mengidentifikasikan warisan intelektual pribumi. Realita yang demikian inilah
yang selanjutnya menjadi pijakan dalam menggagas kembali konsep kultural
masyarakat pribumi. Melalui hal inilah secara eksplisit akan diwujudkan sebagai
upaya meretas pendidikan karakter dengan dasar kearifan lokal. Hal yang menjadi
poin penting dalam implementasinya ketika kearifan lokal bukan lagi dinyatakan
dengan lambang-lambang, melainkan lebih pada perbuatan. Dengan kata lain,
menggantikan kearifan simbolis dengan memposisikan kearifan aktual.
Salah
satu cara yang tepat dalam menjawab tantangan tersebut ialah dengan
menyelenggarakan pendidikan berkarakter kepada peserta didik. Pendidikan
berkarakter merupakan suatu system penanaman nilai-nilai karakter kepada
peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nili tersebut. Keragaman nilai dalam Pancasila merupakan modal dasar
pendidikan karakter. Kita tidak perlu lagi mencari-cari bentuk bahkan model
pendidikan karakter karena basis kekuatan karakter bangsa telah kita miliki.
Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam sila pertama dapat kita
jadikan acuan pembelajaran beberapa nilai. Nilai toleransi selama ini hanya
menjadi wacana dan sulit untuk dilaksanakan dikarenakan berhenti pada tataran
wacana kognitif. Hal tersebut mengakibatkan kelemahan karakter masyarakat.
Sekolah seharusnya mulai mampu mencoba untuk menguraikan sila pertama menjadi
bahan-bahan nilai dalam pendidikan karakter. Misalnya, toleransi, penghargaan
terhadap kepercayaan lain melalui kegiatan-kegiatan permainan yang menarik.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menjadi bagian penting
dalam rantai karakter bangsa. Memberadabkan sesama manusia menjadi modal utama
dalam relasi sosial. Salah satu faktor dalam pendidikan karakter adalah
kemampuan untuk memberikan apresiasi kepada orang lain. Melalui kegiatan
praktis misalnya kerapian, kebersihan diri, ketekunan merupakan proses belajar
untuk menjadi beradab. Hal tersebut dapat diajarkan melalui manajemen konflik.
Sebagian orang melihat konflik adalah hal tabu sehingga konflik disingkirkan
dari ranah pembelajaran. Padahal, dalam konflik, kita dapat saling
memberadabkan manusia.
Konflik tentu bukan berarti anarkis, konflik dapat diajarkan
melalui proses debat dan pemaparan argumen. Penting kiranya bahwa pendidikan
manajemen konflik bertujuan untuk memberadabkan manusia dengan saling
menghargai.
SilaPersatuan Indonesia mampu diuraikan dengan mengenalkan
budaya Indonesia secara fisik. Berbagai hasil kebudayaan nasional sebagai
contoh kebijaksanaan lokal adalah pintu masuk bagi pemahaman persatuan.
Karakter persatuan yang mendasar adalah cinta Tanah Air. Proses cinta Tanah Air
tentu tidak perlu lagi dengan cara-cara yang sangat abstrak.
Karakter ini dapat dibangun dengan membangun kreativitas
siswa, tentu dengan masih membawa ciri khas kebudayaan daerah. Kreativitas
siswa sangat erat dengan kemampuan memahami secara kognitif (competence).
Dengan bantuan teknologi, kita dapat mengenalkan keragaman daerah dengan mudah.
Bukan hanya itu saja, proses kreativitas juga makin mudah dengan bantuan
teknologi. Karakter cinta Tanah Air dapat sangat terbantu dengan kehadiran alat
modern sehingga dalam mengajar pun kita lebih mudah dan menarik.
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan adalah sila yang saat ini selalu menjadi acuan dalam
kehidupan demokrasi di Indonesia. Satu masalah yang menarik adalah kita
memiliki dasar nilai demokratis, namun tidak dapat dilaksanakan. Nilai
demokrasi yang mendasar adalah taat asas, sesuai prosedur dan menghargai
martabat orang lain sesuai hati nurani (conscience).
Inilah yang dapat disampaikan dalam pembelajaran pendidikan
karakter siswa. Siswa dikenalkan dengan prosedur yang benar dan sesuai
aturan/asas yang berlaku. Hal ini bukan untuk mengajak siswa menjadi pribadi
yang semata patuh, namun mengajak mereka menjadi pribadi yang taat. Taat adalah
bagian dari disiplin maka cara sila keempat ini dapat diawali dengan memberikan
latihan disiplin diri untuk menghargai proses yang melibatkan orang lain.
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia merupakan basis
kepekaan sosial yang sangat mendasar. Manusia yang berkarakter salah satu
indikasinya adalah mampu berjuang untuk sesama, bukan utuk dirinya. Itulah yang
dimaksud dengan keadilan sosial, keadilan sosial tidak perlu lagi dibahas dalam
cakupan yang luas dan menerawang, namun dalam kegiatan sehari-hari siswa.
Apakah siswa telah berbela rasa (compassion) kepada siswa lain? Hal
inilah yang dapat diuraikan dalam pembelajaran sehari-hari.
Sudah saatnya bagi tiap sekolah untuk meletakkan kembali
Pancasila sebagai acuan dasar dalam membentuk karakter siswa. Terbukti
Pancasila sangat kaya akan nilai-nilai keutamaan hidup yang mampu menyejahterakan
masyarakat Indonesia. Sejahtera berarti bebas dari tindakan anarkis, lepas dari
masalah fundamentalitas agama, radikalisme kesukuan, dualisme
minoritas-mayoritas, dan perekonomian yang stabil dan merata. Satu-satunya
jalan mewujudkan kesejahteraan adalah melalui pendidikan karakter.
Sekali lagi, tentunya, pendidikan karakter tidak dapat
direduksi pada tataran angka. Bukan berarti sulit dilakukan,
hanya membutuhkan keberanian pihak sekolah untuk meletakkan pendidikan karakter
pada ranah afeksi siswa. Pemahaman terhadap Pancasila secara utuh tentu menjadi
syarat pokok setiap pendidik.
Melihat dari potensi yang terkandung dalam sila-sila
pancasila, harapannya negeri ini mampu kembali bangkit dan mengakhiri dilematis
pendidikan saat ini. Pancasila, sebuah mahakarya cipta, rasa dan karsa
adiluhung yang telah diwariskan oleh para leluhur telah menitipkan pesan dan
harapan untuk anak bangsa demi perbaikan Indonesia. Hidup Pendidikan Indonesia!
Surakarta, 01 Februari 2015
20:04
Cos Ma’arif H. L
Comments
Post a Comment